1 minggu kemudian..
Ghea duduk disuatu taman sambil memejamnkan mata, namun setes air mata turun membasahi pipinya.
"Bunda Ghea kangen, baru aja beberapa hari kita ketemu, sekarang udah pergi lagi" batin Ghea.
"Ghea" panggil seseorang dari arah belakang.
Ghea segera menghapus air matanya dan menoleh kebelakang, "Gio, ko ada disini?"
"Aku tadi abis jalan-jalan aja, kamu ngapain disini?" tanya Gio sambil menatap bunga mawar yang ada di depannya.
"M ... m i .. ni aku lagi jalan jalan juga" jawab Ghea gugup.
"Kamu ga bisa boong sama aku" ucap Gio sambil menatap Ghea.
"Aku tau kamu sedih, ikhlasin semuanya, jangan berlalrut dalam semua ini, bunda kamu udah tenang disana"
Ta terasa air mata pun kembali menetes membasahai pipi Ghea, "heii jangan nangis Ghea"
"Aku kangen hiks sama bunda hiks, kenapa? kenapa hiks bunda ninggalin aku Gio hiks" ucap Ghea terisak
Gio menghapus air mata yang menetes dipipi Ghea "sabar, ikhlasin" ucap Gio.
"Aku anterin kamu pulang ya Ghe" ujar Gio.
"Ga usah Gio, aku ga mau ngerepotin kamu" jawab Ghea.
"Aku ga ngerasa direpotin ko sama orang yang aku sayang" ujar Gio.
Blus, pipi Ghea memerah seketika ketika mendengar ucapan Gio, ia benar-benar terkejut atas ucapan Gio tadi.
"Kamu apa si ah" ucap Ghea sambil tersenyum kikuk.
"Aku serius Ghe" ucap Gio dengan senyuman diwajahnya.
"Mm .. mm ayo pulang, katanya tadi mau nganterin" ujar Ghea.
"Yaudah ayo" jawab Gio.
Merekapun berjalan menuju dimana motor Gio.
Selama perjalanan pulang banyak obrolan dan candan diantara mereka yang sesekali tertawa.
"Makasih ya io, mampir dulu yu" tawar Ghea.
"Boleh tuh, aku mau ketemu ayah mertua" ujar Gio sambil tertawa.
"Giooo ihhhh" ucap Ghea dengan pipi tersipu malu.
"Bener ihh" ujar Gio sambil tertawa.
"Udah aku mau balik, udah sore, titip salam buat ayah mertua" ujarnya sambil memakai helemnya.
"Hati-hati Gio" ujar Ghea sambil menatap Gio.
Tinn..
Motor Gio pun berlalu meninggalkan rumah Ghea, senyuman tercetak jelas diwajah Ghea.
"Makasih Gio" batinnya
Ghea pun melangkah memasuki rumahnya yang terlihat sepi.
"Ayah" panggil Ghea.
"Ayah"
"Ayah"
"Ayah"
"Ayah dimana si" ujar Ghea.
"Non Ghea, cari tuan ya non" tanya bi sarah.
"Iya bi, ayah kemana ya?" Tanya Ghea.
"Tadi tuan pergi ke kantor non" ucap bi sarah.
"Yaudah bi Ghea pergi ke kamar dulu" pamit Ghea.
"Iya non, saya juga mau ke belakang dulu" jawab bi sarah.
Ghea kemudian berlalu meninggalkan bi sarah menjuju kamarnya.
Ghea memgambil handpone nya yang terletak diatas meja belajarnya, ia akan coba menguhbungi ayahnya.
"Halo yah"
"Kenapa sayang?" tanya ayah Ghea disabrang sana.
"Ayah dimana? pulang ayah" ujar Ghea.
"Ayah dikantor, iya ini mau pulang ko" jawab ayah Ghea.
"Beliin es krim sama wafer ya yah" ujar Ghea.
"Sipp nanti ayah beliin" jawabnya diakhiri kekhean.
"Yeyyyy, yaudah Ghea tutup dulu ya telponnya, yang tadi jangan lupa" ujar Ghea.
"Iya anak ayah"
Panggilan pun terputus.
Ghea duduk dimeja belajar, menopang dagunya, menatap sebuah foto
"Bunda, Ghea kangen" lirih Ghea.
"Ghea udah ikhlasin bunda ko, Ghea ga akan sedih sedih lagi sekarang, bunda yang tenang ya disana, Ghea sayang bunda"
••••"Ghea ayah pulang" ujar ayah Ghea.
"Ayahhhh, mana pesenan aku?" tanya Ghea sambil tersenyum senang.
"Nih buat anak ayah yang cantikkk" jawab Andi, ayah Ghea.
"Yeyy makasih ayah" ucap Ghea sambil memeluk ayahnya.
"Sama-sama, abang kemana?" Tanya Andi.
"Itu baru balik, abis main katanya, aku panggil ke kamarnya ya ayah" ucap Ghea.
Ghea berjalan menaiki tangga menunggu kamar abangnya, Danis.
Tok.. tok..
"Abang" panggil Ghea.
"Abang"
Ceklek...
Pintu kamar terbuka, menampilkan sosok Danis.
"Ada apa de?" tanya Danis.
"Makan es krim yu" ajak Ghea.
"Emang ada es krimnya, abang liat tadi ga ada tuh dikulkas, abang ga mau kalo harus beli dulu" jawab Danis.
"Ihhh abang mah, tapi kita ga beli dulu ko, tadi ayah udah beliin" ucap Ghea sambil tersenyum.
"Yaudah ayoo kita makan" ujar keduanya.
Hallo semuanya👋
Lama banget ya ga up wkwk
Maap kalo ga dapet feel nya hihihi
Makasih buat semuanya yang selalau support aku Follow ig @Lindacoo_
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghea
Fiksi RemajaMenangis adalah caraku untuk meluapkan semua rasa. -Ghea Anarafshen-