Two Sides

26 3 0
                                    

"Nes kenapa lo harus ngambil soshum sih? Ga bisa sekelas kan"
Risha mengeluhkan tentang pilihan Agnes yang akan lintas jurusan sehingga mereka tidak bisa sekelas di tempat les. Hari ini adalah hari pertama Risha mengikuti les, sebelumnya dia dan Agnes tidak mengikuti les apapun, karena mereka sekarang sudah kelas 12 dan akan mendapat lebih banyak ujian sehingga mereka memutuskan untuk mendaftar di tempat les yang sama.

"Ya gimana lagi, gua gasuka ipa Rish"

"Tapi bio sama kimia lu kan jago"

"Fisika gua bego rish"

"Ish yaudah lah tinggal ngasal aja, gua juga ga terlalu jago Nes"

"Gamau Risha, kalau ga suka ga bisa dipaksa, lagian meskipun gua ga sekelas sama lo masih ada orang juga kali dikelas"

"Tapi ga ada yang gua kenal Nes"

"Gua juga sama ga ada yang dikenal, justru lo lebih enak karena isinya anak ipa semua, gua harus kenalan lagi"

"Gua kan ga kenal semua anak ipa, lagian kenapa lo tiba - tiba kepengen ngambil psikologi? pantesan lo seneng banget dengerin curhatan gua"

"Hehe itu salah satunya, gua punya alesan sendiri, udahlah manja banget lo rish nanti kalau kuliah kita juga bakal beda kampus"

"Iyasih, tapi kan masih lama"

"Waktu ga akan kerasa Ris, tau2 besok lo udah jadi mahasiswa aja"

"Gausah diingetin nes, kiri pak"
Risha menghentikkan angkot nya karena mereka sudah sampai di tempat les yang dituju. Mereka memasuki kelas yang tertulis di jadwal masing - masing.

"Kelas lo disinikan rish?"

"Iya, langsung masuk aja nih?"

"Masuk aja daripada nunggu diluar"

"Oke"
Sebelum memasuki kelas Risha melihat terlebih dahulu apakah sudah ada orang didalamnya dan ternyata semua kursinya sudah hampir terisi pehu, sehingga dia harus menempati kursi di bagian belakang. Risha tidak menyangka bahwa teman - temannya akan tiba secepat ini, padahal masih ada waktu sepuluh menit lagi. Dia juga tidak begitu mengenal wajah teman-temannya yang sekelas di tempat les, karena kebanyakan teman sekelasnya disekolah memilih tempat les yang berbeda dengan dia dan Agnes sehingga tidak banyak yang les di tempat ini.

Kelas dimulai pukul 4 sore, masih tersisa 10 menit sebelum dimulai, Risha memilih untuk bermain ponselnya sambil menunggu pengajar mereka datang. Sangking terlalu fokusnya melihat sosmed Risha tidak menyadari kehadiran orang lain di sebelah tempat duduknya sampai orang tersebut memanggilnya.

"Risha bukan?"
Merasa namanya disebut membuat Risha menoleh dan terkejut ketika melihat Reivan sudah ada disebelah nya.

"I.. Iya"
Tiba - tiba Risha merasa gugup mengetahui bahwa dia sekelas dengan Reivan, bagaimana mungkin kebetulan seperti ini bisa terjadi lagi?
"Wah ga nyangka banget bakal ketemu lo disini, baru pertama masuk ya?"

"Iya, gua baru daftar kemarin"

"Ooh, sendiri aja?"

"Gak, sama Agnes, tapi dia beda kelas"
Reivan mengangguk kemudian menyiapkan alat tulisnya, Risha terpikirkan untuk mengatakan sesuatu yang selalu ingin dikatakannya kepada Reivan, tapi tidak pernah jadi karena belum ada waktu yang pas, mungkinkah sekarang dia harus mengatakannya?

"Reivan, emm gua mau minta maaf soal baju lo yg dulu gua tumpahin teh"
Reivan tidak menyangka Risha akan mengatakan hal tersebut, lagipula dia juga tidak terlalu mempermasalahkan tentang hal itu.

"Gak apa - apa Ris, bisa gua cuci ini"

"Iyasih, tapi waktu itu baju lo jadi lengket, pasti ga nyaman kan?"

"Hmm..."
Reivan ingin sekali mengatakan tidak apa2 sehingga Risha tidak perlu terlalu mengkhawatirkannya. Tapi sepertinya akan seru jika dia menggoda Risha sedikit.

"Agak lengket sih, gua sempat ngerasa gak nyaman juga"
Perkataan Reivan selanjutnya membuat Risha semakin merasa bersalah padanya, apakah dia harus membelikan sesuatu sebagai permintaan maafnya?

