Jimin baru saja menyelesaikan jadwal latihannya bersama teman satu band-nya. Kali ini terasa beda, karena Seulgi menemaninya. Semangatnya jadi bertambah 2x lipat.
Jimin menggandeng lengan Seulgi yang berjalan di depannya. Setelah menemani Jimin seharian, Seulgi mengeluh lapar makanya sekarang mereka sedang mencari tempat makan di sekitar studio dimana Jimin berlatih disana.
"Keren kan aku tadi?"
"B aja"
"Masaa.." Jimin menarik pipi Seulgi membuat sang empu meringis. "Tadi siapa tuh yang gak bisa ngalihin pandangannya dari aku"
Seulgi menepis lengan Jimin kasar, ia menatap Jimin tajam. "Kalau latihan tuh yang fokus gak usah kemana-mana matanya!"
"Iya.. Iya.. Ibu negara galak banget sih.."
Seulgi sudah ancang-ancang hendak melayangkan tinjuan ke lengan Jimin, tapi niatnya itu terurung saat ia melihat wajah Jimin yang mendadak berubah masam.
"Ada apa?"
"Sedih aja, kayanya ini terakhir kalinya aku kumpul sama mereka"
"Loh kenapa? Minggu depan juga kan ada jadwal latihan, kalian masih bisa ketemu"
"Papah mau aku ngurusin Suju Company"
"Loh bagus dong, kenapa kamu malah sedih?"
"Dunia aku itu musik, bukan bisnis. Kita gak bisa maksain kehendak orang lain ke diri kita sendiri kan? Apa lagi kehendak itu sesuatu yang kita gak suka"
"Iya, kamu bener. Tapi di satu sisi juga kamu gak mungkin kan ngebangkang sama orangtua, ini pilihan yang sulit sih. Gimana kalau kita pikirin jalan keluarnya sambil makan?"
Jimin terkekeh saat mendengar suara perut Seulgi yang keroncongan, pasti cacing-cacing disana sudah demo minta di kasih makan. Mereka baru sadar bahwa daritadi mereka terus berjalan dan berbincang hingga akhirnya melewati restoran tujuan mereka.
"Masa balik lagi, udah lumayan jauh loh" Seulgi mencebikan bibirnya.
"Ke kedai temen aku aja mau gak? Sekalian hemat duit buat biaya nikah, siapa tau dikasih diskon, untung-untung sih gratisan"
"Nikah! Nikah! Cari kerja yang bener! Ya udah ayok ke sana!"
Jarak kedai milik teman Jimin itu hanya tinggal beberapa langkah lagi melewati 3 gedung sebelumnya jadi tidak memakan waktu banyak untuk sampai disana.
Kedai milik teman Jimin ini terbilang cukup sukses, kedai bernuansa putih-coklat ini sangat ramai dikunjungi khususnya kalangan remaja.
Setelah memastikan Seulgi nyaman dengan duduknya, Jimin membawa dirinya ke sebuah stand disana. Stand itu terlihat biasa saja sebelum ia melihat Jisung berdiri disana lengkap dengan celemek khas kedai ini.
"Jadi lo kerja disini?"
Jisung yang sedang fokus berkutat dengan area stand, menghentikan aktivitasnya ketika suara yang tidak asing menyapa telinganya.
"Kok lo ada disini bang?"
"Gue mau membajak sawah" Jawab Jimin Sekenanya. "Ya lo pikir aja sendiri kenapa gue ada di kedai, ya mau makan lah!" lanjut Jimin dengan nada yang lebih ngegas.
"Mau pesen apa?"
"Ada apa aja?"
"Lo gak buta kan bang? Menu ada di sebelah!" Jisung menunjuk sebuah papan menu tepat di dinding stand kedai. Namun sayangnya sarkasan Jisung itu terdengar langsung oleh pemilik kedai.
KAMU SEDANG MEMBACA
18's Boy Is My Husband || PJS [Completed]
Fanfiction[Follow sebelum membaca] Judul Awal : Bocah Gimana rasanya dinikahin sama bocah yang manjanya minta ampun? "gue itu istri lo atau baby sitter lo sih!? Manja banget!"-lychia. Started : 27 Mei 2020 End : 20 Mei 2021 ©Moonhazell