LOVE 41

4.8K 435 33
                                    

"Aezar, ayo kita berangkat sekarang."

"Kalian mau kemana bee?"

"Sweety, aku pergi dulu sebentar dengan Aezar ke mansion Ransom."

"Tumben?"

"Kami hanya ingin mengantarkan bibit pohon ini untuknya."

"Mmmm boleh aku ikut bee?"

"Tidak-tidak. Ela saja tidak aku izinkan ikut." Ucap Aezar menghalangi.

Aezar memang tidak mau kalau rencananya untuk mengerjai Ransom gagal karena kehadiran Ela dan Stella. Ia dan Dario akan merayu Fawnia nanti agar Ransom sendirilah yang akan menanam 10 bibit pohon dengan cuaca siang ini yang cukup panas.

"Iisssh pelit." Ucap Stella cemberut kemudian meninggalkan Aezar dan Dario.

"My bro, aku tidak dapat membayangkan kalau 2 minggu lagi kita akan mendapatkan mobil baru." Ucap Aezar didalam mobil.

"Jangan senang begitu Zar, siapa tahu dia berhasil membuat bibit-bibit ini hidup. Melihatnya mencangkul disiang hari saja itu sudah sangat menghiburku."

Setelah sampai di mansion mereka tidak langsung menemui Ransom karena mereka ingin merayu Fawnia terlebih dahulu. Mereka pun segera mencari keberadaan Fawnia dikamar atas.

"Haii kriwil."

"Ehh kak Aezar, kak Rio."

Aezar dan Dario akhirnya menemukan Fawnia sedang duduk santai disofa lantai dua dengan hanya mengenakan tanktop dan juga hotpand yang menurutnya terbilang seksi.

"Dimana Ransom Faw?"

"Sedang keluar kak membelikanku susu hamil dan juga mangga muda."

"Mmmm, apa kami berdua bisa meminta bantuanmu Faw?"

"Bantuan apa kak? Eee, aku ganti baju dulu ya kak."

"Tidak usah ganti pakaianmu itu kriwil, kau hanya perlu membantu kami berdua. Lagipula tubuhmu itu tidak akan menggoda kami. Kemarilah akan ku bisikan sesuatu."

Setelah Aezar membisikan maksud tujuannya datang kemari membuat Fawnia berpikir untuk mengabulkan permintaan mereka, apakah kedua lelaki didepannya itu sedang memeras suaminya.

"Aku tidak mau, uang 3 miliar itu banyak sekali kak."

"Ayolah kriwil, ini hanya permainan. Lagipula uang segitu tidak ada apa-apanya untuk kak Ransom."

"Bukannya uang segitu juga tidak seberapa untuk kalian berdua sebagai pengusaha sukses?"

"Faw, Aezar hanya bercanda. Kita kemari sebenarnya hanya ingin membuat Ransom berolahraga siang. Lagipula dulu kau bilang ingin memiliki banyak pohon berbuah kan?"

Setelah berpikir ulang akhirnya Fawnia menyetujui permintaan Aezar dan Dario untuk menyuruh Ransom menanam 10 bibit pohon dihalaman belakang mansion.

"Faw, kenapa kau memakai baju seperti itu dihadapan Aezar dan Rio?" Ucap Ransom yang baru saja tiba.

"Heiii kakak, tidak usah panik begitu. Kami berdua tidak akan bernafsu dengan Fawnia. Aku sudah punya Ela, begitu juga dengan kak Rio yang telah memiliki Stella. Lagi pula Fawnia ini kakak ipar kami berdua meskipun usianya masih muda."

"Tetap saja tidak ada yang boleh melihat tubuhnya selain aku." Ucap Ransom menutupi tubuh Fawnia dengan jaket yang digunakannya.

Setelah selesai meletakkan barang belanjaan, Ransom segera menemui Dario dan Aezar dihalaman belakang. Ternyata Aezar telah menyiapkan cangkul dan juga sekarung pupuk.

"Selamat berkebun my bro."

"Hmmm." Ucap Ransom sambil memainkan ponselnya.

"No no no, kau harus mengerjakan ini sendirian kakakku sayang." Ucap Aezar merebut ponsel Ransom.

"Iya mas, aku mau kamu menanam sendiri setidaknya 5 pohon saja untukku. Mau ya?" Ucap Fawnia yang baru saja datang.

"Baiklah, demi istriku apapun akan aku lakukan." Ucap Ransom mengambil cangkul.

Baru 10 menit Ransom mencangkul, punggungnya sudah terasa sakit dan ia telah mandi keringat. "Arghh kenapa aku jadi selemah ini. Come on, bukankah ini hanya menangkul." Batin Ransom mengusap keringatnya.

"Hahaha, sepertinya kakakku sayang sudah mulai kelalahan." Batin Aezar tertawa.

"Kasihan juga Ransom, belum ada satupun pohon yang tertanam tapi ia sudah mandi keringat begitu." Batin Dario.

Karena tidak tega melihat Ransom yang sepertinya kebingungan dan juga kelelahan akhirnya Dario ikut membantu sahabatnya itu untuk mencangkul.

"Bro, sejak dulu aku selalu mengajakmu untuk berkebun tapi kau selalu saja menolak. Sekarang rasakanlah akibatnya, baru memegang cangkul 10 menit saja wajahmu sudah memerah dan bermandikan keringat."

"Hahaha, kak Ransom kau benar-benar payah. Kau masih kalah dariku yang bisa menanam 5 pohon sendirian dalam waktu 1 jam."

"Aku tidak pernah kalah darimu bocah."

"Hahaha kau masih saja selalu mengelak kak."

Fawnia tertawa melihat suaminya yang sedang bertengkar dengan Aezar. Ransom yang melihat sang istri nampak tertawa lepas membuatnya sangat bahagia, ia rela melakukan apapun asalkan sang istri dapat bahagia selamanya.

"Mas, kamu pasti capek ya. Semalam sudah berolahraga, siang ini harus olah raga lagi." Ucap Fawnia memberikan secangkir jahe.

"Aku tidak capek Faw. Aku bahagia jika bisa melakukan apapun yang kau minta."

"Mas seandainya nih saat aku melahirkan nanti lalu aku tidak selamat, apa kamu akan menikah lagi? Secara kan kita dulu menikah juga hanya terpaksa tanpa dilandasi cinta terlebih dahulu."

"Apa yang kau katakan my wife? Aku tidak akan membiarkan kau pergi meninggalkanku."

"Kalau begitu jika ada pilihan antara harus menyelamatkan aku atau calon anak kita, kamu pilih mana mas?"

"Jelas aku memilihmu Faw. Anak bisa kita buat lagi tetapi jika dirimu aku tidak tahu lagi akan jadi apa diriku tanpamu.

"Kalau begitu beritahu kepadaku mas, apa pekerjaanmu selama ini? Apa saja rahasiamu yang belum aku tahu."

"Eee sebenarnya aku, aku adalah seorang mafia. Tapi tenang saja Faw, aku sudah berubah semenjak bertemu dengan Ela. Aku yang sekarang hanya pembisnis tambang seperti Rio."

"Yakin?"

"Eee mafia hanya pekerjaan sampinganku saat ini Faw."

"Mas, kemarin aku tidak sengaja mendengar percakapanmu dengan Theo. Kamu bilang sedang menyekap seseorang dimarkas dan akan membunuhnya nanti setelah aku melahirkan."

"Iya, aku memang berniat melakukan hal tersebut. Dia musuh yang sangat licik Faw, jika tidak dimusnahkan itu akan sangat berbahaya."

"Aku percaya kepadamu mas, terima kasih telah mencintaiku. Tapi aku mohon jangan lakukan pekerjaan yang membahayakan nyawamu. Lebih baik kita hidup susah daripada hidup mewah tapi nyawa taruhannya."

Ransom pun memeluk tubuh Fawnia dengan erat. Ia sangat takut dengan ucapan sang istri yang mengatakan seandainya ia tidak akan selamat saat melahirkan nanti.

LOVE (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang