"Kamu kenapa baik banget si, Fik?
Setiap hal apapun selalu kamu bawa dengan kerendahan hati, seulas senyum menyejukkan pula. Someday, wanita pendamping hidup kamu nanti pasti beruntung punya pria seperti sosokmu ini."
—Elsha. (By Elsha dan Nugie)♡
Senin 2020
Pagi ini, aku tidak berangkat ke Kantor. Padahal, demamku agak turun sejak subuh tadi, namun tiba-tiba suhu tubuhku naik kembali saat aku harus bergegas pergi ke Kantor untuk menghadiri meeting.
Dringg!
Aku tahu itu pasti Fiko, tubuhku sudah terkulai lemas di atas ranjang, untuk sekedar duduk saja aku lemas, apalagi berjalan mengambil ponselku yang tergeletak di atas lemari TV, walau itu hanya lima langkah saja jaraknya dengan ranjangku.
Dringg!!
Kedua kalinya, aku tidak menggubris panggilan itu dan kembali memejamkan kelopak mata dengan suhu tubuh yang sudah lumayan tinggi.
"Eca, hp lo bunyi tuh. Kenapa gak diangkat aja si?" ucap Vina yang baru saja masuk ke kamarku seraya membawa sebuah nampan.
"Gue lemes banget, Vin."
Vina berjalan menuju lemari TV untuk mengambil ponselku, "Nomor siapa ini, Ca?" tanya Vina dengan terus menatap layar ponselku.
"Fiko, bukan?"
Vina menggeleng, "Bukan. Ini gak ada namanya, Ca."
"Udah gk usah diangkat. Sekalian gue minta tolong di non-aktifkan aja hp gue, Vin."
"Yakin? Ntar kalau ada panggilan penting dari kantor lo gimana, Ca?"
"Makanya matiin aja."
"Ok deh. Oh iya, ini gue bawa bubur ayam sama obat lo." Meletakkan senampan bubur berikut segelas air dan obat. "Mama Popie sama Papa lagi undangan keluar kota. Mungkin sampai rumahnya nanti malem," ucapnya seraya duduk di ranjangku.
"Terus?"
"Ya, gue yang bakal rawat lo lah, Ca."
Aku menyeringai tipis, "Gue gak apa-apa kok, Vin. Lo jagain aja tuh si Ina. Ntar lagi gue juga sembuh kok."
"Ina udah sama Fiko, Ca."
"Apa?! Fiko?" tanyaku terkejut.
"Iya. Dia dateng jemput lo kerja, trus gue bilang lo sakit, trus dia tanya Mama, dan gue bilang Mama sama Papa pergi keluar kota. Gue suruh dia jenguk lo di kamar, tapi dia malah suruh gue yang jagain lo. Katanya, dia gak mau ganggu lo istirahat jadi dia bantuin gue jagain Ina," ucap si bawel Vina begitu cepat hanya dengan satu kali tarikan napas.
"Sekarang Fiko dimana, Vin?" tanyaku yang segera menyampirkan selimut dan bangkit dari ranjang.
"Lo mau kemana, Ca?" tanya Vina terkesiap. "Makan dulu obatnya, Hehh!" perintah Vina yang tidak ku gubris lagi.
"Nanti Vin!" sahutku yang segera berlari menuruni undakan anak tangga hendak menjumpai Fiko.
Di Ruang Bermain Reina
Dari pintu masuk ke ruang bermainnya Reina, aku sudah melihat pria yang duduk di lantai mengenakan kemeja berwarna biru muda dengan bagian tangannya ia lipat sampai siku, tak lupa ia juga mengenakan celana kepper berwarna hitam. Pria itu adalah Fiko, pria yang duduk santai dan tersenyum manis melihat boneka Teddy Bear yang ia belikan di mall kemarin siang untuk menyenangkan hati Reina.
"Fik!" sapaku agak kuat. "Kenapa lo—" kataku terjeda.
"Sstttt!" tukas Fiko memotong pembicaraanku dengan jari telunjuk sudah berada di ujung bibirnya. Lantas, aku pun sebenarnya merasa heran, apalagi maksudnya ini. Kulihat ia mulai beranjak dari tempat duduknya, ia berjalan menghampiriku perlahan-lahan. Begitu pelan. Begitu hati-hati. "Reina, sedang tidur tuh!" sambungnya berbisik di telingaku dengan tangan kanannya menunjuk ke arah tumpukan lego yang Fiko rakit menjadi sebuah istana kecil untuk Reina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elsha dan Nugie [END]
General FictionSeorang pria tengil yang ditemuinya di gerbong kereta kala itu rupanya seseorang yang kini membersami dirinya, menghias pagi ke malamnya, hingga disetiap hembusan napas dan detak jantung dihidupnya. Lantas, mampukah gadis keras kepala seperti Elsha...