" ...Walaupun lo seorang pion, jangan menyerah untuk memenangkan pertempuran demi Ratu dihati lo, nug."
-Rafa. (By Elsha dan Nugie)♡
Di rumah, Oma dan Opa menyambut baik kedatangan Dirga. Lantaran mereka mengenali orang tua Dirga yang lahir dan tumbuh di desa tempat Oma tinggal, maka mereka juga sudah tidak asing lagi dengan Dirga, sebab mereka termasuk anak saudagar yang hidup sukses di negeri orang.
Awalnya mereka merasa heran mengapa Dirga mengenakan jubah hitam. Tapi itulah Dirga, dengan santai dan tak menjawab pertanyaan mereka ia justru malah melangkah duduk di sofa, padahal belum di persilahkan duduk oleh Oma atau pun Opa. Dirga seperti itu, bukan karena terlalu lama tinggal di Jerman tapi memang sudah wataknya yang tidak memiliki rasa sopan dan santun.
Melihat kejadian itu, Opa langsung menggelengkan kepala dan berbisik pada Oma "Beda sekali dengan Nugie, pria ini bahkan tidak memiliki rasa sopan santun!"
Melihat ketidak nyamanan tersebut atas perilaku Dirga, aku segera menghampiri Dirga dan menyuruhnya untuk bersikap sopan, "Dirga gak baik seperti itu dengan orang tua, beri salam dan cium tangannya juga, biar bagaimanapun kan, ini rumah Oma dan Opaku, setidaknya hargai mereka sebagai tuan rumah," kataku memperingatkan Dirga.
Setelah itu kulihat Dirga mengambil posisi berdiri "Hmm. Oke deh maaf ya, Opa juga Oma, sebenernya Dirga gak maksud menyinggung perasaan kalian kok. Dirga hanya rindu suasana seperti ini, asri banget yah, walaupun di Jerman lebih enak sih," katanya meninggi seraya kembali duduk lagi di sofa.
Dari arah pintu sudah ada Nugraha yang sedari tadi sudah mengepal tangannya, "Sombong banget gaya tuh orang!" ujar Nugraha dalam gumamnya. Sejatinya, Nugraha sudah tak tahan melihat kelakuan Dirga yang tidak sopan pada Oma dan Opa. Kini, ia kembali melemaskan kepalan tangannya itu lantaran kak Rafa menariknya untuk ikut ke kamar Nugraha.
"Apaan sih, kenapa lu narik gua, Raf?!" tanya Nugraha merasa kesal.
"Udah ayok ikut aja sama gue!" Ajak kak Rafa memaksa. Ntah kemana kak Rafa hendak membawanya.
Masih sekitar ruang tamu, Oma juga mencoba meredam emosi Opa. Sebab, Oma sangat memikirkan perasaanku. "Ya sudah, Eca. Kamu tolong buatin minum buat Dirga gih, biar Opa sama Oma ke dalam aja biar gak ganggu kalian ngobrol," Oma berkata lembut teratur, padahal sudah tampak jelas olehku jikalau Oma berusaha mengalihkan pandanganku terhadap wajah Opa yang tampak tak enak dipandang setelah Dirga datang berkunjung ke rumah Oma.
"Bye Oma, bye Opanya Eca," jawab Dirga seraya memberi kiss bye dengan tangan kanannya setelah melihat punggung Opa dan Oma berjalan masuk ke dalam. Mungkin budaya di luar negeri sudah merubahnya menjadi orang yang tidak punya sopan santun, pikirku.
Setelah selesai membuat minuman dan menghidangkannya pada Dirga, aku pun melemparkan beberapa pertanyaan kepadanya.
"Dirga aku mau tanya deh."
"Tanya apaan cantik?" tersenyum seraya mencubit lembut pipiku. Lalu, aku berusaha untuk menyingkirkan tangan Dirga agar tidak terlalu lama mencubit pipiku.
"Hmm, kamu kan nyamar jadi jubah hitam, nah aku kan pertama kali lihat jubah hitam itu di gerbong kereta, berarti kamu ngikutin aku terus dong?" tanyaku sekali. Dirga masih diam tak menjawab seraya meneguk jus yang aku buat. "Dan kok kamu gak sapa aku aja sih pada saat itu? Apakah itu bentuk dari surprise juga? Dan satu lagi pertanyaanku, nama kamu kan awalan huruf D. Kok, bisa sih kamu bilang di surat misterius itu inisial nama kamu huruf R? Coba deh jelasin ke aku," tanyaku terus menerus tanpa jeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elsha dan Nugie [END]
General FictionSeorang pria tengil yang ditemuinya di gerbong kereta kala itu rupanya seseorang yang kini membersami dirinya, menghias pagi ke malamnya, hingga disetiap hembusan napas dan detak jantung dihidupnya. Lantas, mampukah gadis keras kepala seperti Elsha...