10

161 17 72
                                    

Oh shit!

Tak ada yang bisa menangkap raut wajah Nata saat ini. Gelagapan, bingung, panik jadi satu.

Saking senangnya karena cincin yang ia minati bisa terpasang cantik dijarinya, sampai tak menyadari keadaan.

Mulut! Mulut!! Dijaga kalo ngomong-batin Nata.

Nata terus memukuli mulutnya sendiri.

"Nat! Na- Nata." panggil Rara masih dengan wajah terkejutnya.

Nata yang merasa terpanggil secara langsung menatap kearah sumber suara.

"Hah? K-kenapa Ra?" ujar Nata dengan cengiran palsu.

"Lu?"

"Gua? Gua kenapa?"

"LU MAU MARRIED?" ucap Rara keras. Langsung saja tangan Nata menutup rapat-rapat mulut Rara.

Si Rara ember banget:(

Sontak seisi kanting menatap meja dimana ketiganya berada.

"Eh hehe maaf-maaf ganggu kalian. Rara lagi nonton drakor soalnya." ucap Nata berbohong.

Yakali jujur, emberin semua ke seluruh penghuni kantin.

"Stt! Jangan keras-keras, Ra." ujar Nata

"M-maaf, Nat. Gua syok banget soalnya." ucap Rara memasang cengirannya.

Berbeda dengan Rara yang sedari tadi terus berkoceh, Ririn hanya bisa melotot tak berkedip. Omg segitu kagetnya dia.

"Lu? Beneran itu cincin tunangan?" Rara berbisik pelan.

Ketiganya saling memajukan kepala mereka masing-masing. Kayaknya mau ada perumpian nih.

"Lu serius Nat? Lu?" oh akhirnya Ririn bersuara.

Rara dan Ririn secara bersamaan menatap perut Nata. Ada apa dengan perut Nata? Ada bakso. Canda bakso.

Nata yang merasa dirinya dipandangi, segera memundurkan wajahnya heran.

"K-kenapa?" tanya Nata.

"Nat, lu bunting?"

Nata membulatkan matanya. Bisa-bisanya Rara berkata demiikian.

"Yakali gua bunting. Enggak lah. Ngadi-ngadi lu."

"Jawab pertanyaan gua dulu. Yang lu maksud tunangan tu apaan? Lu tunangan?" selidik Ririn.

Otak Nata terlanjur kosong. Ia tak tahu akan menjawab apa.

"Emm. I-ini cincin tunangan abang gua. Gua pinjem bagus banget soalnya, hihi." dan Nata berbohong lagi.

"Wait! Abang lu?" tanya Rara dan Nata mengangguk.

"Abang lu kan cowok. Cincin tunangan cowok nggak kek gini deh setau gua."

Omg! Kedua teman Nata terus menyelidiki. Bisa berabe jika mereka mengetahuinya. Apalagi Nata tak tahu apakah Rara dan Ririn bisa menjaga rahasia. Pertemanan mereka saja masih awam.

"Gua pinjem punya tunangannya abang gua. Iya tunangannya." ucap Nata dengan cengiran khasnya.

"Masa iya sih mau minjemin? Lu lagi nggak bohongin kita kan?" tanya Rara.

Nata terus dipojokkan disini. Memang alasan Nata tak bisa masuk akal.

"Udah, Nat. Ngaku aja. Kita bisa jaga rahasia kok." timpal Ririn.

Nata terus memandangi keduanya bergantian. Mendeteksi kebohongan lewat mata kedua temannya itu. Tak menemukan jawaban, Nata malah bingung dibuatnya.

My Teacher Is The Best HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang