Sesampainya di rumah, Agam langsung turun dari mobil dengan terburu-buru bahkan sampai lupa mematikan mesin mobil dan menutup pintunya kembali. Laki-laki dengan jas navynya itu berlari masuk ke dalam rumah tanpa mengucapkan salam, di ruang keluarga terlihat Arjuna yang menangis di gendongan Azkia dengan sebuah handuk kecil di keningnya.
Agam menghampiri Azkia yang terus berusaha menenangkan Arjuna, " Panasnya dari kapan Ki? Pagi tadi kayaknya sebelum aku pergi kerja masih normal suhu badannya" Tanya Agam sambil menempelkan punggung tangannya pada pipi Arjuna yang kini berhenti menangis.
" Jangankan pagi, tadi siang pas Kia anterin kamu makan siang aja masih normal suhu badannya. Barusan aja pas dicek tiba-tiba panas gini, yaudah gih sana bawa ke dokter biar dapet obat juga, kasian nangis terus" Jawab Resti sambil mengusap rambut cucunya.
Agam melepas jasnya dan menyimpannya di atas sofa, laki-laki itu meraih tas Azkia dan menyampirkannya di bahunya, " Yaudah Agam sama Kia pamit ya Ma, Nda.. Assalamualaikum" Ucapnya sambil menuntun Azkia, tangisan Arjuna mereda setelah Agam mengelus-ngelus kepalanya tadi.
Di dalam mobil, Azkia terus menatap Arjuna yang tidur dengan wajah cemas " Cepet sembuh ya, Sayang.. Mama nggak tega liatnya, kalo bisa sakitnya kasih ke Mama aja, Ajun jangan" Ucap Azkia sambil mengecup pipi Arjuna.
Agam yang mendengarnya menjadi ikut sedih, ia mengulurkan tangan kirinya untuk sekedar mengelus kepala istrinya agar lebih tenang " Nggak papa, Sayang. Ajun nggak bakal kenapa-napa, aku udah bilang kan kalo anak kita jagoan? Paling cuma demam biasa, udah ah jangan nangis, aku jadi sedih liatnya"Ucapnya sambil terus mengelus kepala Azkia.
Ucapan Agam itu membuat Azkia sedikit tenang, ia tersenyum sambil meraih tangan Agam yang masih mengelus kepalanya dan menggenggamnya dengan erat.
" Eh bentar, katanya tadi kamu ada meeting Gam? Kok bisa pulang sih?" Tanya Azkia sambil mengelus tangan Agam, dan Agam hanya membalasnya dengan menganggukkan kepala " Aku tanya kenapa malah angguk-angguk doang"
Melihat Azkia yang kesal, Agam terkekeh " Abis ngangguk juga bakal aku jawab, Yang. Gak sabaran banget sih Mamanya Arjuna" Ucapnya sambil mengedipkan satu matanya.
" Dih kamu mah rugi banget kalo nggak usilin aku sehari aja" Ucap Azkia sambil melepaskan genggaman tangan Agam.
Agam kembali raih tangan Azkia " Jangan dilepas Yang, jadi anget soalnya" Ucap Agam yang menengok pada Azkia sekilas, lalu kembali fokus pada jalan di depannya.
Azkia hanya menahan senyum sambil menatap Arjuna yang kini terbangun, perempuan itu mengusap keningnya yang sedikit panas, tidak sepanas saat dirinya pulang dari kantor Agam tadi. Azkia memegang pipinya untuk memastikan, tapi demam Arjuna benar-benar sedikit menurun.
" A, demam Ajun agak turun masa. Coba deh kamu pegang, nggak sepanas tadiii" Ucap Azkia sambil membawa tangan Agam pada kening Arjuna.
Agam tersenyum " Aku bilang juga apakan, anak kita itu jagoan, jadi nggak mungkin selemah itu. Atau, kayaknya Ajun sakit cuma karena kangen sama aku yang jarang ada waktu luang ya?" Tanyanya.
" Bisa jadi sih A, kamu sih, fokus banget sama perusahaan sampe lupa kalo anak kamu jug-"
" Pa-pa" Azkia berhenti bicara, saat suara mungil nan lembut terdengar. Suami-istri itu sontak menoleh pada Arjuna yang terlihat sedang menggenggam jempol Agam.
Dalam waktu 7 bulan, ini pertama kalinya Azkia mendengar Arjuna mengucapkan beberapa kata, dan kata pertama yang Arjuna ucapkan malah Papa yang ditujukan pada Agam, bukan Mama.
Agam curang, aku yang ngandung, aku yang lahirin, aku yang susuin, eh yang diinget Ajun malah dia!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Papa Agam!
RandomSequel Dear Teacher! CERITA LENGKAP! Ending: 30 April 2022 Kehidupan sepasang suami-istri beda usia ini setelah Putra mereka lahir ke dunia. Sama-sama belum berpengelaman menjadi orang tua, membuat Azkia dan Agam kerepotan mengurus buah hatinya. A...