Part 20

8.6K 260 24
                                        

Dengan tertatih, Naufal berjalan menuruni tangga menuju ruang tamu, tempat wanita itu menunggunya.

Di sanalah Meyfa sedang duduk sambil meminum teh yang disuguhkan oleh Bima sebelumnya. Wanita itu mengenakan gaun longgar bermotif floral sebatas lutut, mungkin untuk menyamarkan perutnya yang sudah sedikit membuncit.

Perlahan Naufal duduk di sofa seberang teman lamanya itu. Menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa dan menengadahkan kepalanya terengah. Berjalan sejauh itu cukup menguras tenaganya yang tak seberapa, sangat melelahkan.

Hening cukup lama dengan keadaan Meyfa yang canggung karena merasa kehadirannya tidak diinginkan oleh lelaki itu dan cukup mengganggu. Tapi ia rasa ia perlu untuk datang, karena sesuatu yang ia bahas ini berhubungan dengan pernikahan mereka, masa depan mereka.

"Cepat katakan ada apa!" Naufal mengatakannya dengan sangat datar dan cepat, seolah ia ingin wanita itu segera pergi.

"A-aku gak bisa mengatakannya di sini." Meyfa melirik ke arah ruang keluarga seolah mengisyaratkan bahwa ada orang lain di rumah itu dan pembicaraan mereka ini bersifat rahasia.

"Katakan saja dan segera pergi dari sini!" Pria itu sudah tak perduli lagi jika Bima mendengarnya dan akan mengamuk padanya, ia tak memiliki cukup keperdulian untuk itu.

"Baiklah," Meyfa menarik nafas dalam-dalam guna mengurangi kegugupannya.

"Sebenarnya ini bukan anak kamu,"

Hening.

Naufal tak menunjukkan respon yang berarti, pria itu hanya memejamkan matanya dengan rahang yang mengeras.

"Tapi anak partner ONS-ku. Kita gak pernah benar-benar melakukannya, waktu itu walau kamu dalam kondisi mabuk berat, kamu menolak dan tertidur gitu aja. Aku cuma melepaskan pakaian kamu dan membuatnya seolah-olah kita telah melakukannya." Lanjut Mayang.

Lagi-lagi hening. Ia kira Naufal akan mengamuk dan langsung mengusirnya dari sana karena tak sudi melihat wajah penipu sepertinya.

"Kenapa baru mengatakannya sekarang?" Akhirnya pria itu meresponnya dengan suara bergetar.

Menggeleng, Meyfa meremas bagian bawah gaun yang dikenakannya. "Aku butuh waktu untuk mengumpulkan keberanian. Setelah aku lihat kamu yang kacau waktu gadis itu mengetahui hubungan kita, aku menyesal melakukannya. Aku pikir kamu masih single, jad-"

"Jadi menurutmu orang single wajar untuk ditipu?" Potong Naufal.

Dengan menggigit bibirnya takut, "I'm sorry..."

Naufal tak lagi menjawab, tapi isakan lirih yang keluar dari bibirnya membuat wanita di depannya terkesiap.

Meyfa menatap Naufal dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Fal..."

"Dia sudah hilang dan semua kebohongan ini baru terungkap." Suara serak Naufal menunjukkan betapa hancurnya ia sekarang, betapa kehilangannya ia sekarang.

"Naufal, ma-"

"Pergi!" Lagi-lagi Naufal memotong perkataannya dan mengusirnya.

Dengan senyum penuh sesal, Meyfa mengangguk dan beranjak keluar dari rumah Ayah Mayang itu.

Wanita itu melangkah pelan sambil menundukkan kepalanya, menyesali keputusannya untuk menjebak Naufal sebelumnya. Ia membuat pria yang dicintainya bersedih, bahkan hancur.

Setelah kepergian Meyfa, Naufal segera beranjak dengan tenaga yang sepertinya lebih banyak dari sebelum kedatangan wanita itu.

Ia menghampiri Bima yang sedang duduk di kursi meja makan sambil memainkan ponsel.

"Bang, I need to know, di mana Mayang sekarang."

Dengan kerutan di dahinya, pria yang berstatus duda anak satu itu menatap Naufal yang berdiri dengan mata sembab.

"Dia bahkan belum sehari pergi, Fal." Jawabnya karena ia tau, Naufal ingin menemui putrinya. Ia yakin masalah di antara mereka berdua sudah ada pemecahannya, maka dari itu Naufal bertekad untuk menemui Mayang.

"Bang, please..."

Nada memohon Naufal tidak mampu mengubah keputusan Bima. "Abang kasih tau setelah kamu jelaskan ada masalah apa di antara kalian."

Ya, sebenarnya ia cukup penasaran dengan apa yang terjadi pada mereka, hingga membuat Mayang yang notabene adalah perempuan yang pemaaf memilih untuk terus perang dingin dengan sang paman.

Dengan tekad untuk bertemu cintanya, Naufal dengan lugas menjelaskannya. "Wanita tadi mengaku hamil anakku dan Mayang tau. Dia marah dan kecewa, lalu pergi..."

Bima shock, tapi ia tau Naufal belum selesai berbicara, maka dari itu ia menunggunya untuk meneruskan penjelasannya.

"...dan ternyata itu cuma jebakan, wanita tadi memang hamil tapi bukan anakku, dan dia baru mengatakannya barusan." Selesai dengan penjelasannya, Naufal kembali memohon untuk diberitahukan di mana keberadaan Mayang saat ini. Tentu ia tak cukup berani untuk mengatakan dengan lengkap tentang hubungannya dengan Mayang. Ia takut Bima malah mengamuk dan menyulitkan ia untuk menemui Mayang jika tau lengkap apa yang sebenarnya sudah ia lakukan.

Nanti, setelah ia dan Mayang berbaikan, ia akan mengatakan yang sebenarnya pada Bima. Ia berjanji.

"Palembang, cari saja dia di sana. Abang gak tau persisnya, tapi dia tinggal di rumah kontrakan." Bima memutuskan untuk membantu Naufal menemui Mayang.

"Makasih, Bang, makasih banyak." Dengan segera Naufal berlari menuju kamarnya untuk mengambil ponselnya dan meminta bantuan temannya mencari Mayang di Palembang. Ia juga berniat mencari tiket untuk terbang ke sana segera, namun penerbangan hari ini ke Palembang sudah tak ada, paling cepat besok pagi ia bisa mendapatkannya.

Tak apa, ia sudah sedikit lega, setidaknya ia sudah memiliki alasan untuk menemui Mayang. Ia tak benar-benar menghianati Mayang. Semua hanya rencana busuk Meyfa. Ya Tuhan, Naufal bersyukur sekali, ia bahkan sampai meneteskan air matanya karena lega. Ia tak seburuk itu ternyata. Malam itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama ia bisa tertidur dengan tenang dan nyenyak, bahkan senyum kecil menghiasi wajah tampannya.

***

Thanks for reading, guys...
Vote+komen sak karepmu.

(Sabtu, 25 September 2021)

Uncle And Love [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang