39. | Catatan terakhir, Elsha dan Nugie.

109 37 7
                                    

Terima kasih sudah hadir dalam perjalanan kisah cinta Elsha dan Nugie. (By Elsha dan Nugie)

♡♡

"Pergi!!" pekikku terbangun dengan napas yang menderu seperti orang dikejar-kejar depkolektor.

"Sayang!" sambut Mama bersemangat. "Akhirnya kamu sadar juga!" isak tangis Mama yang memelukku erat membuat aku semakin bingung.

Ada apa ini?

Kenapa mereka semua berkumpul dan seperti mengkhawatirkan keadaanku?

Aku menautkan kedua ujung alisku, "Ma. Ada apa ini? Kenapa Mama menangis?" tanyaku. Mereka, seluruh keluargaku dan Vina hanya diam saja tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku berusaha untuk bangkit dari tempat tidur tapi mereka melarangnya. Hingga akhirnya aku pun menurut.

"Kenapa semuanya diam? Jawab aku, Ma!" desakku yang juga ikut menangis.

Mama mengusap setetes haru di ujung kelopak matanya itu. Kemudian Mama mengusap keningku dan menyampirkan rambuku ke daun telinga dengan lembutnya.

"Tidak ada apa-apa sayang. Kita cuma seneng aja kamu sudah bangun." Mama tersenyum.

Tapi ini aneh, seperti ada hal yang mereka semua tutupi dariku. Tapi apa?

"Gak!" Aku menyangkal setelah melihat ekspresi mereka seperti ekspresi orang-orang yang lega setelah melewati hari yang mencekam. Tampak tersenyum tapi palsu. "Kalian pasti bohong, kan? Trus ini selang infus. Kenapa ada di tanganku, Ma? Tolong jawab, Ma!!" pekikku. Lantaran aku baru sadar jika aku sedang berada di sebuah kamar pasien yang ada di rumah sakit.

Dug-Dug! Dug-Dug!

"Aww!!" ringisku spontan memegang dada.

"Eca. Sayang! K-kamu kenapa, sayang?!" tanya Mama panik.

"Kenapa rasanya dadaku tiba-tiba sakit sekali begini?" gumamku. "Apa yang terjadi dengan diriku?"

"Eca. Sayang! Bilang sama Mama mana yang sakit, Nak?!" tanya Mama cemas.

"Biar Papa segera panggil Dokter!"

"Gak usah, Pa!" sangkal kak Tama. "Biar Tama saja!" tukasnya menawarkan diri.

"Dada Eca rasanya s-sakit, Ma!" keluhku, terus memegang dadaku dan meringis kesakitan.

"Aneh, biasanya tidak pernah sesakit ini," Gumamku. "Apa karena dadaku masih sesak karena melihat Nugie bersama wanita lain pada malam itu??"

"Ya Allah. Sayang!" Mama semakin panik tak karuan. "Sabar ya, sayang. Papa lagi telepon Dokternya sayang!" Mama tidak berhenti menangis. Ia membaringkanku lagi dan terus mengelus kepalaku.

"Pa! Mana Dokternya?!" pekik Mama gusar.

"Tama sedang memanggil dokter di ruangannya, Ma. Eca bertahan ya Nak ya," tukas Papa yang juga sudah sangat panik.

Beberapa saat kemudian, Kak Tama dan Dokter pun datang dan langsung memeriksaku. Seluruh anggota keluarga diminta untuk menunggu di luar. Sedangkan aku tidak sadarkan diri lagi setelah terakhir kalinya melihat Dokter menyuntikkan sebuah cairan pada kantung infusku.

***

Keesokkan paginya, sinar mentari yang menyelinap masuk melalui kain gorden jendela yang sedikit terbuka membuat aku tersadarkan diri.

Silau banget!

Aku menggunakan telapak tanganku untuk melindungi diri dari silaunya sinar mentari tersebut. Hingga sinar itu bisa tertutupi oleh sebuah bayangan tegap.

Elsha dan Nugie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang