Chapter 22

841 126 29
                                    

Pagi-pagi sekali, Agam memasukkan buku ke dalam tasnya sedangkan Azkia masih berbaring di ranjang sambil menatap Agam yang kelihatannya sibuk sekali, suaminya itu melarangnya melakukan apapun dengan alasan Azkia masih sakit padahal Azkia sudah sehat, Agam memang kadang berlebihan.

Hari ini Agam berniat kembali mengajar karena dirasa perusahaannya sudah baik-baik saja, dan lagi pula Agam tidak bisa membiarkan murid-muridnya terus belajar mandiri, apalagi kimia bukan sesuatu yang mudah dipahami.

" Agam, kamu mau sarapan apa? Nasi atau roti?" Tanya Azkia sambil duduk mengikat rambutnya yang lumayan berantakan.

Agam yang sedang memakaikan gel pada rambutnya menoleh, " Aku nanti beli di sekolah aja, Yang. Udah kamu tiduran aja" Jawabnya lalu setelah itu kembali menatap pantulan dirinya di cermin.

Mendengar jawaban Agam, Azkia berdecak sebal kemudian memeluk Agam dari belakang dan menaruh dagunya di atas bahu suaminya " Agam please banget ya aku ini Cuma sakit demam, bukan stroke. Cuma bikinin kamu sarapan doang gak bakal bikin saraf aku lumpuh" Sahut Azkia.

Agam melepaskan tangan Azkia yang melingkari perutnya lalu membalikkan badannya menatap Azkia yang cemberut " Tapi kemaren aku liat di google soal penyakit kamu, itu parah, Yang. Aku gak mau kamu kenapa-napa, jadi istirahat aja ya" Ucapnya yang membuat Azkia melepaskan tangannya dari genggaman Agam.

" Aduh Agam kamu tuh percaya sama yang ditulis di google, ha? Itu tuh sesat tau, masa Cuma badan panas sama pusing dibilang parah, lagian kita tuh gak bisa sembarang diagnosis penyakit cuma karena ngasih tau gejala-gejalanya doang ih" Ucap Azkia pasrah, rasanya mau menangis.

Sedangkan Agam terlihat bingung " Aku gak papa, Aa. Gak percaya? Yaudah ayo anter aku periksa ke dokter, palingan juga Cuma demam biasa gara-gara perubahan cuaca yang ekstrim, lagian aku juga kemaren udah istirahat cukup,kan? Badan aku pegel-pegel kalo rebahan terus" Ucap Azkia memasang wajah kesal.

Google sialan, bikin gue sama Kia jadi ribut pagi-pagi

Akhirnya Agam mengangguk, mengangkat tangannya mengelus pipi Azkia " Iya sayang. Maaf ya, soalnya aku terlalu khawatir, takut kamu kenapa-napa beneran deh. Aku juga gak tau kalo ternyata info dari google itu salah, udah ya, masa pagi-pagi harus berantem" Ucapnya penuh penyesalan.

" Iya, iya gak papa. Yaudah jadinya kamu mau sarapan pake apa? Aku bikinin, mumpung Ajun juga masih bobo, daripada beli di sekolah" Tanya Azkia.

Agam terlihat berpikir " Emmm, roti bakar pake nuttela enak kali ya, Yang" Jawabnya sambil tersenyum gemas membuat Azkia terkekeh geli seraya mencubit hidung mancung Agam.

" Yaudah kamu disini tungguin Ajun ya, aku bikinin dulu. Jangan diciumin Ajunnya, nanti kebangun" Ucap Azkia memperingati Agam yang suka menciumi Arjuna ketika anaknya itu tertidur hingga membuat menangis.

Agam nyengir " Hehe iya deh nggak, Yang. Yaudah cium Mamanya aja sini" Ucapnya memajukan wajah namun Azkia malah menghindar sambil menutup mulutnya dengan telapak tangan.

" Nggak mau, aku belom mandi" Jawab Azkia berniat pergi namun tangan Agam menahannya membuat Azkia menghela napas pasrah.

" Pipi aja nggak papa" Ucap Agam sambil menunjuk pipinya sendiri, tapi respon Azkia masih diam menatapnya dengan sinis " Yaudah aku aja yang cium kamu"

Agam memajukan wajahnya berniat mengecup pipi Azkia namun tangan Azkia menahan wajahnya " Nggak, aku aja yang cium kamu" Ucap Azkia lalu mengecup pipi kanan Agam dengan cepat, biar suaminya itu diam.

Agam tersenyum saat pipinya terasa geli karena kecupan Azkia " Yang satunya juga dong, Yang. Nanti dia sirik" Ucapnya yang terdengar ngelunjak membuat Azkia menatapnya aneh tapi tetap menuruti keinginan Agam.

Hello Papa Agam!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang