Chapter 3

3.3K 244 39
                                    

Seharian ini Agam menghabiskan waktunya dengan mengerjai Azkia, membuat istrinya itu kadang berteriak kesal karena ulah Agam yang menyebalkan. Putranya seharian tidur, hanya terbangun karena lapar dan kembali tidur setelah merasa kenyang. Kata Mamanya, Azkia tidak boleh tidur di siang hari karena bisa menyebabkan kebutaan. Entah itu hanya mitos orang tua terdahulu atau memang benar begitu.

Agam membuka pintu rumah dengan pelan setelah pulang dari masjid guna melaksanakan solat ashar berjamaah, terlihat Azkia sedang memakaikan Ajun baju sambil menghiburnya.

Sepertinya Putranya itu habis mandi.

Dengan cepat Agam menghampirinya, Azkia menoleh dan mencium punggung tangan Agam " Waduh, anak Papa udah ganteng ini.. Abis mandi ya sama Mama?" Tanya Agam pada Ajun, bayi laki-laki itu tampak menatap Agam walaupun sebenarnya di usia Ajun yang masih seminggu, indra penglihatan dan pendengaran nya belum berfungsi.

" Iya dong, nanti Ajun kalah ganteng lagi sama Papa" Jawab Azkia sambil mengancingkan baju Ajun yang tampak sangat pas di tubuh mungil Putranya itu.

" Kamu udah bisa mandiin sama bedongin Ajun, Yang?" Tanya Agam mengalihkan pandangannya pada Azkia yang juga sedang tersenyum padanya.

" Lumayan udah bisa sih A, kan aku siang malem belajar terus sama Mama sama Unda juga. Kan gampang kalo-kalo mereka nggak bisa kesini kayak sekarang" Jawab Azkia sambil mengoleskan minyak wangi pada tubuh Arjuna.

Agam terus menatap Azkia yang begitu hati-hati memakaikan Ajun kain bedong, keringatnya tampak muncul di pelipis, ditambah rambutnya sedikit berantakan membuat lengkungan tipis tercipta di bibir Agam.

Melihatnya, Agam mengulurkan tangannya mengusap keringat di pelipis istrinya sekaligus merapikan rambut Azkia dengan jari-jarinya. Sentuhan Agam pada wajahnya membuat Azkia menoleh sambil tersenyum amat manis.

" Makasih ya Aa.. Udah seperhatian ini sama aku" Ucap Azkia tulus.

Ucapan Azkia itu membuat Agam terkekeh " Udah tugas sebagai Papanya Ajun, Yang.. Nggak ada kata terimakasih dalam cinta" Ucapnya sambil menaik-turunkan alisnya.

Azkia ikut terkekeh " Apaan sih A! Udah nggak pantes kamu ngomong gitu, udah tua, harap inget umur" Ucapnya lalu menggendong Ajun yang sekarang sudah rapi dengan bedongnya.

Mata Agam berbinar melihat Ajun, " Mau gendong dong Yang" Ucapnya sambil menyimpan sejadah yang ia sampirkan di bahu kanannya di atas sofa.

Azkia dengan perlahan memberikan Ajun pada Agam yang kelihatannya sudah tak sabar ingin menggendong Putranya " Sana gih ajak jalan-jalan di luar, atau di belakang.. Aku mau mandi dulu" Ucap Azkia.

Dengan patuh Agam mengangguk, laki-laki yang masih mengenakan peci itu kemudian beranjak dari sana meninggalkan Azkia yang sedang tersenyum padanya.

Agam berdiri di depan gerbang rumahnya sambil terus bercerita apapun pada Ajun, " Dulu Mamanya Ajun tuh galak banget sama Papa, kalo Papa lagi ngajar pasti matanya Mama nyalang banget liat Papanya. Gara-gara benci sama Papa, Mama jadi sering remedial tuh kalo ulangan, padahal salah Papa apa ya?"

Terlihat Ajun yang tersenyum " Wahhh senyum, emang lucu sih cerita gue" Ucap Agam yang langsung mengecupi pipi Ajun dengan gemas.

" Sore Mas Agam" Sapa seseorang membuat Agam mengadah, ternyata Naya yang menyapanya.

" Sore Nay, abis darimana? Kok sendirian aja? Suaminya mana?" Balas Agam pada Naya, perempuan itu terlihat kerepotan membawa belanjaan.

Wajah Naya tiba-tiba memberenggut kesal " Biasalah Mas! Kerjaannya tidur terus, padahal istrinya kerepotan beli stok di dapur! Nyesel Naya tuh, mana udah punya buntut lagi" Ucapnya jadi curhat.

Hello Papa Agam!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang