Chapter 30

1.1K 83 12
                                    

Siang harinya setelah datang ke pemakaman Zaiya dan Ayahnya, Agam menggandeng tangan Azkia dengan lembut masuk ke dalam sebuah restaurant yang letaknya tak jauh dari rumahnya.

Azkia duduk agak jauh dari Agam " Yang, jauh-jauh banget sih duduknya? Sini deketan!" Tanya Agam sambil menarik kursi yang duduki Azkia agar sedikit lebih dekat dengannya.

Namun Azkia menggeleng " Nggak, minyak wangi kamu tuh bau banget tau, Agam. Gak kuat aku ah bikin mual-mual. Lagian aku udah bilang jangan dipake lagi kenapa masih dipake sih!" Jawabnya sedikit sewot.

" Sayang, Ki. Ini juga kan hadiah dari Papa, wanginya juga nggak terlalu nyengat loh ini" Kilah Agam sambil menciumi lengan bajunya, dan bahkan parfumenya itu sudah tidak tercium " Yang, malah gak ada wangi apa-apa loh ini"

" Anosmia kali kamu, orang baunya udah kemana-mana juga. Aku gak jadi makan disini deh, bungkus aja pengen cepet-cepet pulang, kepala aku juga rasanya pusing banget" Ucap Azkia sambil sesekali memijat pelipisnya.

Agam tampak khawatir melihat wajah istrinya yang memang terlihat sedikit pucat " Yaudah nanti dianterin orang gofood aja ya, kita pulang sekarang, takutnya Ajun rewel juga di rumah sama Unda" Ucapnya sambil menggenggam tangan Azkia.

*****

Keesokan paginya saat Agam sedang mandi, Azkia tiba-tiba masuk ke dalam kamar mandi membuat Agam langsung memakai handuknya karena mendengar Azkia yang muntah-muntah di wastafel.

" Yang, kenapa? Kamu masuk angin?" Tanya Agam sambil mengurut tengkuk istrinya yang terus memuntahkan cairan bening.

Azkia menjawabnya dengan gelengan, wajahnya tampak memucat " Gak tau, A. Perut aku rasanya gak enak banget dari kemaren sejak abis dari pemakamannya Mbak Zaiya. Pusing juga"

Agam menghela napas gusar " Ke rumah sakit, ya? Takut kamu kenapa-napa" Ajak Agam sambil menuntun Azkia keluar dari kamar mandi.

Laki-laki yang hanya memakai handuk itu mendudukkan istrinya di atas ranjang, tangannya memegang kening Azkia yang untungnya sama sekali tidak panas " Aku juga nggak enak badan kok, Agam. Bukan demam" Jawab Azkia.

" Tapi kayaknya kamu dari semalem deh, Ki, gimana bisa aku nggak khawatir coba? Atau mau coba kerokan aja? Siapa tau Emang beneran masuk angin, bentar aku ambil minyak angin dulu" Ucap Agam dan Azkia menahan tangannya agar Agam tidak pergi.

" Nggak usah, nanti aja sama Mama. Lagian kamu kan mau ngantor, nanti telat loh, udah mau jam 7 tuh" Ucap Azkia yang membuat Agam cemberut.

" emang kalo sama aku kenapa sih, Yang? Nih kamu kayaknya akhir-akhir ini kayak lagi menghindar dari aku gitu. What wrong?" Tanya Agam yang membuat Azkia malah terkekeh.

Azkia menggelengkan kepala " Menghindar dari kamu apanya, sih. Suka aneh-aneh aja deh kamu kalo ngomong. Nih, ya, aku tuh bukan gak mau dikerokin kamu, tapi nanti ujungnya nggak bakal jadi kerokan, Agaaaaammm" Jawabnya sambil menarik pipi Agam.

Tiba-tiba Agam ikut terkekeh " Bener juga, tau banget kelakuan suaminya" Ucapnya sambil mengacak rambut Azkia yang sebenarnya sudah berantakan.

" Gih cepetan pake baju kamu, jalanannya keburu macet parah nanti kalo kamu lama" Ucap Azkia yang bergerak bangkit membantu Agam memakai pakaian kerjanya dengan telaten.

Agam menatap setiap gerak-gerik Azkia seraya terus tersenyum tipis, dan yang paling Agam suka adalah saat istrinya itu memasangkan dasi untuknya. Menurutnya, Azkia terlihat semakin cantik saat dilihat dari atas, bulu matanya bergerak-gerak gemas.

Merasa diperhatikan, Azkia mendongak ke atas sedikit dan mendapati Agam yang sedang menatapnya dengan intens, hal itu membuat Azkia tersipu dan buru-buru menyelesaikan simpul dasi yang dibuatnya.

Hello Papa Agam!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang