Mayang tengah asik berkutat dengan panci dan mie instan yang direbusnya. Gadis yang kini mengenakan kaos putih oversize yang sedikit nerawang dan hotpants abu-abu pudar itu tiba-tiba merasa kelaparan di tengah malam yang sunyi, hingga ia memutuskan untuk membuat mie guna mengganjal perut hingga pagi menjelang.
Sedang sibuk menggunting bumbu, suara benturan keras di lantai dua menginterupsi kegiatannya. Takut terjadi sesuatu di atas sana, ia segera mematikan kompornya dan pergi menuju asal suara dan mendapati seorang pria dewasa yang dia cintai tengah berdiri lemas sambil memegangi dahinya yang memerah. Sepertinya pria yang adalah paman sekaligus kekasihnya itu habis terbentur, entah karena apa Mayang juga tak tau.
"Mayang, kamu dari mana, Sayang?" Tanya Naufal dengan suara seraknya. Ia berjalan dengan lemas menghampiri Mayang dan memeluk gadisnya dengan erat.
Mayang membalas pelukan itu dan menepuk-nepuk punggung kekar Naufal. "Aku laper, lagi bikin mie di bawah. Mau ikut?" Tawarnya yang dibalas anggukan lemah dan deheman pelan.
Mayang kembali turun diikuti sang kekasih di belakangnya yang melangkah gontai. Sepertinya nyawa pria itu belum terkumpul sepenuhnya.
Mayang kembali menyiapkan mienya, sedangkan Naufal duduk lesehan di ruang tamu dan menelungkupkan muka pada meja.
Selesai menghidangkan mie instan merk Sedap varian rasa ayam bawang favoritnya, Mayang kembali ke dapur guna mengambil kompresan air dingin untuk dahi Naufal yang memar karena terbentur.
"Mas, sini coba lihat keningnya." Ia duduk di samping kanan pria itu dan meraih wajahnya.
Bukannya membiarkan keningnya dikompres, Naufal malah menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher gadisnya, membuat Mayang kesusahan.
"Kan mau diobati, Mas, ayo ih sini lihat aku." Ucap Mayang kesal.
Berdecak, Naufal menurut untuk diobati. Tapi tetap tangannya tak ingin tinggal diam, dia mengelus paha Mayang yang terekspos jelas karena celananya yang sangat pendek.
Menghiraukan tangan resek Naufal, Mayang fokus pada lebam yang dikompresnya. Namun ia mulai tak konsentrasi saat tangan kekar itu mulai menelusup pada kaos yang dia kenakan dan menuju bukit kembar miliknya.
"Mas..." Panggilnya memperingatkan.
"Mau nenen." Jawaban Naufal membuat Mayang mendengus keras.
"Aku makan dulu, keburu mie-nya ngembang." Ia membereskan baskom berisi air dingin dan juga handuk yang tadi ia gunakan untuk mengompres lebam pada kening Naufal. Setelah selesai, ia kembali duduk di sampinh Naufal dan mulai memakan mie instannya.
Baru habis setengah, tangan Naufal sudah tak tahan dan mulai membuka kaitan bra Mayang tanpa seizin gadis itu.
Mayangpun menghentikan kegiatan makannya sejenak, "bentar dulu kenapa sih, Mas? Aku laper, gak sabaran banget!" Ujarnya dengan nada sedikit keras lantaran kesal kegiatannya terganggu.
Naufal mendengar itu menunduk sambil menggigit bibir bawahnya, ia mengangguk pelan. Jemarinya saling bertaut seperti anak kecil yang gelisah, tapi ia berusaha untuk tak mengganggu Mayang yang kini melanjutkan acara makannya.
Setelah selesai, Mayang hendak membereskan peralatan makannya. Namun Naufal menghentikannya dan dengan tergesa melepas kaos dan bra gadis itu yang membuat payudara Mayang nampak jelas menggelantung di hadapannya.
"Mas...emph..." Ucapan Mayang terpotong lantaran Naufal langsung melahap payudara kirinya dengan rakus. Mayangpun terdorong sedikit ke belakang hingga membuat tangan kanannya menopang tubuhnya dan tangan kiri meremas rambut Naufal.
