Chapter 5

2.1K 194 25
                                    

Jam dinding itu menunjukkan pukul tiga sore, yang artinya Azkia dan teman-temannya sudah mengobrol lebih dari 5 jam diruangan ini. Walaupun harus pelan karena takut menganggu Arjuna yang sedang tertidur pulas di pangkuan Azkia.

Jeny, sahabat Azkia yang paling cerewet itu tak hentinya menatap Arjuna. Ia dan Donni sudah menikah lebih lama daripada sahabatnya, tapi Tuhan belum memberikannya seorang anak juga sekarang. Padahal ia dan suaminya, sudah sangat ingin menimang seorang anak.

Sedangkan Kezia, yang juga adik angkat Akmal hanya bisa tersenyum lemah ketika melihat Jeny yang terus menatap Arjuna dengan tatapan penuh harap. Kezia tahu, kalau Jeny menginginkan seorang anak dalam pernikahannya, tapi mungkin Tuhan belum mempercayainya.

" Si Aldi skripsinya gimana Kez?" Tanya Alya sambil memasukkan sepotong kue ke dalam mulutnya, diantara yang lain, perempuan itu yang terlihat paling santai seperti tidak ada beban.

Kezia mengerjap " Gak tau ah, lagi males banget ngomongin Aldi. Kemarin dia janji mau ngajakkin Kezia makan malem, tapi apa coba, Aldi malahan pergi sama Jefri katanya, urgent banget!" Jawab Kezia mendesah sebal jika mengingat kekasih tidak normalnya itu.

Mendengar jawaban Kezia, spontan Alya melempar potongan kuenya ke lantai " Anjing banget! Si Jefri bilangnya ke gua kebelet boker pas kita lagi dating, emang sialan itu laki!" Umpatnya

" Your language ya Al, ada anak gue disini" Ucap Azkia sambil melirik Alya dan Arjuna bergantian dengan pandangan sinis, sedangkan Alya hanya menunjukkan susunan giginya yang rapi sambil menggaruk kepalanya.

Keempat perempuan itu kembali tenggelam dalam obrolan hingga sampai akhirnya suara ketukan pintu mengintrupsi, Kezia berdiri sambil berucap pada Azkia kalau ia saja yang melihat siapa tamu yang datang. Azkia mengangguk mengiyakan, dan kembali mengobrol dengan Alya dan Jeny.

Kezia membuka pintu rumah sahabatnya, dan ia mendapati seorang perempuan kurus dengan rambut yang diikat tidak beraturan, Kezia mengeryit ketika melihat penampilan perempuan di depannya yang tampak tidak terurus.

" A-Azkia nya ada?" Tanya perempuan itu dengan suara parau, dan Kezia menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, " Boleh masuk?"

Kezia masih diam, ia takut kalau perempuan ini ada niat jahat pada sahabatnya " Bentar, kamu temennya Kia juga?" Tanya Kezia memastikan.

Perempuan itu tampak menunduk, seperti sedang mencari jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan Kezia, sampai akhirnya ia mengangguk dengan wajah yang masih menunduk " Iya mbak"

Mendengarnya Kezia berdecak sebal " Jangan panggil Mbak, kayaknya kita seumuran. Kezia nggak setua itu sampe kamu panggil Mbak, ayo masuk" Ucap Kezia.

Di dalam Azkia dan Jeny sedang terbahak karena cerita Alya soal hubungannya dengan Jefri yang tidak seperti pacaran pada umumnya, ya sepertinya memang salah Alya sendiri yang mau-maunya menjadi kekasih seorang Jefri El-Farabi, teman sekelasnya yang kelakuannya tidak jauh beda dengan babi.

" Kiki, ini katanya temen Kiki mau ketemu sama Kiki, Kezia nggak kenal, soalnya nggak pernah liat" Suara Kezia itu membuat Azkia menoleh padanya, namun matanya malah terpaku pada sosok perempuan di samping Kezia.

Tubuh kurusnya tampak kusam tidak terurus, apalagi banyak jerawat kecil di wajahnya, Azkia bahkan hampir tidak mengenali siapa perempuan itu jika saya ia tidak mendengar suaranya yang sedikit parau.

Perempuan itu duduk di sebelah Azkia dengan air mata yang mulai membasahi wajahnya ketika Azkia menatapnya tak percaya, " Maaf Ki.. Gue tau kok, gue nggak pantes maaf dari lo. Gue, gue, licik. Gue terlalu terobsesi sama Aldi, sampe gue nekat mau nyelakain lo, padahal.. Padahal.. Penolakan Aldi gak ada hubungannya sama lo, dan juga, lo lebih lama sahabatan sama Aldi dibanding gue. Gue.. "

Hello Papa Agam!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang