Her

17 3 0
                                    

Melukis memang bukan keahlianku, tapi jika hanya mengecat sesuatu tanpa memerlukan keahlian khusus maka tentu aku bisa melakukannya.
Sore ini aku dan Agnes kembali mengikuti kerja kelompok seni budaya. Meskipun rasanya aku sangat malas untuk ikut latihan, tapi tidak mungkin aku bolos mengingat aktingku yang sangat buruk dan masih butuh banyak latihan.

Sambil menunggu bagian ku untuk berlatih dialog, aku membantu teman-temanku yang lain untuk membuat properti. Aku mengecat dengan hati-hati seluruh permukaan styrofoam yang telah dibentuk menyerupai batu . Nantinya properti batu ini akan digunakan sebagai jembatan untuk melewati sungai ketika Rama hendak menyelamatkan Sinta. Aku mengelap peluhku yang mengalir menuju dahi, entah kenapa hari ini rasanya sangat panas, padahal sekarang sudah sore tapi matahari masih bersinar cukup terang.

"Rish biar gua aja, bentar lagi bagian lo"
Indira mendatangiku kemudian mengambil kuas dan melanjutkan pekerjaanku.

"Oh oke"
Aku meletakkan kuas dan menuju ke lapangan tempat anggota kelompok ku sedang berlatih dialog sesuai perannya.
Aku memperhatikan akting Reivan bersama Ezra sebagai Laksamana. Mereka sedang membawakan adegan ketika Rama menceritakan keraguan nya pada kesucian Sinta kepada Laksamana. Aku merasa kagum melihat pembawaan ekspresi Reivan yang bisa menampilkan wajah tenang sekaligus ragu secara bersamaan.
Adegan mereka terasa benar-benar hidup, membuatku semakin gugup menunggu giliran bagianku. Aku membaca kembali dialog ku dan mencoba menghafalkan tiap kata yang harus kuucapkan. Huft kalau hanya mengafalkan nya saja aku bisa melakukannya dengan cepat, tapi ketika harus berakting bersama Reivan seketika aku pasti melupakan dialog yang sudah kuingat.
Mereka menyelesaikan adegan nya dengan baik, kupikir aku akan langsung melakukan adegan ku tapi Ayna justru pergi meninggalkan lapangan yang membuatku bingung.

"Rish latihan lo ditunda dulu, Ayna lagi nyari Farel, buat adegan gua selanjutnya"

"Ooh berarti habis ini bukan gua?"

"Iya, lo juga ada"

"Oooh"
Aku terpikirkan kembali ke aula untuk mengerjakan properti, tapi aku tidak ingin memperlambat latihan karena aku yang menghilang.

"Wajah lo kenapa Rish?"
Pertanyaan dari Reivan mengejutkanku, memangnya ada apa dengan wajahku?

"Gua bersihin ya"
Reivan mengelapkan tisu di sepanjang dahi dan pipiku. Apakah sejak tadi aku memiliki kotoran di wajahku? Kalau iya berarti selama ini aku sudah mempermalukan diriku.

"Ada apa emang Reivan? Kotoran ya?"

"Bukan, kayaknya bekas cat, lo habis ngecat ?"

"Iya, ya ampun makasih ya"

"Iya sama-sama"
Aku merogoh ponsel dikantungku untuk melihat penampilanku namu ponselku tidak ada disana apakah aku meninggalkan nya di aula ketika aku sedang mengecat tadi? Aku khawatir ponsel ku akan hilang, meskipun di sana terdapat teman sekelasku tapi tetap saja masih terdapat orang lain yang berlalu lalang melewati aula.

"Reivan, kayaknya hp gua ketinggalan di aula deh, gua mau ngambil dulu ya"

"Iya, mau gua temenin ga?"

"Gausah, nanti Ayna malah nyariin lo, kalau dia datang bilang gua lagi pergi bentar ya"

"Oke"

Aku kembali menuju tempat ku sebelumnya mengecat properti, sambil mencari keberadaan ponselku yang sepertinya kuletakkan di dekat plastik berisi kuas. Untungnya ponselku masih ada di sana, aku memasukkan nya ke dalam kantung dan kembali ke lapangan.
Saat aku hendak berlalu meninggalkan aula pandangan ku tertuju pada dua orang yang sedang berjalan di depanku. Aku mengenali tas yang digunakan oleh orang tersebut, apakah aku harus memanggilnya? Bagaimana jika aku ternyata salah orang?

"Fadhil"
Akhirnya kuputuskan untuk memanggil orang tersebut dan ketika mereka menoleh benar saja dia adalah Fadhil bersama seorang cewek yang tidak kukenal.

"Risha? tumben ada disini?"

"Iya gua lagi kerkel senbud, lo sendiri ?"
Aku melirik ke cewek tersebut karena sejujurnya aku belum pernah melihat dia, tapi mengapa Fadhil bisa bersama dengan nya? Apakah dia adalah salah satu dari sekian banyak mantan Fadhil?

"Gua sempt ada urusan tadi, oh iya Rish kenalin Aleta"
Aku mengulurkan tangan ku sambil tersenyum untuk berkenalan dengan Aleta.

"Risha, btw Lo teman sekelasnya Fadhil?"

"Buk-"

"Iya dia sekelas sama gua Rish, kita habis kerja kelompok juga"
Aleta seperti ingin menjawab tapi disela oleh Fadhil.

"Iya, kita sekelas rish"

"Oooh gitu"

"Rish latihan nya udah mau di mulai, buruan ke lapangan"
Panggilan dari Ayna menghentikan ku untuk bertanya lebih lanjut kepada mereka.

"Gua harus pergi sekarang, hari-hati ya pulangnya, bye Aleta"

"Semangat juga latihanya Risha"
Aleta menambahkan sebelum aku meninggalkan mereka.

"Iya"
Aku tersenyum ke arah nya sebelum pergi menuju lapangan. Entah kenapa aku merasa sedikit tidak bersemangat mengetahui Fadhil bersama perempuan lain, meskipun Aleta adalah teman sekelasnya tapi mereka terlihat cukup akrab. Mungkinkah mereka pernah memiliki kisah cinta dimasa lalu?

Pacar Pura - Pura 2 (Find Yourself)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang