Chapter 14

1.3K 152 21
                                    

Agam dan Azkia kini duduk di sofa ruangan kerja Agam, terlihat Agam yang sibuk mengobati luka di sikut dan lutut istrinya, sedangkan Azkia hanya memainkan rambut Agam yang bergerak-gerak, bibirnya tersenyum akhirnya Agam mulai luluh.Tadinya ia kira Agam masih marah padanya, ternyata Agam ya tetap Agam, tidak bisa marah lama-lama pada Azkia.

" Udah dulu A, makan siang dulu. Tadikan kamu nggak sarapan gara-gara berangkatnya kepagian, kamu juga harus minum obat kan?" Ucap Azkia yang sekali lagi mengelus rambut Agam yang tebal.

Mendengar titah Azkia, Agam bangkit dan duduk di sebelah istrinya " Aku mau minta maaf ya Ki buat sikap aku yang semalem, yang nggak mau dengerin dulu penjelasan kamu, padahal alesan kamu ngelakuin itu karena nggak mau aku kenapa-napa, sumpah aku egois banget, aku ngerasa bersalah karena bikin kamu takut pas aku lemparin gelas. I-itu diluar kendali aku, Ki serius.." Ucapnya sambil mengenggam tangan Azkia.

Agam menunduk benar-benar menyesali perbuatannya tadi malam " Iya sih, emang aku takut banget sama kamu semalem, kamu bener-bener beda dari Agam yang biasanya, tapi aku sadar emang karena aku yang salah kok. Aku maafin kamu, aku juga minta maaf karena udah boong soal mau jagain Ajun padahal nyamperin Kezia ke Halim, dan karena biarin kamu di rumah sakit sendirian" Balas Azkia.

" Ki, aku beneran takut kalo kamu berpaling karena sikap aku yang kasar tadi malem. Aku takut kamu ngg-"

Azkia maju dan mengecup bibir Agam hingga membuatnya diam dan menatap Azkia " Aku udah maafin kamu, jadi berenti ngomong yang aneh-aneh Gam, aku nggak bakal berpaling dan gak bakal kemana-mana. Lagian aku juga yakin, kamu nggak akan kasar lagi" Ucapnya sambil mengedipkan satu matanya.

Merasa malu dengan aksi Azkia, Agam memalingkan wajahnya dan tersenyum gemas " Kamu ini siapa yang ajarin sih hmm? Udah nakal banget sekarang ya" Ucap Agam sambil menjawil hidung Azkia.

" Ck ya kamu lah siapa lagi coba, masa Aldi sih ntar kamu cemburu lagi" Jawab Azkia sambil menyandarkan kepalanya pada bahu Agam, hati Agam menghangat karena kembali melihat senyum manis Azkia yang menenangkan, bahkan hampir lupa pada masalah tadi pagi.

Istrinya itu memang seperti obat dari segala penyakit baginya. Agam melingkarkan tangannya pada pinggang Azkia dan mengecup puncak kepala perempuan itu " Jangan pernah sembunyiin apapun lagi dari aku ya Ki" Ucap Agam.

Dalam dekapan Agam, Azkia mengangguk " Iya Agam. Kamu juga jangan kayak semalem ya, soalnya serem banget, jangan lemparin gelas lagi, nanti kalau gelasnya abis kita minum pake apa? Mangkok?" Ucap Azkia mendongak menatap wajah Agam yang kini tersenyum geli.

" Iya, lagian semalem aku juga nggak bisa ngendaliin diri sendiri gitu. Rasanya marah banget waktu tau kamu nyembunyiin sesuatu dari aku" Ucap Agam penuh penyelesaian " Btw tumben kesini gak ngabarin?"

Azkia melepaskan dirinya dari dekapan Agam " Ya karena kamu marah, jadinya aku pikir kalo aku bawain kamu makan siang gini kamu bakal luluh sama aku dan berenti marah" Jawabnya sambil menata makanan di atas meja.

" Sebenernya kalo kamu gak kesini sekarang juga aku gak bakal marah lagi sih, baru aja mau minta maaf barusan di telpon, kepikiran mulu soalnya" Ucap Agam sambil mengelus rambut Azkia.

Azkia tersenyum sambil memberikan piring berisi makanan pada Agam yang langsung diterima oleh laki-laki itu " Gam? Itu kenapa di depan kantor banyak wartawan? Kamu sengaja panggil mereka buat promosi produk baru atau gimana?" Tanya Azkia sambil menuangkan air ke dalam gelas.

Sambil menyuapkan makanan, Agam memberikan sebuah surat kabar di belakangnya dengan tangan kiri pada Azkia. Dengan headline sebesar itu, Azkia jelas tau apa isi beritanya bahkan tanpa harus membukanya lebih lanjut, perempuan itu melempar surat kabarnya ke sofa kosong di sebelahnya, lalu menatap Agam dengan tajam sambil mendekatkan wajahnya seperti sedang mengintimidasi suaminya.

Hello Papa Agam!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang