11

126 6 0
                                    

"NATAA!!"

"Aaa sakit, Bun."

Semua keluarga telah kembali memasuki ruang rawat inap Arka tepat saat Nata mengatakan tentang Arka yang tidak meninggal.

Dewi, bunda Nata langsung dengan sigapnya menjewer telinga Nata panjang-panjang didepan semua orang.

"Kamu ini apa-apaan sih? Doain calon suami itu yang bener!" tegur Dewi lalu melepaskan jewerannya. Sedangkan Nata hanya menunduk malu seraya mengusap telinganya yang memerah.

"Udah, Wi. Mungkin Nata cuma ngepastiin keadaan Arka aja tadi. Bisa aja Nata khawatir kan?" ucap Sinta mencoba meredakan kemarahan calon besannya itu.

"Iya kan? Kamu khawatir kan sayang?" tanya Sinta lembut seraya mengusap rambut Nata.

Khawatir dari mana?

Nata tersenyum kikuk. Yang dibilang bundanya ada benarnya. Tapi jika ia jujur sekarang, mungkin perang dunia akan terjadi.

"Emm I-iya tante." ucap Nata seadanya.

Mendengarnya semua bernafas lega termasuk Sinta. "Tuh kan, Nata itu perhatian ternyata ya. Baru pingsan aja udah sekhawatir itu." ujar Sinta memeluk Nata dari samping.

Ucapan Sinta makin kesini makin ngadi-ngadi bagi Nata. Ia bahkan tak sama sekali khawatir.

"Ekhm!"

Deheman itu berasal dari Farrel. Bahkan Nata baru tahu jika Farrel ada diruangan itu. Ia pikir Farrel kembali ke kampusnya.

"Kalo udah khawatir kaya gitu, berarti udah sayang nih. Kalo nikahnya dipercepet gimana? Pada setuju nggak?" ujar Farrel dengan senyum liciknya.

Usulan jenis apakah itu? Sontak Nata membuka matanya lebar-lebar. Jika tak ada orang selain ia dan kakaknya itu. Mungkin Nata akan menelan Farrel hidup-hidup.

Melihat ekspresi adiknya yang sudah tak karuan, Farrel segera berbalik badan dan mengapit mulutnya rapat-rapat. Tentu saja ia menahan tawa.

"Oh iya ya. Kalo udah kaya gini berarti jauh dikit udah nggak bisa. Tiap hari harus nempel terus dong. Bunda mah setuju-setuju aja." jawab Dewi senang.

Dan yang membuat Nata tambah sebal adalah saat yang lain menganggukkan kepala mereka. Itu menandakan jika mereka juga setuju dengan usulan Farrel.

Lalu apakabar dengan saudara Arka?

Ia hanya terbaring enak seraya menyimak pembicaraan yang terlantun. Ia bahkan tak ada reaksi apapun saat yang lain ingin mempercepat pernikahannya dengan Nata.

Nata lantas menoleh ke arah Arka. Memiringkan sedikit kepalanya dan mata yang masih terbuka lebar. Seakan bertanya ' bagaimana ini?'

Dan Arka hanya acuh. Tak memberi tanggapan apapun.

"Nah, tumben kali ini kamu ada benernya." ucap Prada seraya menepuk pundak Farrel.

Farrel yang merasa tersanjung, langsung bersedekap bangga.

Oh ayolah. Sekarang Nata sangat membenci Farrel.

"Gimana? Kamu juga setuju kan?" tanya Dewi lembut pada Nata.

Dilanjutkan dengan tatapan semua orang yang mengarah pada Nata dan Arka secara bergantian. Tatapan itu mengisyaratkan jika semua orang menunggu jawaban dari dua orang itu.

Nata terdiam cukup lama, begitupun dengan Arka.

Ingin sekali rasanya Nata menanam benih gunung berapi diatas padang es yang luas. Ia tak tahu harus berbuat apa. Keringan perlahan mengalir dari dahinya. Terus memainkan jari jemarinya. Pikirannya kosong. Itulah Nata sekarang.

My Teacher Is The Best HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang