Chapter 7

1.4K 158 50
                                    

Satu bulan sudah Lusiana bekerja sebagai sekretaris Agam, perempuan itu bekerja dengan sangat baik bahkan sangat gigih, membuat pekerjaan Agam terasa ringan saat ia juga harus membagi waktunya untuk mengajar di sekolah jika pagi hari, dan akan datang ke kantor setelah jam makan siang.

Hari ini seperti yang sudah dijadwalkan sebelumnya, Agam, Lusiana dan tim Perencanaan sama-sama pergi ke kantor baru Fahri untuk membahas sesuatu. Agam dan Lusiana terpaksa harus satu mobil, membuat suasananya menjadi canggung.

Agam tidak sengaja menyentuh tangan Lusiana saat ingin menarik rem tangan, membuat jantung Lusiana berdegub cepat, perempuan itu tidak tahu bahwa sebenarnya Agam sudah memiliki seorang istri.

" Maaf Lus, saya tidak sengaja. Tolong pindahkan tangan kamu dari rem tangan mobil saya" Ucap Agam sambil menatap lurus ke depan tanpa repot-repot melihat Lusiana yang kini pipinya sudah memerah.

" Ng-nggak apa-apa kok, Pak" Ucapnya sedikit terbata-bata, karena menurutnya Agam terlihat lebih tampan saat dilihat dari samping dan dari jarak yang sedekat ini.

Agam sebenernya tahu kalau sekretaris nya ini menaruh rasa padanya, tapi Agam tidak begitu menanggapinya karena tidak ada gunanya dan juga tidak penting. Takutnya Lusiana akan semakin berharap padanya nanti.

Setelah rapat itu selesai dan kedua tim dari perusahaan itu sedang makan bersama di sebuah restaurant, Fahri tersenyum jahil saat melihat Lusiana yang selalu mencuri-curi pandang pada Agam saat makan.

" Lus, ngapain curi-curi pandang mulu ke Agam? Agam tuh galak loh" Ucap Fahri dengan nada jahil membuat Lusiana menunduk karena malu tertangkap basah oleh Fahri.

Agam hanya memutar jengah bola matanya, ia ingin segera menyelesaikan makannya dan cepat-cepat pulang ke rumah. Ditambah si Fahri sialan ini malah membahas hal-hal yang tidak penting.

" Hallo? Apaan Nat? Aku masih makan ini bareng Agam, bareng sama anak Perencanaan juga kayaknya balik rada telat"

Mendengar Fahri yang mendadak menerima telepon, Agam menoleh dengan senyum sinisnya. Seperti akan seru jika malam ini Natasya mengusir Fahri dari kamarnya.

" Telpon dari siapa sih Ri? Itu kasian cewek lo malah dicuekin gitu" Ucap Agam dengan suara keras, berharap Natasya mendengarnya di sebrang sana.

" CEWEK APAAN MAKSUD KAMU?! PULANG GAK?! BERANI YA KAMU SELINGKUH!!"

Fahri gelagapan mendengar suara Natasya yang meninggi " Lah Nat ngapain dengerin si Agam sih dia mah emang kek setan mulutnya, gak usah percaya, mana berani aku selingkuh-aaah!"

Dengan sengaja Agam mencubit lengan Fahri hingga laki-laki mendesah kesakitan, namun hal itu justru membuat Natasya semakin marah karena pikirannya yang sudah tidak jernih.

" Gak usah pulang! Tidur aja kamu di jalanan biar kayak gembel, gak sudi bukain pintu buat laki gampangan kayak kamu!!"

Setelah mengatakan itu, Natasya menutup teleponnya membuat Fahri kalang-kabut, sedangkan Agam terlihat puas dengan tertawa terbahak membuat para karyawannya menatapnya keheranan, pasalnya Agam ini jarang sekali tertawa atau bahkan tersenyum pun hampir tidak pernah.

" Bajingan sia Agam! Dah ah gua mau balik, sebelum Natasya ngunci pintu belakang! Fuck you lah" Ucap Fahri sambil menyenggol lengan Agam dengan sengaja, laki-laki itu terburu-buru meninggalkan yang lainnya.

Sedangkan Lusiana hanya sibuk menatap Agam yang masih tertawa, bosnya itu terlihat manis saat begitu.

Senyumannya seakan mengajak berumah tangga...

Hello Papa Agam!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang