21.

1.8K 199 88
                                    

"Mau kemana lo, Sung?"

Jisung sudah siap dengan setelan kemeja putih, rambutnya juga tersisir rapih. Hampir saja ia akan membuka pintu, kalau bukan karena pertanyaan Chia yang menghentikannya.

"Mau cari kerja buat nafkahin kakak"

Dan lagi, Chia tertawa renyah. Sejak kemarin Jisung membuatnya tertawa entah dari perilaku atau pun perkataannya itu yang terdengar sangat dewasa jika itu keluar dari mulut Jisung. Bocah yang bahkan belum genap berusia 20 tahun itu sekarang berlaga seolah dia pemimpin keluarga.

"Hahaha gue gak butuh nafkah dari lo... Tabungan gue masih banyak. Lo kerja buat kebutuhan lo sendiri, sung.. Gak usah mikirin gue.."

"Tapi kan gue suami lo, kak.. Bukannya tugas seorang suami itu nafkahin istrinya?"

"Ya iya.. Tapi gue gak nuntut lo buat itu"

"Kalau gitu gue gak perlu repot-repot kerja dong.."

"Loh kok gitu?"

"Karna kakak gak butuh nafkah, gue juga gak terlalu banyak kebutuhan"

"Sung..." Chia beranjak dari duduknya menghampiri Jisung yang masih di ambang pintu. Chia mengelus pundak Jisung lembut. "Kerja itu bukan sekedar dapetin uang.. Tapi nambah pengalaman juga.. Melatih diri lo buat lebih mandiri, gak tergantung sama orangtua. Rasanya bakal beda kalau lo dapetin uang hasil jerih payah lo daripada minta ke orangtua, Sung.."

"Bedanya?"

"Uang yang lo dapetin dari hasil kerja lo sendiri itu hadiah buat keringat yang selama ini lo udah keluarin. Kalau dari orangtua, lo tinggal minta terus dikasih. Lo gak bakal ngerasain perjuangannya buat dapetin itu"

"Apa lagi sekarang lo gak tinggal sama orangtua, kalau lo perlu sesuatu mau minta ke siapa?"

"K-ke kakak?"

"Enak aja lo!" dengan enteng lengan Chia menoyor kepala Jisung. "Duit istri itu buat istri! Gak ada istilahnya bagi-bagi sama suami! Gimana sih!? Katanya mau jadi suami yang baik.." Chia menaik-turunkan alisnya menggoda Jisung.

"E-eh iya kak! Jisung bakal kerja keras!"
"Doa'in gue ya kak.." pekik Jisung sebelum punggungnya semakin jauh dari pandangan Chia. Chia tersenyum memandangi punggung itu, kepalanya menggeleng berkali-kali.

Sungguh, Jisung itu menggemaskan. Dan selalu ada saja tingkah lakunya yang kadang membuat Chia kesal, gemas, tertawa dalam waktu yang bersamaan.

Seketika tatapannya berubah sendu. Apa dia se-tega itu untuk meninggalkan Jisung disaat anak itu butuh sosok-nya? Tapi Chia juga tidak mau terus-terusan berada dalam hubungan ini, jangan lupakan Chia yang masih sangat mencintai Mark. Meski tingkah kekasihnya itu akhir-akhir ini mencurigakan.

Renungannya seketika buyar ketika melihat Jisung memutar arahnya, ia berbalik kemudian berlari kembali menuju rumahnya. Dengan napas yang terengah-engah dia mencoba mengucapkan sesuatu.

"Lo kenapa balik lagi?"

"Gue lupa sesuatu"

"Ap-"

Cupp~

Tanpa permisi, bibir mungil itu mendarat di kening Chia membuat sang empu refleks memejamkan matanya. Tak lama, tapi sukses membuat pipi Chia merona. Hingga membuat sesuatu di dalam rongga dadanya terasa begitu berdetak kencang, tidak mau diam.

"Aku pamit ya.." ucap Jisung malu-malu. Dengan ragu jemarinya mengelus lembut surai Chia sebelum pergi.

Iya, dia meniru Mark yang kala itu mencium kening Chia sebelum berpamitan.

18's Boy Is My Husband || PJS [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang