Tak terasa hari kian berlalu.
Hari ini tepat hari pernikahan Nata dan Arka. Hari sakral bagi keduanya. Ijab kobul sebentar lagi terlaksana. Ini bukanlah acara pernikahan mewah nan besar-besaran. Ini acara yang sederhana. Itupun karena permintaan Nata. Yang datang hanyalah keluarga besar dari masing-masing mempelai, rekan-rekan bisnis, dan teman-teman dari Arka. Nata mana berani undang teman-temannya. Bisa berabe kalo kata Nata.
Tok tok tok
Dua wanita dengan kebaya cantiknya memasuki ruang hias. Dewi dan Sinta melihat Nata yang tengah dirias disana.
"Cantik banget nih calon mantu."
"Yaiyalah cantik kan nurun dari bundanya."
Mereka terkekeh tak terkecuali Nata.
"Okey sis. Udah selesai udah cucok meong. Humm udah cuantiq." ucap si perias.
"Makasih ya, mba." ujar Dewi dan diangguki oleh si perias.
"Dia mah mas, Bun. Bukan mba." ucap Nata terkekeh.
"Udah-udah sini duduk. Mama sama Bunda mau ngobrol sedikit." perintah Sinta.
Nata menganggukinya dan duduk pada sofa di ruangan itu.
"Nggak nyangka Bunda. Hari ini udah mau nikah aja kamu." ucap Dewi membelai tangan putrinya yang berada dipahanya.
Pantas saja kedua orang tua Nata dengan enteng mempersilahkan Nata untuk pindah ke Jakarta waktu itu. Ternyata ini tujuan mereka.
Nata menanggapi itu dengan seutas senyuman. Ia memang terpaksa melakukan ini. Tapi apa boleh buat? Mau tak mau, harus mau. Dia harus belajar ikhlas.
"Nanti, kamu harus jadi istri yang baik, istri penurut, surga kamu ada disuami kamu, nak. Jangan sesekali ngebantah omongan suami. Inget itu!" nasehat Dewi.
Nata terharu akan hal itu. Mengingat selama ini kedua orang tuanyalah yang membesarkan Nata sedari kecil, kini harus melepaskan Nata pada orang lain. Itu jelas berat untuk Nata dan kedua orang tuanya juga.
"Iya, Bunda. Nata nggak bisa janjiin itu ke Bunda. Tapi Nata bakalan terus usaha walaupun itu gagal. Nata akan buktiin kesemua orang, Bun. Makasih Bunda udah ngurus Nata dari kecil. Maaf karena Bunda harus dibuat sabar dengan sikap-sikap Nata. Nata minta doanya, ke Bunda juga ke Mama Sinta. Semoga Nata bias jadi istri yang baik nanti." ucap tulus dari Nata sembari memeluk kedua ibunya.
"Iya, sayang. Mama juga nggak akan nuntut kamu supaya jadi istri yang sempurna buat Arka. Jalani semua itu dengan hati kamu. Mama yakin semua akan baik-baik aja." ujar Sinta dalam masih dalam pelukannya.
Ketiganya masing-masing melepas pelukan mereka.
"Udah, ya. Nggak boleh ada nangis-nangisan sekarang. Udah cantik gini masa nangis sih?" ucap Dewi membuat Nata tersenyum lebar.
"Yaudah Mama sama Bunda mau keluar dulu ya. Mau ada yang diurus sebentar. Inget pesen kita tadi ya sayang." ujar Sinta menepuk lembut bahu Nata. Nata membalasnya dengan seutas senyum dan sedikit anggukkan.
Kini Nata sendirian didalam ruangan. Melihat kearah cermin besar. Dirinya memang benar-benar cantik sekarang. Hal itu membuat Nata tersenyum sumringah.
Ceklekk
Pintu terbuka menampilkan pria ber-tuxedo rapi dan menghampiri Nata. Wajah senang Nata tiba-tiba berupah masam. Yang dating Farrel, kakaknya.
"Masih ngambek nih?" goda Farrel menoel dagu Nata.
Tentu saja Nata masih kesal. Pernikahan ini dimajukan juga karena kakaknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Teacher Is The Best Husband
RomanceMungkin nggak sih jika guru dan murid terlibat dalam satu dunia percintaan? Hal itu akan menjadi mungkin, karena sudah terjadi pada kehidupan guru bernama Arka Bian Mahastaraja yang menaruh hatinya pada muridnya sendiri yang bernama Nata Delian Pr...