Seperti bayi yang kehausan, Naufal menghisapnya dengan kuat seolah cairan akan keluar dari sana. Nafasnyapun terasa memburu, sesekali ia mengerang kecil ketika merasakan pergerakan Mayang yang ingin mengubah posisi membuat putingnya hampir terlepas dari mulut Naufal.
"Bentar, Mas, ini gak nyaman."
Decapan Naufal terhenti, ia dengan segera mengambil bantal sofa dan menaruhnya di atas karpet, kemudian membaringkan Mayang dan ia menindih gadis itu, lalu melanjutkan kegiatannya yang tertunda.
Clop
Clop
Clop
"Aaahh jangan digigit..." Mayang menarik kepala Naufal agar terlepas dari dadanya. Dan nampaklah wajah Naufal yang menatapnya dengan tak terima.
"Udah dibilangin berkali-kali, jangan digigit! Udahlah gak usah nenen lagi!"
Entah mengapa, Mayang sekarang sangat mudah kesal. Sejak mereka berbaikan, Mayang lebih sulit menahan emosi dan lebih mudah mengeluarkan nada tinggi.
Perubahan juga terjadi pada Naufal. Karena rasa takut kehilangan yang begitu besar, ia jadi semakin rapuh, mudah menyesal dan tremor. Seperti saat ini, ia masih di posisi menindihi Mayang tapi dengan mata merah menahan tangis. Tangannya bergetar mencoba mengambil bra Mayang yang tadi ia geletakkan sembarangan kemudian memasangkannya pada gadis itu.
Mayang diam dan kembali memakai bra juga kaosnya yang tadi terlepas. Ia mengamati pria dewasa di depannya yang kini tidak nampak seperti orang pada usianya. Naufal seperti anak yang takut dihukum ibunya karena terlambat pulang setelah bermain. Awalnya ia hanya mengamati, tak lama kemudian ia tersenyum sendu dan menangkup wajah Naufal untuk menatapnya.
Punggung pria itu membungkuk, matanya menatap dengan sayu dan bibir melengkung kebawah. Sepertinya masalah waktu itu sedikit banyak telah mempengaruhi cara bersikap pria itu. Ia nampak tak percaya diri dan sering murung, ia juga lebih mudah takut dan selalu berhati-hati. Juga, ia lebih pendiam. Kalaupun berkata-kata, pasti kalimatnya berulang dan intinya sama, ia tak mau membuat Mayang terluka dan pergi.
Mayang mengecup seluruh wajah kekasihnya itu dengan lembut dan sedikit lama di bibir. Kemudian ia menyisir rambut Naufal yang sedikit berantakan dengan jari-jarinya, membuat pria di hadapannya kini memandangnya penuh binar. Kini pria itu terlihat seperti anjing kecil yang menggemaskan.
Mayang melingkarkan tangannya pada leher Naufal dan memeluk kepala itu dengan gemas, ia juga menghirup aroma shampoo Naufal dalam-dalam seolah mencari kenyamanan darinya.
Naufal tentu saja sangat senang dengan perlakuan Mayang. Gadis itu tak banyak bicara, tapi seperti memanjakan Naufal dengan rengkuhannya. Pria itu membalas pelukan Mayang dengan melingkarkan tangannya pada pinggang gadisnya dengan erat. Sesekali ia mengecup tulang selangka Mayang dengan ringan, kadang juga menggesekkan hidungnya di sana.
"Aku cinta kamu, Mas..."
"Mas lebih lebih lebih cinta kamu, Mayang..."
***
Akhirnya ada niatan buat up wkwkwk
Ayo berdoa biar mood up terus, biar cepet ending.Thanks for reading, guys...
Vote+komen sak karepmu.(Kamis, 9 Desember 2021)
KAMU SEDANG MEMBACA
Uncle And Love [21+]
AcakWARNING! 21+ Menikah karena hutang budi, itu adalah yang selama ini ia jalani bersama Diva, istrinya. Tak ada cinta di antara keduanya, dan Naufal juga telah melabuhkan hatinya pada perempuan lain sejak lama. Walau begitu, ia dan istrinya tetap menj...