Chapter 20

960 111 14
                                    

Bahagia itu tidak datang sendiri
Bahagia juga tidak bisa dicari,
Tapi bahagia itu kita yang menciptakan sendiri.

- Agam Z Hadrian -

Pagi-pagi sekali, Agam sudah berkutat di dapur rumahnya, mengacak semua peralatan masak milik istrinya hanya untuk membuat semangkuk sup ayam yang sebenarnya hanya diisi sayuran tanpa daging ayam. Agam tiba-tiba sibuk karena Unda Azkia yang mendadak harus pulang karena Ali yang mengalami kecelakaan mobil ringan.

Dan karena berita itu Azkia syok hingga suhu tubuhnya naik, itulah yang menyebabkan Agam mau repot-repot memasak di dapur, apalagi Arjuna juga mendadak menjadi cengeng entah karena apa. Laki-laki itu menyendok sayur yang masih berada dalam panci dengan sendok lalu mencicipinya.

Ia diam sebentar " Ini enak nggak sih? Kurang apa ya? Rasanya agak aneh begini, Azkia bakal keracunan gak ya kalo makan ini?" Tanya Agam pada dirinya sendiri, Agam ragu harus memberikannya pada Azkia atau tidak.

Namun akhirnya memutuskan untuk membeli bubur saja di depan rumah yang kebetulan lewat, Agam membawanya ke dalam kamar dengan nampan yang berisi air mineral dan obat penurun panas. Azkia terlihat menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang, sedangkan Arjuna masih terlelap.

" Pagi sayang... Mendingan nggak?" Tanya Agam sambil duduk di sebelah Azkia, ia memegang leher Azkia dengan punggung tangannya " Masih panas ya, yaudah nih makan bubur dulu abis itu minum obat"

Azkia tersenyum " Pagi Aa Agam, kok bubur sih? Katanya tadi bilangnya mau masak sup ayam buat aku, mana sup nya?" Tanya Azkia yang membuat Agam menggaruk kepalanya yang mendadak gatal.

" Euh, supnya nggak layak makan, Yang. Jadi aku beli bubur aja mumpung ada yang lewat depan rumah, gak papa kan?" Jawab Agam sambil mengaduk bubur dalam mangkok di pangkuannya.

Azkia terkekeh geli " Nggak layak makan gimana maksud kamu? Emang bikinnya pake boraks sama formalin sampe nggak layak dimakan segala?" Ucapnya sambil mengelus rahang suaminya.

Dan Agam tersenyum malu " Hehe rasanya jadi aneh, Yang. Takut beracun kalo dimakan, udah ya makan ini aja, aaaakk" Ucapnya yang ikut-ikutan mangap saat menyuapi Azkia.

" Padahal aku nggak papa loh Gam, Cuma demam doang bukan tifus, masih bisa kok kalo Cuma masak. Kamu nggak perlu sampe segininya" Ucap Azkia tersenyum geli.

Sambil menyimpan nampan di atas nakas, Agam mencubit hidung Azkia " Mau kamu Cuma demam juga aku tetep khawatir Ki takut kamu kenapa-napa, aku sayang sama kamu, gak mungkin bersikap biasa aja waktu tau kamu sakit" Jawabnya yang membuat Azkia blushing.

" cocwit banget ciii suami akuuuuu" Ucap Azkia sambil menarik kedua pipi Agam dengan gemas, perempuan itu tertawa melihat suaminya yang pasrah saat ia apa-apakan.

Respon Agam hanya tertawa walaupun pipinya terasa sakit " Cubit aja Yang gak papa, aku ikhlas banget kok" Ucapnya yang membuat Azkia melepaskan tangannya dari pipi Agam yang mulai memerah.

Untuk membalas perbuatannya, Azkia mengangkat tubuhnya agar bisa menggapai pipi Agam dan mengecupnya beberapa kali hingga terdengar kekehan dari Agam " Sekalian di bibirnya dong, Yang nanggung" Ucap Agam sambil menunjuk-nunjuknya bibirnya dengan tangan.

Namun kali ini Azkia tidak memenuhi permintaannya " Nanti nular demamnya ke kamu, Sayang" Ucapnya sambil mengelus rambut Agam yang sudah berantakan sebenarnya.

Jantung Agam rasa-rasanya mau loncat dari tempatnya, bahkan tangannya yang memegang mangkuk bubur mulai bergetar, Azkia ini memang jarang banget memanggilnya dengan panggilan seperti itu, ya sekalinya begitu, badan Agam jadi panas-dingin.

Hello Papa Agam!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang