27. | Sebuah E-mail untuk Nugie

91 55 0
                                    

"Aku sudah mengaku salah, tapi aku belum merasa kalah dalam melawan waktu untuk terus menunggu kepulanganmu."
—Elsha (by Elsha dan Nugie)

"Duhh, mie rebus gak mau ganggu Pak Bos dan Bu Komisaris pacaran deh. Biarin aja aku jadi ngembang," goda bu Minah dengan logat jawanya yang medok, ia datang bersama dengan nampan dua mangkuk Mie Rebusnya.

"Eh, bu. Udah dari tadi di sini?" tanyaku yang menjauh dari pelukan Fiko.

"Ihh, udah lanjutin aja pelukannya Bu Komisaris. Gak usah malu sama saya. Gak apa-apa mie rebusnya dingin. Yang penting kalau sambil pelukan mah pasti jadi anget lagi, kan," goda  Bu Minah lagi dengan gaya centilnya.

Bu Minah, Ibu Kantin di kantor kami yang kalau sedang datang tanggal tua tingkahnya centil dan menggemaskan. Bisa dibilang di tanggal ini bu Minah akan menjadi wanita yang mengabaikan kulit keriputnya di usia yang menginjak lima puluh lima tahun. Tapi kalau sedang datang tanggal Muda, ia akan berubah menjadi, wanita otot kawat tulang besi, ditambah lagi dengan suaranya yang maha menggelegar itu,

Woyyy! Bayar hutang kalian!

Jangan sampai piring kantin nyangkut di kepala kalian!

Atau kalian pulang tanpa kepala!

Jadi, jangan harap deh, gajih manusia-manusia modern di kantor bakal tetap utuh saat Bu Minah seketika berubah jadi wanita super power untuk menagih kasbon para karyawan.

Skip!

"Wahh, makasih ya bu. Saya udah laper banget soalnya!" tukas Fiko berusaha mengalihkan seraya  mengambil dua mangkuk mie rebus tersebut dari nampan Bu Minah.

"Hmm, bu komisaris lihat deh, pipi Pak Bos sudah berubah jadi merah merona tuh!" tunjuk Bu Minah yang membuat Fiko semakin gugup.

"A-apaan deh Bu Minah nih. Perasaan ngeledek mulu deh." mata Fiko berkedip dengan cepat, juga terlihat tangan kanannya sedang sibuk menggaruk tengkuknya itu.

"Helehh, kalau suka mah jangan di pendem-pendem, Pak Bos. Ntar kalah start baru deh nyesel, xixixi," goda Bu Minah lagi yang segera berlari meninggalkan aku dan Fiko.

"Eh anu, El. Jangan didengerin ya omongan Bu Minah itu. Biasa mulutnya minta di ruqyah dia mah, bigos banget!" ucap Fiko seraya menepuk keningnya.

"Iya, santai. Gue juga tahu Bu Minah kayak gimana kok, Fik." menuangkan saus dan mengaduk Mie Rebus dengan telur setengah matang, dan tak ketinggalan juga pak coy sawi mini yang begitu manis.

Fiko mulai menyantap mie rebusnya, beberapa saat kemudian, "By the way, Elsha. Nanti pulang ngantor biar gue aja ya yang anterin lo pulang."

"Engga usah, Fik. Gue kan bawa mobil sendiri. Lagian gak enak juga sama karyawan yang lain."

Fiko mengernyit, "Lho, kenapa? Kan lo sahabat gue."

"Sekalipun gue sahabatan sama lo. Gue tetep hanyalah seorang Komisaris dan lo seorang Direktur perusahaan kita ini. Ada baiknya kalo di lingkungan kantor kita harus jaga wibawa kita sebagai atasan dan bawahan yang profesional, Fiko," ujarku.

Fiko menarik satu ujung bibirnya ke dalam, "Hmm iya deh. Emang mobil lo udah keluar dari bengkel?" tanyanya dan aku hanya menganggukkan kepala sekali. "Kapan?" sambungnya.

"Tadi, baru di anter sama montirnya, Fik," ucapku santai.

"Oh gitu," jawab Fiko sesekali memangguk.

"Kenapa, Fik?"

Elsha dan Nugie [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang