8. Rio vs Dwi

6.7K 509 17
                                    

Sebelum mulai ke cerita jangan lupa klik 🌟 biar aku semakin semangat nulisnya. Kritik dan saran aku terima dengan senang hati. Hatur nuhun ^^

*
*
*

Rio bangun terduduk di ranjang dengan mata yang belom sepenuhnya terbuka. Tangannya bergerak menggaruk kepalanya yang gatal. Dia mengusap wajahnya kasar untuk menghilangkan kantuk.

Rio menyibak selimut yang menutupi badannya yang bertelanjang dada. Ia bangkit dari tempat tidur lalu melakukan sedikit peregangan agar otot-ototnya tidak kaku. Setelah selesai melakukan peregangan, Rio berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci muka dan menyikat gigi.

Sekeluarnya dari kamar mandi, Rio langsung pergi ke dapur tanpa memakai pakaian terlebih dahulu. Ia keluar kamar hanya dengan memakai celana pendek selutut berwarna hitam. Sesampainya di dapur, nampak Kayla yang sedang sibuk memasak sesuatu. Rio berjalan mendekat kemudian memeluk pinggang ramping gadis itu dari belakang.

"Ish Rio. Kirain siapa tiba-tiba meluk" pekik Kayla. Dia tidak biasa dengan pelukan tiba-tiba seperti ini, tapi dia tetap membiarkan Rio memeluknya.

Tapi, tunggu sebentar. Sepertinya ada yang aneh. Kayla seperti merasakan punggungnya menyentuh sesuatu yang bertekstur kotak-kotak. Kayla berbalik menghadap ke arah Rio. Seketika semburat merah muncul di pipinya. Sialan. Rio tidak memakai atasan apapun.

Ya ampun perut sixpack Rio minta digaruk. Tangan Kayla rasanya gatal ingin meraba-raba tonjolan kotak-kotak di perut Rio. Astagfirullah, maafin Kayla Ya Allah. Kayla khilaf.

"Garuk aja Nèng! Gak papa" kata Rio tersenyum jahil. Ia tahu apa yang sedang Kayla pikirkan sekarang.

"A..apa sih?" Kayla kembali berbalik ke arah wajan tempat ia memasak nasi goreng untuk menutupi salah tingkahnya. Rio tersenyum geli melihat wajah malu-malu Kayla. Sangat menggemaskan.

"Masak apa sih Nèng? Baunya wangi banget sampe kecium ke kamar" tanya Rio mempererat pelukannya. Dagunya bertengger di bahu Kayla.

"Menurut ngana?"

"Masak nasi goreng?"

"Nah itu tau. Ngapain nanya? Dah pakai baju dulu sana" Kayla mencoba melepaskan lilitan tangan Rio dari perutnya, tetapi gagal. Rio malah semakin mempererat lilitannya.

"Gak mau"

"Rio, lepas ih" pinta Kayla. Jika Rio tidak mau melepaskan pelukannya, lalu bagaimana dia bisa memindahkan nasi goreng yang ia buat keatas piring?

"Cium dulu" rengek Rio seperti anak kecil.

Kayla memutar bola matanya malas. Dasar, bayi besarnya sangatlah manja. Mungkin jika Rio dipakaikan popok dan diberi dot susu, maka ia akan terlihat seperti bayi sungguhan. Tunggu, itu ide yang bagus. Kayla harus melakukannya lain kali.

Kepala Kayla bergerak untuk mencium pipi kanan Rio.

"Apaan cuma cium pipi doang? Bibirnya sekalian dong"

"Ngelunjak lagi gue tampol lu" ancam Kayla.

Mendapat ancaman dari Kayla, Rio pun melepaskan pelukannya dan memilih untuk pergi ke kamar untuk memakai bajunya, kemudian kembali ke dapur dan duduk manis di kursi meja makan. Bukan apa-apa, hanya saja ancaman Kayla itu tidak main-main. Apalagi sekarang Kayla sedang memegang gagang spatula. Walaupun terlihat tidak berbahaya tapi, jika ada ditangan Kayla benda apa pun itu bisa jadi berbahaya.

Kayla menghidangkan dua piring nasi goreng di atas meja. Masih ada sedikit sisa nasi goreng di wajan. Siapa tahu ada yang mau nambah.
Kayla heran melihat Rio yang hanya menatap nasi goreng buatannya. Disaat dia sudah menghabiskan seperempat piring, Rio bahkan belum menyentuh nasi gorengnya.

Preman Bucin [End] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang