Bittersweet Day

41 3 0
                                    

Pekan uas berakhir bagaikan kedipan mata, entah itu hanya pendapat Fadhil atau semua orang memang merasakan hal yang sama, yang jelas Fadhil tidak bisa memahami konsep waktu.

Mengapa waktu harus terus berjalan dan tidak pernah berhenti untuk memberikannya kesempatan walau hanya sekedar berpikir sejenak sebelum mengambil keputusan yang akan menentukan masa depan nya. Seandainya ada tombol yang bisa menghentikkan waktu di saat yg diinginkan, mungkin Fadhil akan menggunakan tombol itu untuk mengehntikan waktu ketika dirinya akan putus dengan Risha.

Sebelum bencana itu terjadi dia akan menenangkan diri dan tidak mengatakan apapun kepada Risha, mungkin selanjutnya mereka hanya akan saling diam, tapi tidak akan lama karena tidak ada perkataan 'putus' yang di ucapkan secara resmi di antara mereka. Tapi tentu saja itu semua hanyalah imajinasi fadhil yang tidak akan terjadi karena nyatany dirinya tetap terjebak pada lingkaran setan yg sama dengan bersikap diam-diam memperhatikannnya tanpa nyali untuk memilikinya kembali.

Kata orang diam adalah emas, tapi bagi Fadhil diam adalah penyiksaan tak terlihat yg perlahan mungkin akan membunuhnya. Diam karena tidak bisa menyapa Risha, diam karena tidak bisa berbagi cerita dengan nya, serta segala macam diam yg sekarang melingkupi cerita mereka sudah cukup berada di ambang batas kesabaran Fadhil. Dan sekali lagi dia merutuki kebodohan nya yang tidak segera memulai untuk mengajak Risha bicara.

"Aseeek keripik udah dateng"

Bukan suara lembut milik Risha melainkan teriakan girang dari teman sepergengnya setelah menerima traktiran camilan dari Daffa yang sedang berbaik hati memberikan sumbangan makanan gratis kepada mereka.

"Mau yg merah2 dong"
Ucap Arsya yg senang ketika kripik jablay yg diinginkan nya datang

"Gausah belagu ngambil yg pedes, setiap makan mie instan aja bubuk cabenya ga pernah lu pake"
Balas Aldo yg mengingatkan Arsya bahwa dirinya tidak tahan makanan pedas, Arsya berhenti menggerakkan tangan nya untuk mengambil kripik karena merasa malu setelah kelemahan nya diumbar. Dia memang tidak bisa makan makanan pedas terlalu suka makanan pedas tapi dia tetap menyukainya.

"Enak aja, tetep gua pake ya, cuman ga semua"

"Udah, udah makan aja sya, gua beli minum juga"
Daffa memberikan kripik pedas itu kembali kepada Arsya, mencoba menyemangati nya yg tidak bisa memakan makanan pedas.
"Hehe makasih daf"
Arsya dengan senang hati menerima pemberian daffa. Sementara diantara kegirangan yang tengah meliputi seluruh isi kantin, terdapat seseorang yg auranya tidak pernah menampakkan atmosfer lain, selain kemurungan dan kesedihan. Daffa mengambil kripik pisang dan menawarkan nya kepada Fadhil yang dari pertama kali berada di kantin hingga sekarang jiwannya sedang tidak berada ditubuhnya.

"Nih dil makan, jangan kebanyakan ngelamun"
Fadhil melirik pemberian daffaa dan menerima nya terpaksa, dia sedang tidak ingin makan, tapi juga tidak ingin menolak tawaran daffa.

"Thanks"

"Gimana sama risha, udah lo tanyain?"

"Tentang?"

"Reivan"
Fadhil terdiam, tentu saja jawaban nya belum, tidak mungkin juga tiba-tiba dia mengajak Risha bicara hanya untuk menanyakan kisah cinta nya, dan kalau ternyata mereka benar berpacara mau ditaruh dimana wajahnya.
Daffa yang tahu bahwa diam nya Fadhil adalah jawaban bahwa dia belum segera berbicara dengan risha segera menghela nafas pelan, tidak paham bagaimana cinta bekerja, ketika saling suka tapi tidak mau bersuara, padahal dia sangat yakin bahwa Risha mungkin masih memiliki rasa pada Fadhil. Tapi sudahlah, kalau mereka memang menginginkan untuk bersama, salah satu hati pasti akan memulai langkah pertamanya untuk berjalan menuju belahan hatinya, hanya waktu yang biaa menunjukkan seberapa besar kekuatan cinta yg dimiliki seseorang.

Pacar Pura - Pura 2 (Find Yourself)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang