Chapter 29

706 72 2
                                    

Esok harinya saat Agam tengah bersiap-siap untuk berangkat mengajar, handphone yang diletakan di atas nakas berdenting, membuat Azkia yang sedang menyisir rambutnya menghentikan aktifitasnya sejenak.

+62 813-xxxx-xxxx
Hai Agam! Gimana? Udah mau nyerah?
Kasian ya temen2 kamu jdi kayak gini krna kamu
Duh, kalo mereka tau gmn ya?
Masih punya temen gk ya kamu?
Mau di spill?

" Agam! Ini mbak Zaiya maunya apa sih? Mendingan sekarang kita omongin aja deh, Gam, semua akar masalahnya. Aku yakin banget dia masih punya nurani kok, kamu nggak cape kayak gini terus?" Ucap Azkia sambil memberikan handphone Agam pada pemiliknya yang tengah merapikan dasi.

Agam menoleh " Aku juga pengennya kita selesain baik-baik, Ki. Apa yang bikin Zaiya sampe segila ini? Aku udah ajak Zaiya buat bicara, tapi dia nolak alesannya karena sakit hatinya udah parah" Jawabnya sambil meraih handphone yang Azkia berikan padanya.

Jujur, Agam juga sebenarnya lelah menghadapi Zaiya yang terus-terusan menggila bahkan sampai nekat melakukan hal-hal diluar nalar pada teman-temannya. Apa yang akan terjadi ya jika sampai teman-temannya tau bahwa musibah yang mereka alami adalah ulah Zaiya yang membalaskan dendamnya pada Agam.

Namun walaupun hatinya juga risau, Agam tersenyum sambil mengelus pipi Azkia " Udah ya jangan terlalu dipikirin, nanti kamu sakit, soal Zaiya biar aku yang urusin sepenuhnya" Ucap Agam pada Azkia yang wajahnya masih terlihat cemas.

Azkia baru hendak bicara namun denting handphone Agam membuatnya urung.

Akmal Raveenan
Kita butuh ketemu gam skrg apart gue

Agam mengeryit bingung, ada apa tiba-tiba Akmal mengajaknya bertemu di pagi-pagi buta seperti ini " Yang, nanti kamu gantiin aku ke sekolah ya. Hari ini ada ulangan buat kelas 12 MIPA 2, kamu bagiin aja soalnya abis itu diawasin, nanti kalo udah selesai langsung pulang ya. Telpon aku, Akmal tiba-tiba ngajak ketemu sekarang"

" Pagi-pagi kayak gini Kak Akmal ngajak ketemu? Mau ngapain, A? Nggak ada masalah, kan? Semuanya baik-baik aja?" Tanya Azkia lalu Agam menggenggam tangannya, berusaha meyakinkan istrinya bahwa semuanya baik-baik saja padahal Agam sendiri ragu.

Agam tersenyum sambil menggelengkan kepalanya " Nggak bakal ada apa-apa, Sayang. Ini cuma Akmal loh, masa kamu mau khawatir? Paling juga mereka ngajak kumpul nggak jelas kayak biasa, udah dong masih pagi masa mau nangis? Diledekin Ajun kamu kalo dia disini" Ucapnya sambil mengusap pipi Azkia.

Bukannya merasa lega dengan jawaban Agam, Azkia malah menubruk tubuh laki-laki di hadapannya dengan tangis yang pecah. Azkia tidak mengerti kenapa masalah yang menimpanya seolah tidak pernah selesai, padahal ia dan Agam tak pernah mengganggu siapapun.

Merasa bahwa tubuh Azkia bergetar, Agam ikut terisak, merasa bersalah pada istrinya karena membuatnya selalu dalam masalah, laki-laki itu menutup matanya dengan telapak tangannya, takut Azkia sadar kalau dirinya pun terisak.

Azkia mengurai pelukannya ketika mendengar isakan Agam " A? Kenapa ikut nangis? Everything not okay?" Tanya Azkia sambil menangkup wajah Agam dengan kedua tangannya.

Terlihat Agam yang menggeleng, " Semuanya nggak baik-baik ketika kamu nangis, Ki. Aku minta maaf karena selalu ngasih suasana yang kayak gini, padahal aku udah janji bakal bahagiain kamu lebih dari apapun, Ki tapi kenyataannya kayak gini. Kamu jadi terus-terusan dalam bahaya karena dendam orang-orang sama aku, aku ngerasa aku yang gagal" Jawab Agam yang justru membuat tangis Azkia makin deras.

" Nggak, Agam. Janji kita bukan cuma bahagia bareng, tapi susah bareng juga. Aku nggak pernah ngerasa aku dalam bahaya selagi ada kamu di sisi aku, selagi kamu disini, pegang tangan aku kayak gini, dunia aku baik-baik aja, Agam. Apa maksud kamu gagal? Kamu mau nyerah? Kamu mau aku sama Arjuna pergi?" Ucap Azkia yang langsung Agam tanggapi dengan gelengan.

Hello Papa Agam!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang