"Kalau kamu rindu padaku, kamu lihat saja bulan itu, karena di tempat yang berbeda, aku juga sedang merindukanmu, Elsha."
—Nugie. (by Elsha dan Nugie)
♡
Sinar sang Surya sudah mengintip dari sela-sela kain penutup jendela. Dadaku sesak sesaat terbangun dari tidur dengan sebuah mimpi yang begitu buruk nan mencekam. Peluhku juga bercucur sangat deras. Di mimpi itu aku melihat Nugraha memanggilku, ia berusaha untuk meminta pertolongan padaku, terlihat juga tubuhnya yang dilumuri darah. Namun, dimimpi itu juga aku tak dapat menggapai tangan Nugraha, walau aku sudah berlari sangat kencang untuk meraih tangannya.Kini aku dalam posisi duduk, seraya tanganku melihat jam di ponsel. Ternyata masih menunjukkan pukul dua dini hari. Sebab mimpi buruk itu napasku jadi terengah-engah, sesak sekali rasanya, tenggorokan pun terasa begitu kering. Lalu, tanpa mempedulikan rasa takut, aku bergegas ke dapur untuk mengambil segelas air minum.
"Tolooonggg, tolooongg!!" teriakan histeris itu telah mencuri perhatianku, itu terdengar dari arah kamar Dirga. Ntah apa yang sedang terjadi padanya.
Sontak, semua orang terbangun dan aku pun langsung berlari ke kamar Dirga. Setelah berada di kamar Dirga, aku dan anggota keluarga lainnya mendapati Dirga sudah ada di dalam toilet di kamarnya.
Seisi rumah bertanya-tanya apa yang terjadi padanya, lalu Opa membuka pintu toilet yang ada di kamar Dirga, dan Dirga langsung berlari keluar ketika melihat Opa. Ia terlihat sangat ketakutan.
Setelah suasana agak tenang Opa bertanya apa yang terjadi pada Dirga, dan Dirga pun mengatakan semua yang terjadi pada dirinya, —arwah Nugraha datang menghampirinya. Katanya yang membuat semua orang terkejut heran.
Ia tidak melihat secara jelas, namun ia mengatakan Nugraha menulis setiap dinding berbahan keramik di Toilet dengan kalimat "Aku kembali untukmu, Dirga," Menggunakan bercakan darah.
Tanpa basa-basi kak Rafa pun langsung menuju ke toilet, dan tidak ada apa-apa pada dindingnya. Bahkan kak Rafa sengaja membuka pintu Toilet lebar-lebar agar kami juga ikut menyaksikan bahwa tak ada satu pun huruf menempel pada dinding.
Lanjutnya lagi Dirga mengatakan, "Seserius. Gue terkunci Rafa di dalam toilet. Terus air yang mengalir itu darah dari luar pintu toilet!" tukasnya ketakutan. Kembali lagi disaksikan seluruh keluarga kalau tidak ada setetes darah pun ada di toilet.
"Lo itu pasti halu, atau lo pasti cuma mengigau aja trus lo gak sadar kalo lo udah ada di toilet pas bngun," ucap kak Arsyad tiba-tiba yang masuk ke kamar Dirga.
Dan Dirga menyangkal "Itu nyata, gue gak halu ataupun mengigau!" Akhirnya, Opa melerai dan menyuruh kami untuk kembali ke kamar masing-masing untuk tidur.
Lalu seraya berjalan keluar kak Arsyad berbisik padaku, "Gimana? Akting kakak?" seraya mengedipkan satu kelopak matanya itu.
Aku pun terheran-heran, "Jadi, ini rencana yang kakak maksud itu, kak?" tanyaku pada kak Arsyad. "Kok, bisa?" sambungku menautkan kedua ujung alis, heran.
"Iya dek. Keren kak Arsyad kan, dek? Kalau gini caranya dia pasti ngaku dan kita bisa jeblosin Dirga ke penjara," timpal kak Rafa seraya membalas tos tangan Kak Arsyad.
Kak Arsyad seketika berdesis, "Stttt Rafa, kamu jangan kenceng-kenceng nanti kedengeran," perintah kak Arsyad, berkata lirih. "Ya udah, sekarang kita lanjut tidur. Adek Eca, mending buang rasa penasaran kamu tentang bagaimana kakak menjahili si Dirga itu. Karena yang pasti, kakak cuma bermain sugesti aja sama dia dan gak ada kekerasan sama sekali kok," kata kak Arsyad lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elsha dan Nugie [END]
Художественная прозаSeorang pria tengil yang ditemuinya di gerbong kereta kala itu rupanya seseorang yang kini membersami dirinya, menghias pagi ke malamnya, hingga disetiap hembusan napas dan detak jantung dihidupnya. Lantas, mampukah gadis keras kepala seperti Elsha...