Part 14

15.7K 260 14
                                    

Mencoba melupakan kejadian malam itu, Naufal menjalani hari-harinya seperti biasa. Mengantar-jemput Mayang sekolah, bekerja, makan malam bersama Mayang dan Bima di ruang makan, tidur dikeloni oleh kekasihnya itu.

Semua ia jalani seperti hari-hari sebelum malam itu terjadi. Ia selalu menanamkan pemikiran positif, bahwa wanita itu tak akan mengandung benihnya.

Hingga sebulan berlalu setelah malam itu terjadi. Kini ia tengah duduk berhadapan di dalam ruangannya dengan seorang wanita sang sangat tidak ia harapkan akan datang mencarinya.

Meyfa, wanita itu mendatanginya di kafe pusat dan meminta berbicara empat mata dengan Naufal.

Pikiran-pikiran buruk sudah mengelilingi rongga kepalanya, pria itu hanya berharap wanita di depannya tidak mengatakan hal yang sangat tidak ia inginkan.

Namun harapan itu hancur saat dua kata terlontar dari bibir merah itu.

"Aku hamil..."

Brak...

Lantaran murka dan frustasi, Naufal menggebrak meja di hadapannya, membuat Meyfa yang duduk di seberang sana terlonjak kaget.

"Apa yang lo bilang itu hah? Jangan mengucapkan omong kosong!"

Naufal mencoba menyangkalnya, ia masih tak bisa menerima semua ini.

"Ini bukan omong kosong! Aku benar-benar hamil dan kamu harus bertanggung jawab karena sudah menabur benih padaku!"

Meyfa membalasnya tak kalah keras. Ia menampilkan wajah marah seolah tak terima dengan kondisinya, padahal dalam hatinya ia bersorak bahagia. Ini yang ia mau, ia hamil dan pria di depannya mau tak mau harus bertanggung jawab.

"Kenapa lo gak minum pil KB?!"

"Aku gak kepikiran sampai sana!"

Naufal menyugar rambutnya frustasi, "Ya Tuhan..."

"Berapa usianya?" tanyanya sambil merilekskan diri, mencoba menerima kenyataan.

"Tiga minggu. Ini benar-benar anakmu, Fal, dan aku menuntut pertanggung jawabanmu." Meyfa memaksa, ia tak ingin menerima penolakan dari pria itu.

Naufal bukan seorang bajingan. Ia melakukannya dalam kondisi mabuk, dan ia cukup tau diri untuk tidak menyuruh wanita di depannya menggugurkan kandungannya. Bayi itu tak bersalah.

"Aku tau, aku akan bertanggung jawab."

Ia tak memikirkan resiko dari keputusan yang diambil olehnya. Soal bagaimana ia dan Mayang nanti, ia akan memikirkannya belakangan. Yang terpenting sekarang adalah bertanggung jawab atas kesalahannya.

"Bagus, besok bisa temani aku memeriksanya?"

Melihat anggukan Naufal, Meyfa tersenyum puas. Rencananya berhasil. Ia sudah membuat pria itu jatuh ke pelukannya, walau dengan cara licik sekalipun.

"Untuk masalah pernikahan-"

"Bisa kita pikirkan itu nanti? Aku lelah..." sela Naufal cepat. Ia ingin mengakhiri semua ini dan pulang untuk mengistirahatkan diri.

Meyfa menurut kali ini, ia mengangguk dan meraih tasnya, kemudian beranjak dari sana.

"Aku pergi dulu, sampai jumpa, calon papa..."

Tak menghiraukan itu, Naufal menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan.

Perlahan, air mata menetes dari kelopak matanya, membasahi lengan kemeja yang dikenakannya.

Isakan mulai terdengar, pria itu menyebut-nyebut nama Mayang di setiap menitnya.

"Hiks... Mayang..."

Uncle And Love [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang