09

177 18 58
                                    

"Udah belom sih? Lama baget."

Suara orang dari balik pintu kamar Nata.

"Apa sih? Brisik banget. Ni udah nih." ucap Nata yang baru saja keluar dari kamar.

"Ye, lelet. Cepet udah ditunggun noh di ruang tamu." ucap Farrel selepasnya ia langsung pergi meninggalkan Nata.

"Nungguin? Sapa yang nungguin?" tanyanya pada diri sendiri.

Untuk mengatasi rasa ingin tahunya, Nata bergegas menuju ruang tamu untuk melihat siapa yang menunggunya.

"Nah tuh dia. Akhirnya selesai juga. Sini!" perintah Dewi pada Nata.

Lah tu orang ngapain kesini?-batin Nata.

"Iya. Tau tuh mentang-mentang di sekolah ada calon suami. Dandan lama sembarangan." ucap Farrel yang berlalu begitu saja berjalan menuju dapur.

"Baru dateng dimarahin. Ngajak berantem." timpal Nata.

"Udah-udah. Kalian ini kaya bocah aja. Nata, kamu berangkat sekarang yah? Kasian Arka udah nunggu lama dari tadi."

Nata lantas menoleh ke arah Arka. Orang itu hanya diam saja sedari tadi.

"Nata? Berangkat sama Pak Arka?" ucapnya menunjuk ke dirinya sendiri.

Males banget.

"Ya iyalah. Kalo enggak ngapain Arka bela-bela in dateng kesini."

Ya kan bisa jadi mau minta makan.

"Eee, iya Bun. Kalo gitu Nata berangkat." ucapnya menyalami bundanya.

"Saya juga pamit, Bun. Permisi." ucap Arka sopan juga menyalami Dewi.


_____


Selama perjalanan, sama sekali tak ada yang membuka suara. Sunyi dan sunyi.

Hingga akhirnya Arka memutar beberapa lagu untuk menemani perjalanan mereka. Keadaan di mobil menjadi sedikit terisi suara.

Nata bosan mendengar Arka yang sedari tadi bernyanyi mengikuti lagu yang berdendang.

Merdu enggak risis iya. Itulah penilaian Nata terhadap suara Arka.

"Bapak ngapain jemput saya?"

"Jangan ge-er. Saya disuruh Mama. Kalau nggak disuruh mana saya mau."

"Dih siapa yang ge-er. Saya juga nggak mau tuh dijempu-jemput dianter-anter sama Pak Arka begini." bela Nata.

"Oh."

"Dih, orang aneh." cibir Nata.

"Saya masih denger yah."

"Saya tau. Bapak masih punya kuping."

Arka mengacuhkan Nata yang hanya bergeming tak jelas dari tadi. Ia hanya manggut-manggut mengikuti ketukan music pada lagu dan bernyanyi.

Ini semakin membuat Nata risih.

"Pak! Bapak nggak usah nyanyi deh. Nggak enak didengernya." ucap Nata berterus terang.

"Maksud kamu suara saya jelek?"

"Ya. Nggak gitu. Kuping saya itu seakan menolak lantunannya Bapak gitu loh."

"Terserah saya dong. Yang nyanyi kan saya."

Jangan-jangan ni orang ngeselin dari lahir deh.-batin Nata.

Akhirnya Nata memilih mengacuhkan Arka untuk sesaat.

"Saya bingung sama Bapak deh."

"Kenapa?"

My Teacher Is The Best HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang