Part 19

8K 245 13
                                        

Suara hair dryer dan alunan lagu berjudul Top Of The World milik The Carpenters mengiringi kegiatan Mayang mengeringkan rambutnya seusai keramas. Kakinya mengetuk-ngetuk lantai sesuai dengan irama yang didengarnya, begitu pula tubuhnya yang sesekali bergoyang pelan secara reflek.

"Is the love that I've found ever since you've been around, your love's put me at the top of the world~"

Ah Mayang yakin jika saja rumah yang ditempatinya ini berdempetan dengan rumah tetangga, pasti para tetangga barunya itu akan protes karena suaranya yang dirasanya sangat mengganggu.

Selesai dengan kegiatannya, ia kemudian merebahkan diri di atas ranjang. Mulai saat ini di sinilah ia akan tinggal untuk beberapa bulan kedepan. Rumah kontrakan milik Kemas ini berukuran 5x5 yang terdiri dari 2 lantai. Untuk harga yang ditawarkan, rumah ini tergolong murah untuk Mayang sebagai seorang pelajar. Lupakan dulu gelar anak sultan di sini karena dia tak mau membebani ayahnya lebih banyak lagi. Di dalam rumah ini, lantai 1 terdapat Ruang tamu, dapur dan toilet, sedangkan lantai 2 hanya terdapat ruang tidur dan 1 ruangan kecil yang difungsikan sebagai gudang. Sangat nyaman jika untuk ditempati oleh 1-2 orang.

Gadis berpipi chubby itu meraih ponselnya yang terletak di atas nakas dan menghubungi ayahnya. Setelah deringan ke-4 panggilanpun diangkat.

"Halo, assalamu'alaikum, Yah..."

"Wa'alaikumsalam, Sayang. Gimana? Sudah di mana kamu sekarang? Sudah sampai kan?" Suara Bima terdengar dari seberang sana.

"Iya udah dari tadi sebenernya, cuma kan aku makan dulu terus cari-cari tempat tinggal juga."

"Terus gimana sekarang? Udah dapet atau belum? Perlu Ayah bantu carikan lewat teman-teman Ayah yang ada di sana?" Bima terdengar cemas di sana, khawatir putri satu-satunya itu mengalami kesulitan, pasalnya ini adalah kali pertama si cantik Mayang memutuskan untuk tinggal jauh darinya.

Mayang terkekeh mendengar Ayahnya khawatir, "santai aja, Yah. Aku udah dapet kontrakan, nyaman, yang punya juga baik, harga juga ramah di kantong."

"Jangam permasalahkan harganya, kalau uangnya kurang, bilang aja ke Ayah, biar Ayah transfer. Buat diri kamu senyaman mungkin, Ayah gak mau ya denger kamu kesusahan selama tinggal di sana." Lihat betapa berlebihan Ayah Mayang itu! Demi Alek, Mayang baru pindah pulau, bukan pindah dunia. Bayangkan jika ia PKL di dunia lain, mungkin kalau begitu akan wajar jika Bima mengkhawatirkannya dengan berlebihan.

"Iya, pacarku yang paling ganteng..." balas Mayang dengan menggoda sang Ayah.

"Pacar Ayah yang satu ini jangan sampai telat makan di sana, ya. Pokoknya harus makan teratur, di sana akses ke tempat makan dan tempat publik jauh gak?" Bima membalas godaan anak tersayangnya itu.

"Deket kok, ini keluar rumah udah jalan raya, ramai, banyak orang-orang jualan makanan, jajanan juga banyak."

"Bagus, jadi Ayah gak harus khawatir kamu pulang nanti jadi tengkorak laboratorium."

"Ih Ayah mah hoaaaaam" rengekan Mayang diakhiri dengan dia yang menguap, mungkin karena kelelahan setelah perjalanan jauh tadi.

"Duh udah ya kalo gitu, besok Ayah telfon lagi, kamu istirahat yang cukup." Bima memutuskan untuk mengakhiri panggilan setelah mendengar anaknya menguap.

"Iya, yaud-"

"Kalau ada masalah sama om kamu tolong dibicarakan ya, Sayang, kamu sudah dewasa kan? Selesaikan dengan kepala dingin, assalamu'alaikum..."

Tut tut

Mayang belum sempat membalas salam Ayahnya ketika Bima memutuskan panggilan. Ia masih mematung, Ayahnya itu terlalu peka. Tanpa Mayang berceritapun ia tau bahwa sang anak dan adik tirinya sedang perang dingin.

Menghembus nafasnya pelan, Mayang meletakkan ponselnya kembali di atas nakas dan menutup matanya dengan lengan kanan yang ditekuk. Matanya kembali memanas saat mengingat apa yang sudah Naufal lakukan.

Awalnya tak ada suara tangis yang terdengar, namun lama kelamaan isakan lirih keluar dari bibir manisnya, akhirnya iapun tertidur karena kelelahan.

***

"A-ah..."

Rintihan kecil terdengar dari mulut pria dewasa yang sedang meringkuk di atas ranjang miliknya. Ia baru terbangun dari tidurnya dan nyeri kembali menyerang dadanya ketika ia membuka mata.

Dengan tubuh bergetar, ia bangkit dari posisinya dan berjalan keluar menuju kamar yang sebelumnya dihuni oleh perempuan tercintanya.

Setelah menutup pintu, ia duduk di atas ranjang yang ada di kamar bernuansa hijau tosca itu. Perlahan ia mengusap sisi ranjang yang kosong. Di sanalah tempat Mayang biasa menghabiskan malam, tempat gadisnya beristirahat setelah penat beraktivitas.

Harum khas Mayang begitu terasa, membelai lembut indera penciumannya. Di sana terdapat banyak foto-foto polaroid yang mengabadikan momen-momen si pemilik kamar dengan orang-orang terdekatnya. Ada foto gadis itu bersama sang ayah, sahabatnya, rekan bandnya, bahkan ada 1 fotonya bersama Naufal yang diambil beberapa tahun lalu sebelum Naufal memutuskan untuk hidup mandiri. Di foto itu terlihat Naufal tersenyum lebar menatap Mayang kecil yang sedang terduduk di atas rumput sambil cemberut.

Mengingat momen itu, Pria itu tersenyum kecil, gadisnya memang sangat menggemaskan. Ya, tentu saja Mayang masih gadisnya. Walau Mayang sudah pergi entah kemana, tapi Naufal bersumpah tak akan membiarkan gadis itu menjadi milik orang lain. Hanya Naufal yang boleh memilikinya. Memang terdengar sangat egois, tapi jika harus melepas Mayang untuk pria lain, rasanya Naufal tak akan sanggup.

Saat sedang asik melamun, suara pintu terbuka membuatnya tersadar. Rupanya sang kakak sedang berdiri di sana sambil mengernyitkan dahi heran.

"Dicariin di kamar gak ada, di mana-mana gak ada, ternyata di sini, toh. Itu di bawah ada perempuan nyariin kamu, katanya namanya Meyfa."

***

Hai aku datang kembali!!
Setelah sekian lama kalian aku ghosting, aku udah ada niatan mulai lanjut lagi nih!

Thanks for reading, guys...
Vote+komen sak karepmu

(Sabtu, 25 September 2021)

Uncle And Love [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang