I am not what happened to me, I am what I choose to become.
-Carl JungHappy Reading!
Makan malam bersama keluarga menurut Fadhil adalah salah satu hal yang paling tidak menyenangkan, karena selama makan malam semua pembicaraan bisa terjadi, termasuk pembicaraan tentang masa depannya yang dia yakini sudah dipikirkan dengan baik oleh orangtuanya. Fadhil sengaja menghabiskan makanan nya dengan cepat supaya dia bisa melewati pembicaraan ini.
"Sekolah kamu gimana? Nilai kamu semester kemarin turun, tahun ini harus dimaksimalkan lagi belajarnya"
"Iya pah"
"Karena sekarang kamu udah kelas 12, harus dipikirkan mau masuk kuliah dimana dan jurusan apa, tapi saran papa kamu ngambil teknik arsitektur atau sipil"
Fadhil hanya menundukkan kepala selama makan malam berlangsung, dia sangat ingin menyuarakan pendapatnya yang tidak menginginkan pilihan jurusan yang ditawarkan orangtuanya. Fadhil sebenarnya tidak menyukai berada di IPA, dia tetap bertahan karena tidak ingin merepotkan orangtuanya. Tapi sekarang, Fadhil tidak bisa jika harus terus - terus an menuruti permintaan mereka, sementara dia sendiri memiliki mimpi yang harus dicapainya. Dengan mantap Fadhil mengangkat kepalanya dan menatap langsung papanya untuk mempertimbangkan tentang pilihannya.
"Fadhil, ga mau ngambil IPA pah, Fadhil akan ngambil ips"
Papa Fadhil hanya diam mendengar keinginan Fadhil, sementara Fadhil berharap - harap cemas semoga papanya kali ini bisa menyetujui keinginannya."Ips? Berarti nanti kamu bisa ngambil jurusan hukum, administrasi negara, atau akuntansi"
Meskipun bukan jurusan yang diinginkannya, tetapi Fadhil bersyukur papa nya kali ini tidak memaksakan dirinya untuk memilih jurusan dari ipa.
"Fadhil mau ngambil jurusan musik pah"
Hening sesaat, hanya terdengar dentingan suara alat makan yang saling bertautan. Fadhil tau sangat beresiko untuk mengatakan keinginannya sekarang, tapi dia tidak bisa jika harus mengorbankan keinginannya lagi karena tidak pernah mengatakannya.
"Musik? Musik gabisa di jadikan pekerjaan, musik itu cuman untuk main - main dan gaperlu sampai kamu harus berkuliah di jurusan itu"
Fadhil sangat ingin membantah tanggapan papanya mengenai musik. Menurutnya musik juga memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan pekerjaan.
"Tapi aku suka dan mau lebih banyak belajar tentang musik pah"
Dengan nada memohon Fadhil berharap semoga papanya bisa mendengarkan permintaannya"Pasti kamu terlalu sering main gitar, jadi malas buat belajarnya"
"Fadhil serius pah, aku bisa main musik dan itu bisa jadi pekerjaan juga"
"Sudah, pembicaraan ini selesai, kamu pilih jurusan apapun di ips selain musik"
"Kalau gitu Fadhil akan kuliah sendiri"
Fadhil bangkit dari kursi kemudian menuju kamarnya. Papa Fadhil tetap duduk dengan tenang sekalipun putranya mengatakan sesuatu yang tidak masuk akal. Fadhil menutup pintunya dengan rapat, dia terduduk dikasurnya sambil menatap gitarnya yang tergantung di pojok kamar. Jika orangtuanya tidak mendukung mimpinya sama sekali, maka Fadhil akan mewujudkannya sendiri. Tanpa sadar Fadhil meneteskan air mata setelah sekian lama tidak pernah menangis. Apakah dia memang tidak memiliki kesempatan untuk mewujudkan keinginannya walau hanya ingin menjadi seorang musisi? Mengapa papa nya selalu memintanya untuk menjadi seseorang yang lain?
Padahal Fadhil sudah berusaha untuk menuruti semua keinginan papanya, sambil berharap dengan begitu semoga papanya bisa menjadi sedikit lunak dan tidak memaksakan kehendaknya lagi. Tapi ternyata tidak, justru papa nya semakin merasa berkuasa atas dirinya sehingga dengan mudah mengatur kehidupannya.
Dengan mantap Fadhil meyakinkan dirinya untuk tetap bertahan pada keinginannya, karena bagaimanapun juga Fadhil tetap akan menjadi seperti apa yang dia pilih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Pura - Pura 2 (Find Yourself)
Teen FictionArisha Cantika tidak menyangka hari pertama sekolahnya akan menjadi bencana sekaligus mempertemukannya dengan Reivan Adhitama . Risha bersyukur bahwa Reivan tidak menyimpan dendam pada dirinya karena pertemuan pertama mereka yang tidak terlalu menye...