Chapter 4

2.5K 222 13
                                    

Sore ini Agam seharusnya sudah pulang, karena ada pertemuan dengan salah satu pemilik rumah sakit, Agam terpaksa lembur membuat istrinya di rumah berdecak sebal. Memang seharusnya Agam tidak berjanji tadi pagi.

Agam bersama Fahri yang sudah menjadi sekretaris nya bertahun-tahun sampai duluan di sebuah restaurant, keduanya sibuk menyiapkan bahan presentasi untuk rapat nanti.

Saat melihat nama rumah sakit yang akan bekerja sama dengan perusahaan nya, Fahri mengerutkan kening dengan mata menyipit " Gam, kayaknya ini nama rumah sakit gak asing deh" Ucapnya sambil menunjukkan berkas.

Agam menerimanya dan membaca dengan seksama " Ini rumah sakit baru bego, gak usah ngada-ngada lu ah!" Balas Agam sambil menyerahkan berkas itu pada Fahri.

Satu menit kemudian seseorang menggebrak meja Agam dan Fahri " Sialan! Dateng tuh ngucap salam, bukan ngajak berantem!" Ucap Agam ketika melihat Arya yang tersenyum padanya tanpa dosa.

" Ngapain sih lu disini? Heran, perasaan dimana-mana ada lu terus! Idup lu udah kayak virus aja sekarang, nempel sana-sini" Ucap Fahri sambil menutup dokumen yang tadi ditunjukkannya pada Agam.

Arya dengan percaya dirinya duduk di depan Agam dan Fahri sambil merapikan kerah kemeja biru langitnya, laki-laki itu tersenyum penuh kesombongan " Gue adalah orang yang bakalan bikin kalian tambah kaya" Ucap Arya.

" Males ribut, awas sia! Gue mau rapatin masalah kantor sama client gue disini, nanti beliau gak jadi dateng gara-gara ada manusia macam lo!" Ucap Agam sambil memukul bahu dengan cukup keras.

Fahri tersenyum miring " Emang Arya manusia? Hmm meragukan" Ucapnya sambil menaikkan satu alisnya.

" Kayaknya abis ini lo harus pecat Fahri deh Gam, masa gak sopan sama client bosnya?!" Ucap Arya sambil menyimpan kedua tangannya di atas meja, menatap Agam dan Fahri dengan seksama.

Mendengarnya Agam dan Fahri saling lirik, " Jangan bilang Rumah Sakit Radjasa Intan Medika cabang baru punya lu?" Tanya Agam sambil menyipitkan matanya menatap Arya.

" Yah lo udah tau sendiri faktanya" Jawab Arya sambil menyisir rambutnya menggunakan jarinya dengan sombong, ditambah senyuman miring khas dirinya.

" Ah sialan!" Umpat Agam dan Fahri bersamaan ketika kalau Arya lah yang menjadi partner bisnisnya kali ini.

Agam merenggut sebal " Tau gitu batalin aja meeting hari ini Ri, gak bakal bikin perusahaan bangkrut juga" Ucapnya sambil menyiapkan dokumen yang akan di presentasikan.

" Surya! Kenalin yaa geng ini direktur utama rumah sakit gue, namanya Sur-"

" Bisa gak dirutnya aja yang ngomong? Enek Ar gue denger suara lu" Sergah Fahri sambil memutar-mutarkan pulpen dengan jari-jari tangannya.

Surya tersenyum canggung, " Perkenalkan nama saya Surya Ar-Rashid Oentoro, saya direktur utama Radjasa Intan Medika, senang bertemu anda" Ucapnya sambil menyodorkan tangannya.

Dengan ramah Agam menjabatnya " Agam Zevano Hadrian, semoga kita bisa menjalin kerjasama dengan baik Pak Surya" Balasnya.

" Ramadhan Fahri Al-Hussain, panggil Fahri aja jangan Rama" Ucap Fahri setelah menjabat tangan Surya, dan Surya tersenyum sambil mengangukkan kepalanya.

Keempatnya larut dalam percakapan serius seputar kerjasama bisnisnya sampai tak terasa hari sudah semakin malam. Rapatnya sedikit terkendalakarena tingkah Arya yang membuat Agam dan Fahri kesal, sehingga menganggunya dalam menyampaikan materi.

Agam menutup rapatnya dengan menjabat tangan Surya yang tersenyum puas padanya, " Terimakasih banyak Pak Surya atas waktunya" Ucapnya sambil tersenyum manis.

Hello Papa Agam!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang