Fadhil Rasydan
Berbaikan dengan papa adalah salah satu hal yang paling kusyukuri, sejak awal aku tidak pernah ingin bermusuhan dengan beliau. Sekalipun kami berbeda pendapat aku tidak pernah bisa untuk benar-benar membencinya, aku hanya membutuhkan cukup waktu untuk membuktikan kepada papa bahwa aku bisa menjadi seperti apa yang kuinginkan. Untungnya semua badai itu sudah berlalu, sekarang waktunya aku kembali fokus pada tujuan ku.
Aku membaca materi sejarah mengenai Nusantara era kolonialisme Voc dengan serius. Aku harus mengejar ketertinggalan materi setelah tiga hari tidak menyentuh buku sama sekali. Masih banyak tumpukan soal dari Aleta yang belum ku kerjakan, dan meskipun papa sudah menyuruhku untuk mendaftar les aku tetap harus belajar sendiri di rumah.
Aku berhenti membaca kalimat di paragraf selanjutnya ketika terdengar Ketukan pelan di pintu disusul dengan suara cempreng dari Friska. Aku bangkit dari duduk, untuk membukanya.
"Kenapa Fris?"
Friska masuk sambil membawa nampan berisi sepiring roti bakar dan susu."Kata ibu abang sekarang kurus kering jadi harus banyak makan, nih"
Aku menerima nampan tersebut kemudian meletakkan nya di meja, tapi bukan nya keluar Friska tau-tau saja sudah menuju kasur ku untuk duduk disana."Oh iya abang ga mau cerita gitu, selama tiga hari ngapain aja? Tidur dimana? Abang ga jadi gelandangan kan selama tiga hari? Padahal Aku udah senang kalau beneran jadi anak tunggal"
Aku tersenyum mendengar rentetan pertanyaan dari Friska, sudah lama sejak aku merasa dekat dengan nya seperti ini, karena biasanya kami selalu disibukkan oleh kegiatan masing-masing, Friska yang mengikuti les setiap pulang sekolah, dan aku yang bekerja.
"Jadi kamu lebih suka kalau abang ga ada di rumah?""Gak kok, Ga salah lagi maksudnya hehe"
"Abang ga ngapa2in, cuman merenung aja, ga jadi gelandangan juga, nginep nya di rumah Daffa"
"Oooh kak Daffa, oh iya abang tahu ga kalau kak Risha kesini?"
Risha? Untuk apa dia datang ? Aku tidak mengetahui hal itu karena dia juga tidak memberitahukannya."Risha? Ngapain?"
"Entah, aku juga ga ada pas dia disini, tapi mama nunjukin aku video abang lagi di panggung katanya ibu dapet video itu dari kak Risha, abang keliatan keren banget, sekali-kali mainin gitar buat aku dong"
Aku berusaha mencerna informasi yang diberitahukan Friska, video ku di panggung? Apakah Risha melihat penampilan ku di mall ? Bukankah aku selalu memilih mall yang berada di luar kota supaya tidak bertemu dengan teman-teman yang kukenal, dan dari sekian banyak mall di kota itu darimana dia bisa mengetahui aku berada disana? Padahal aku tidak pernah memberitahukan tentang kegiatan ku kepada siapapun, aku memandang Friska penuh tanda tanya, sementara dia balas menatapku bingung dengan mata lebarnya. Tunggu dulu seingatku aku pernah memberitahukan tentang jadwal ku ke Friska, termasuk lokasi-lokasinya.
"Kamuu, ngasih tau Risha tempat abang kerja ya"
"Hah? Oops ketahuan deh"
Friska menutup mulutnya, dan mencoba keluar dari kamar, tapi aku mencegahnya."Jadi beneran kamu ngasih tau?"
"Ya habis gimana lagi, Kak Risha maksa aku, lagian setelah aku pikir lagi, berkat video dari kak Risha abang biasa baikan sama papa"
Aku menyadari perkataan Friska ada benarnya, karena selama ini aku selalu menyembunyikan tentang kemampuan ku jadi bagaimana mungkin papa bisa mengetahui dan memahami keinginanku.
"Aku ga tahu itu"
"Lagian abang gimana sih, masa ga pernah cerita sama kak Risha tentang masalah abang, kasian kak Risha harus nanya-nyari tahu sendiri, dan rela dateng ke mall itu cuman buat ngerekam abang lagi nyanyi, udah ya aku mau lanjut nonton lagi, kalau udah selesai makan, piringnya di cuci sendiri"
Friska menutup pintu kamar dengan pelan meninggalkan ku sendirian disini. Aku tidak menyangka Risha telah datang jauh-jauh ke mall hanya untuk melihatku, padahal aku tahu setiap hari sabtu dia selalu tidak ingin diganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pacar Pura - Pura 2 (Find Yourself)
Teen FictionArisha Cantika tidak menyangka hari pertama sekolahnya akan menjadi bencana sekaligus mempertemukannya dengan Reivan Adhitama . Risha bersyukur bahwa Reivan tidak menyimpan dendam pada dirinya karena pertemuan pertama mereka yang tidak terlalu menye...