Sudah satu jam Azkia menunggu di depan ruangan IGD sambil memainkan tali tasnya, air matanya tak bisa berhenti keluar, ini pertama kalinya Azkia melihat Agam yang berlumuran darah bahkan saat suaminya terjatuh dari tangga di kantornya pun hanya kaki Agam yang terkilir. Azkia benar-benar ketakutan, bahkan sangking kalutnya pikirannya Azkia tidak menghubungi keluarganya soal ini.
Akhirnya seorang dokter yang mengenakan pakaian sterill dan masker keluar dari IGD, " Keluarga Bapak Agam Zevano?" Tanyanya pada Azkia yang duduk di kursi panjang dekat IGD.
Azkia sontak berdiri dan menghampiri dokter tersebut, " Iya dok. Keadaan suami saya gimana ya, dok? Kepalanya nggak apa-apa kan? Nggak sampe gegar otak?" Tanya Azkia cemas menunggu jawaban dari dokter.
Dokter tersebut menjawab dengan gelengan " Nggak Bu, hanya sedikit sobek di kulit bagian keningnya tapi langsung kami tangani dengan baik, dan Pak Agam bisa segera dipindahkan ke kamar rawat inap untuk penyembuhan jahitannya, untuk kamarnya bisa Ibu urus di bagian administrasi. Saya pamit ya Bu, permisi" Jawab sang dokter yang kemudian melengang masuk ke dalam IGD setelah Azkia mengucapkan terimakasih.
Azkia segera berlari ke bagian administrasi dan memilih kamar VIP untuk suaminya, perawat disana menuntun Azkia untuk ikut dengannya saat memindahkan Agam ke kamar rawat inap. Azkia menatap sedih wajah suaminya yang kini terbalut perban, mata tajamnya kini tertutup, melihat Agam yang begini membuat Azkia ingin menangis lagi. Padahal ia sudah lama menangis dan mungkin matanya kini terlihat bengkak.
Ketika para perawat sibuk memasang alat medis, Azkia duduk di kursi sebelah bankar sambil mengenggam tangan Agam " Sus tadikan kata dokter yang di IGD suami saya baik-baik aja, tapi kenapa belum bangun ya? Suami saya beneran nggak kenapa-napa, kan?" Tanyanya.
" Nggak papa kok Bu, itu cuma efek samping obat bius aja, satu jam kedepan juga pasti bangun kok, ditunggu aja ya Bu" Jawab seorang perawat yang memakai hijab. Setelah semuanya rapi, para perawat itu izin keluar dari ruangan pada Azkia.
Azkia menyandarkan kepalanya di atas bankar sambil menatap Agam, satu jam yang lalu benar-benar situasi dimana dirinya sulit bahkan untuk hanya sekedar menghirup oksigen, Agam yang berdarah lalu tak sadarkan diri. Ia ketakutan. Takut kalau nantinya Agam tidak terselamatkan.
Matanya hampir terpejam jika saja handphonenya tidak berdering, Azkia mengerjap lalu mengangkat panggilan telepon yang ternyata dari Handi, ayahnya.
" Hallo Ayah? Maaf Kia nggak sempet ngabarin, tadi ada kecelakaan kecil pas kita mau pulang, sekarang Kia sama Agam di rumah sakit deket apartment kita dulu. Keningnya Agam sobek dan harus dijait"
" Arjuna nangis terus dek, mungkin firasat kali ya, udah dikasih susu sama Unda juga tetep nangis, sampe bingung kita disini harus gimana"
Perempuan dengan rambut yang diikat itu memejamkan mata " Tapi sekarang udah nggak rewel kan, yah? Maaf ya Kia sama Agam banyak ngerepotin Ayah sama Unda"
" Ngomong apa sih kamu, Ayah gak merasa direpotin kok malahan Ayah seneng bisa main sama cucu Ayah. Tapi, itu si Agam gak papa kan? Kalian ketabrak atau nabrak?"
" Kena lemparan batu keningnya Agam, Kia gak tau darimana itu batu asalnya. Pokoknya pas kita mau ke parkiran ambil motor, tiba-tiba langsung gitu. Kia panik liat Agam penuh sama darah sampe lupa ngabarin Ayah sama Papa, tapi sekarang udah gak papa kok Yah, udah ditanganin sama dokter, bilang sama yang lain, jangan khawatir yaaa. Kia kayaknya nginep disini"
" SI AGAM MASUK RUMAH SAKIT?! WAH AKHIRNYA, KIRAIN ANAK ITU VAMPIRE GAK BISA SAKIT" Terdengar suara Sonya diujung sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Papa Agam!
RandomSequel Dear Teacher! CERITA LENGKAP! Ending: 30 April 2022 Kehidupan sepasang suami-istri beda usia ini setelah Putra mereka lahir ke dunia. Sama-sama belum berpengelaman menjadi orang tua, membuat Azkia dan Agam kerepotan mengurus buah hatinya. A...