32. | Zeinnina

73 44 30
                                    

"Cinta tidak bisa dipaksa apa maunya. Cinta bukan semata apa yang kita pikirkan, tapi apa yang kita rasakan di hati."
Dirga. (By Elsha dan Nugie)

Di lantai atas, sudah ada Dirga dan wanita berhijab itu duduk di sampingnya yang memang menunggu kedatangan kami; diriku dan Fiko. Tidak tahu apa yang hendak dibicarakan Dirga terhadap kami. Namun yang jelas, baik aku dan Fiko hanya ingin menuntaskan rasa penasaran yang mengganjal di hati kami lantaran melihat perubahan drastis pada diri Dirga setelah tak berkabar selama tiga tahun belakangan ini.

"Silahkan, duduk," pinta Dirga mempersilahkan aku dan Fiko untuk duduk dalam satu meja yang sama dengan dirinya.

"Waiter!" pekik Dirga memanggil seorang pelayan pria. Dan pelayan itu pun datang menghampiri kami.

"Kalian mau pesan apa?" tanya Dirga padaku dan juga pada Fiko. Sedangkan aku dan Fiko saling beradu tatap dengan keheranan.

"G-gak usah, Ga!" tukasku.

"Lho, kenapa? Kalian datang ke sini untuk makan, kan? Jadi sekalian aja, kita makan sambil berbincang kecil melepas rindu," ucap Dirga dengan santainya.

Fiko menarik satu ujung bibirnya kedalam. "Hmm. Kalau gitu, gue sama Elsha pesan teh hangat saja deh, Ga. Soalnya tadi gue sama Elsha sudah makan."

Aku tahu Fiko berbohong, aku tahu ada alasan lain yang membuat Fiko menerima tawaran Dirga walau hanya sekedar ngeteh.

"Ya sudah. Teh hangatnya empat sama fried potatoesnya empat ya," ucap Dirga pada waiter tersebut.

"Bagaimana kabarmu, Elsha?" tanya Dirga kepadaku.

Hening

Aku tidak menjawab pertanyaan Dirga, tapi netraku terus tertuju pada wanita berhijab yang duduk tepat di sebelah Dirga.

"Hmm. Umi, sepertinya Zeinnina haus, lekas bawa Nina pergi ke ruang asi!" perintah Dirga kepada wanita berhijab itu. Kurasa Dirga menyadari kalau aku memikirkan perasaan wanita itu saat Dirga menanyakan kabarku.

"Tadi Abi, sekarang Umi, berarti Dirga memang sudah menikah, kah?" aku bergumam, tak henti-hentinya pertanyaan itu bercabang di ruang kepalaku yang kecil ini.

Tunggu dulu!

Zeinnina?

Bayi itu beranama Zeinnina?

Aku tidak salah dengar kan?

Itu adalah nama tengahku, kenapa Dirga menggunakan nama tengahku untuk nama bayinya itu?

"Elsha Zeinnina Kurniawan. Kalau nama anak lo Zeinnina apa, Ga?" celetuk Fiko yang juga membuatku syok.

"Fiko kebiaasan banget deh gak bisa ngerem mulutnya itu!" gumamku menggerutu kesal.

Fiko ini kalau melakukan sesuatu gak pernah kompromi dulu denganku!

Dirga pun tertawa tergelak, "Ternyata anda menyadari kalau nama itu memang nama tengah dari Elsha," ucap Dirga tersenyum dengan matanya terus menatap ke arahku. "Nama anakku Nur Zeininna El-Justin," sambungnya.

"Wihh, artinya apa itu bro?" tanya Fiko lagi dengan sok akrabnya.

"Nur artinya cahaya. Dan seperti yang kita tahu Zeinnina itu nama tengah milik Elsha. Saya meletakkan nama itu di tengah nama anak saya, semata untuk menjadikan anak saya kelak memiliki hati seperti Elsha, yang sabar dan tetap memaafkan seseorang yang sudah melakukan banyak kesalahan kepadanya. Kalau El-Justin sendiri itu adalah nama turun temurun dari keluarga Grandpa saya."

Elsha dan Nugie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang