Part 16

14.5K 325 31
                                        

"Mayang..."

Gadis yang dipanggil menoleh menatap pria yang kini berdiri di depan pintu kamarnya dengan penampilan yang sangat berantakan.

Naufal, pria itu kini menampakkan diri di hadapan Mayang setelah beberapa hari menghilang pasca kejadian di Mall waktu itu. Penampilan pria dewasa itu terlihat sangat berbanding terbalik dengan penampilannya yang biasanya rapi dan bersih.

Naufal berjalan mendekat pada Mayang, menghampiri gadis yang tak kalah kacau darinya itu.

Ia duduk di ranjang sebelah Mayang, menatap wanitanya dengan penuh sesal. Tanpa kata, ia hanya ingin mengungkapkan segala penyesalannya lewat tatapan mata yang sangat kentara.

Mayang masih enggan menatap Naufal. Ia memalingkan wajah guna menyembunyikan wajah sedihnya dan untuk menahan diri agar ia tak semakin marah saat melihat wajah Naufal.

Melihat sikap Mayang padanya, Naufal hanya menunduk sambil tersenyum miris. Apa yang bisa ia harapkan dari gadis yang sudah ia kecewakan begitu dalam?

"Aku dengar kamu mau prakerin..." Naufal memecah keheningan dengan suaranya yang lirih.

Ia meneguk ludahnya sebelum melanjutkan kalimatnya, "...enam bulan di luar kota..."

"...boleh aku tau di mana?"

Kurang tau diri kah Naufal menanyakan itu pada Mayang? Walau ia sudah menyakiti gadis itu, ia tetap ingin Mayang bercerita padanya, bertingkah seperti sebagaimana mereka dulu, mengetahui apa saja yang Mayang sedang, akan dan telah lakukan.

"Apa perduli anda?"

Balasan dari mulut Mayang sudah Naufal prediksi sebelumnya, tapi hatinya tetap saja sakit. Jantungnya berdenyut nyeri, ia tak ingin terus berada dalam kondisi seperti ini bersama Mayang.

"Mayang, aku... Aku... Kamu jangan seperti ini, ku mohon..." pinta Naufal pada Mayang.

Mayang terkekeh sinis mendengarnya, "jangan seperti ini? Lantas sikap seperti apa yang anda harapkan dari saya setelah anda merusak kepercayaan yang saya berikan pada anda?"

Ia masih sakit hati, pantas ia bersikap seperti ini. Kenyataan pahit harus ia terima dari pria yang dicintainya, kemudian pria itu menghilang berhari-hari tanpa mau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi padahal Mayang sangat mengharapkan penjelasan itu dari mulut Naufal, namun nyatanya ia tak mendapatkannya sama sekali.

"Maaf..."

Hanya itu yang sanggup Naufal ucapkan pada Mayang dengan penuh sesal.

Mayang menggeleng sambil menatap Naufal tak percaya, "permohonan maaf dari anda gak akan mengembalikan keadaan seperti semula. Saya hanya ingin mendengar penjelasan anda, agar saya bisa secepatnya mengambil keputusan..."

Naufal mendongak, "keputusan?"

"Bertahan atau meninggalkan."

Mendengar itu sontak ekspresi Naufal berubah menjadi pias. Ia meraih tangan Mayang dan menggenggamnya dengan tangan bergetar panik.

"Jangan tinggalin aku, Yang... Jangan..." matanya memerah, ia benar-benar takut hingga membuat tubuhya bergetar kecil.

"Seharusnya anda tau itu adalah resiko yang harus anda terima setelah melakukan semua ini," Mayang melengos saat mengucapkannya, ia tak sanggup melihat Naufal yang kini nampak sangat menyedihkan di hadapannya. Ia tak ingin goyah, ia harus tegas untuk mempertahankan hatinya yang sudah retak agar tidak pecah.

Tangan Naufal masih menggenggam milik Mayang, ia meremasnya lembut, kemudian mengecup punggung tangan itu dan mengusapkannya pada pipinya.

Mayang diam, tak melawan. Ia membiarkan Naufal melakukan apa yang dia mau, hingga pria itu menceritakan semuanya.

"Aku mabuk di malam terakhir kamu kunjungan industri, aku gak sadar melakukan itu dengan Meyfa dan membuat dia hamil."

Mendengar penjelasan singkat dari Naufal, Mayang mengangguk dan menarik tangannya dari genggaman pria itu, membuat Naufal merasa sedih.

"Lalu?" Tanyanya seolah ingin tau kelanjutannya.