"Beneran? Haduh maaf banget ya, gimana kalau gua traktir lo buat nebus kesalahan gua"

"Boleh, tapi lo juga harus ikut makan"

"Loh kok gua juga?"
Risha bingung mengapa Reivan juga melibatkannya, tapi sebelum Reivan menjawab pengajar mereka sudah memasuki kelas sehingga pembicaraan mereka harus berhenti.

****

Fadhil menunggu kehadiran sesorang di perpustakaan dengan tenang, sejak tadi pandangannya tidak henti-henti nya melihat pintu masuk untuk memastikkan seseorang yang dia ajak bertemu tidak terlewat. Fadhil menyesal harusnya dia menyuruh orang tersebut datang lebih cepat karena sudah pasti dia akan sangat senang membuat Fadhil menunggu lebih lama lagi.
Akhirnya setelah penantian panjang orang tersebut muncul juga, kali ini dengan cengiran lebar yang sangat menyebalkan untuk dilihat oleh Fadhil.

"Lama banget sih Al, lo pipis di hutan?"

"Yah lo ga tau aja cewe kalau make kamar mandi lama banget, yaudahlah maapin gua, lagian lo ngapain manggil gua ke perpus, biasanya juga ketemuan di warnet"

"Gua mau minta tolong sesuatu"
Wajah Fadhil berubah serius ketika ingin menyampaikan maksudnya, semoga saja Aleta menyetujui keinginannya.

"Kenapa? Gausah tegang gitu deh, lo kayak habis ngeliat setan aja"

"Masalahnya gua ga yakin harus cerita dari mana, intinya aja ya, lo mau ga ngajarin gua materi soshum?"

Hanya itu? Aleta berpikir ada info penting apa yang ingin disampaikan Fadhil, tapi tumben sekali Fadhil mengajaknya belajar, biasanya dia paling anti dengan hal tersebut.

"Gua kira apaan, iya gua mau, tapi lo cerita dulu kenapa tiba-tiba lo minta gua buat ngajarin lo"

Fadhil menceritakan semua masalah nya kepada Aleta, termasuk rasa tidak enaknya karena harus berbohong kepada Risha.

Aleta adalah teman Fadhil semenjak di SMP, mereka pernah satu kelas sewaktu kelas 8 dan mereka juga pernah satu eskul paduan suara hingga lulus smp, bahkan merek termasuk yang paling aktif di eskul dulu. Namun semenjak SMA mereka sudah tidak sering bertemu karena Fadhil mengambil IPA sementara Aleta IPS, Fadhil lebih aktif eskul basket dan band sementara Aleta tetap mengikuti eskul paduan suara meskipun terkadang padus dan band sering bergabung sehingga mereka sempat bertemu beberapa kali.

"Hmm gua ga tau masalah lo seberat itu"

"Iya"

"Tapi uang jajan lo belum dicabut kan?"

"Belum, cuman gua ga yakin bakal sampai kapan bisa bertahan seperti ini, kalau gua bisa dapet sbm gua gaperlu daftar kampus swasta dan harganya juga bisa jauh lebih murah, masalahnya gua udah liat soal2 nya dan ga ada satupun yang guapahami Al, jadi gua butuh banget bantuan lo sekarang"
Aleta sedikit sedih mengetahui keadaan Fadhil sekarang, dia jadi merasa bersyukur karena dirinya lebih beruntung, orangtuanya selalu menyetujui apapun keinginan nya.

"Iya gua mau dhil, tapi seandainya Risha liat kita berdua apa dia gabakal curiga? Dia ga kenal gua loh"

"Hmm iyasih, tapi Risha bukan tipe yg cemburuan banget"

"Mungkin dia diluarnya biasa aja, tapi sebenarnya dia nyembunyiin perasaan kecewa di dalamnya"

"Bisa jadi, tapi selama ga ketahuan ga akan ada masalah kok, yang penting sekarang lo udah setuju kan?"

"Iya gua setuju"

"Oke, lo bisa balik ke kelas"

"Jadi lo cuman mau bilang itu doang?"

"Yaaa iya, emang kenapa?"

"Ya ga apa2, kenapa ga lo bilang lewat chat atau telpon aja? Gua kan jadi ribet harus kep perpus mana kelas gua juga jauh dari sini"

"Yaelah sekalian silaturahmi kali Al, emangnya lo ga kangen ngeliat wajah temen lo yang ganteng ini?"

"Najis, mending gua ngeliat Eunwoo daripada muka lo, yaudahlah gua balik sekarang, nanti lo bakal gua kirim jadwal waktu kosong gua biar lo tinggal atur jadwal belajarnya sendiri"

"Siap, makasih bu guru"
Fadhil memberikan hormatnya kepada Aleta yang disambut tawa olehnya, seperti biasanya bertemu dengan Fadhil memang tidak pernah menjadi membosankan.

Pacar Pura - Pura 2 (Find Yourself)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang