"Jangan pernah kecewain orang yang sayangnya tulus sama kita, karena ketika kita kehilangan orang tersebut, kita akan kesepian memeluk segala penyesalan."
—Nugie (Elsha dan Nugie)♡
Selesai sholat shubuh berjamaah, Oma mengajakku bersiap untuk pergi ke suatu tempat. Tadinya tidak curiga, sebab kukira Oma hendak mengajakku untuk pergi ke tempat senam lansia.
"Emang kita mau pergi kemana sih pagi buta gini, Oma?" tanyaku penasaran lantaran melihat Oma berjalan seraya membawa keranjang sayuran.
"Ke pasar," jawab Oma singkat seraya mengenakan bundaran kain penutup kepala.
Aku terkesiap, "Ha? Pasar Oma?!!" tanyaku beranjak dari tempat duduk, "Ngapain kita ke sana, Oma?!!" sambungku gusar.
"Ya kita belanja atuh, Neng geulis," Oma tersenyum menggeleng mendemgar tanggapanku baru saja itu.
By the way, karena Mama gak pernah ajak aku ke Pasar. Jadi aku sedikit enggan untuk berjibaku dengan hal-hal yang berbau pasar, aku berpikir ke pasar itu tempat yang tidak higienis, beda dengan Mama yang selalu mengajakku ke Swalayan yang menjual sayuran juga, tapi di sana kan jelas tertata rapih dan bersih.
"Hari ini Oma mau belanja bahan-bahan gulai ayam di pasar, sekalian belanja sayur, ikan, buah juga buat isi kulkas, kamu harus ikut oma ya, Ca!" ajaknya.
"Eca gak mau ah, Ma," jawabku menolak.
"Ihh hayuk atuh biar kamu mah ngarti Neng, biar gak kaku belanja ke pasar kalau sudah menikah nanti," ajak Oma membujukku.
"Yaa tapi kan Oma. Eca juga belum mau nikah, mbungg ahh!" upayaku lagi untuk menghindari ajakan Oma.
"Yeeuu—barudak siah," keluh Oma menggeleng.
Tiba-tiba melintaslah semerbak harum, aku tanda aroma tersebut, "Good morning Omaku!" sambut Nugraha dari balik pintu dapur.
"Morning juga, Nugie," balas Oma. Interaksi mereka di balkon kemarin sore saja masih membuatku merasa gondok, sekarang mereka melakukannya lagi membuat hariku disambut dengan rasa kesal. "Loh katanya kemarin kamu mau ke—" celetuk Oma begitu saja lalu di potong oleh Nugraha.
"Ke kebun!" ia berkata sergap. "Iya ke kebun kan, Oma?" tanya Nugraha mengedipkan satu kelopak matanya ke arah Oma, "Kata Opa sih nanti habis sarapan, Ma," sambung Nugraha lagi.
"Matamu kenapa Nugie. Kena sawan kali pagi-pagi gini?" celetukku memerhatikan gerak-gerik mata Nugraha yang mencurigakan.
"Oh Tuhan, Aku lupa kalau aku kan masih marahan sama Nugie, semoga aja aku gak sadar!" gumamku segera menutup mulut, panik.
"Enggak."
Lagi-lagi ia berkata singkat.
"Oh iya, ini Oma mau belanja, kan? Nugie anterin ya," Kata Nugraha mengalihkan pembicaraan. Dia benar-benar tidak mempedulikan keberadaan ku di sana.
"Duhh nyamuukk ngiuuungg!!" kesalku samar seraya menepuk area lenganku geram. Nugraha dan Oma melirikku sebelum akhirnya mereka melanjutkan perbincangan.
"Enggak usah. Oma pergi sendiri aja," ucap Oma mendengus kecewa.
"Lho kok pergi sendirian, kenapa gitu, Oma?" Nugraha menuntut jawaban dari Oma. "Udah, sama Nugie aja yah," sedikit memaksa.
"Oma tuh kesel, lagian Eca gak mau Oma ajakin belanja ke pasar, ya gak mungkin juga Oma ajak Nugie terus. Yang mau jadi seorang istri mandiri nantinya kan Eca bukan Nugie, udah lah!" cebik Oma lalu pergi meninggalkanku dan Nugraha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elsha dan Nugie [END]
General FictionSeorang pria tengil yang ditemuinya di gerbong kereta kala itu rupanya seseorang yang kini membersami dirinya, menghias pagi ke malamnya, hingga disetiap hembusan napas dan detak jantung dihidupnya. Lantas, mampukah gadis keras kepala seperti Elsha...