Naufal menarik nafas perlahan, menahan sesak yang menghimpit dadanya. "Aku akan menikahinya."

"Bagus..."

Mendengar tanggapan itu, Naufal mendongak menatap Mayang dengan pandangan tak terbaca. Ia merasa akan ada hal buruk, Mayang melontarkan balasan yang tak diduga sama sekali olehnya, Naufal benar-benar takut sekarang.

"...dengan begitu, saya sudah gak punya alasan untuk tetap di sini kan?"

Deg...

"M-maksud kamu? Sayang, kamu jangan-"

"Berhenti panggil saya dengan sebutan menjijikkan itu!" Sela Mayang membuat Naufal teriris mendengarnya.

Pria itu menutup matanya, menahan nafas sejenak. Ia tak kuat menatap mata Mayang yang terlihat penuh amarah dan kekecewaan.

Mengatur nafasnya, kemudian Naufal kembali membuka matanya dan bertanya pada Mayang. "Kapan kamu berangkat prakerin?"

Suaranya terdengar bergetar, ia mencoba untuk kuat dan siap mendengar jawaban yang akan keluar dari bibir Mayang.

"Besok."

Tes

Tes

Air mata menetes dari kelopak indah pria 25 tahun itu. Ia mendongak untuk mencegah air mata yang hendak keluar semakin deras.

Naufal tak siap kehilangan Mayang, ia tak siap ditinggal pergi cintanya. Walau ini semua karena kesalahannya, Naufal benar-benar tak siap untuk itu.

Mayang yang melihat itu mencoba acuh, mencoba tak perduli bagaimana perasaan Naufal saat mendengar keputusannya.

Biar bagaimanapun, pria itu masih menjadi pria yang dicintainya, tentu Mayang juga sedih, tapi ini adalah keputusannya. Naufal akan berbahagia dengan anak dan istrinya nanti, mereka akan segera menikah dan melupakan Mayang yang pernah tersakiti oleh perbuatan mereka.

Gadis itu tak ingin lebih hancur lagi jika memutuskan untuk tetap bertahan padahal sudah jelas pria itu akan bersama wanita lain, Mayang tak sebodoh itu.

Setelah berhasil membendung kristal bening dari matanya, Naufal kembali bersuara.

"Boleh aku tau, kamu akan ke mana?" Tanyanya pada Mayang, namun kali ini ia tak berharap banyak, ia tau pasti apa yang akan menjadi jawaban dari Mayang.

Mayang menggeleng pelan, "saya hanya ingin menata kembali hidup saya, tanpa ingin mengambil resiko kembali disakiti oleh pria seperti anda. Dan saya rasa, ke manapun saya akan pergi, itu bukan lagi urusan anda."

Hancur sudah pertahanan Naufal, pria itu memeluk tubuh Mayang dengan sangat erat.

Mayang yang mendapat pelukan itu mencoba memberontak, namun ia tentu saja kalah kuat dengan tenaga yang dimiliki Naufal, hingga ia berakhir pasrah saat Naufal memeluknya dan mengecupi puncak kepalanya.

Tak lama kemudian, Mayang ikut terhanyut dan menangis sedih dalam pelukan Naufal. Ia memukul-mukul dada pria itu dan meraung pilu.

Naufal semakin merasa menyesal akan perbuatannya hingga membuat Mayang seperti ini. Gadis kuat ini kini begitu menyedihkan dengan tangisan pilu dan pukulan tanpa tenaganya.

Setelah 30 menit berlalu, Mayang mulai tenang. Ternyata gadis itu tertidur karena kelelahan setelah menangis begitu lama dan menumpahkan segala emosinya.

Perlahan, Naufal merebahkan tubuh Mayang dan ikut memposisikan diri di sebelah gadis itu. Ia menarik selimut untuk menutupi setengah tubuh mereka berdua, kemudian ia memeluk Mayang erat dari samping.

Biarlah ini menjadi malam terakhir ia bisa seperti ini dengan Mayang. Naufal ingin menikmatinya sebelum gadis itu pergi meninggalkannya.

Yang harus kalian tau, Naufal malam itu menahan diri agar tak tertidur hingga pagi. Sepanjang malam ia habiskan untuk memandang wajah tentram Mayang yang mungkin tak akan bisa lagi ia nikmati untuk hari-hari selanjutnya.

***

Thanks for reading, guys...
Vote+komen sak karepmu

(Senin, 22 Maret 2021)

Uncle And Love [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang