Di tempat ini lagi, entah sudah berapa lamanya Jisung terdiam duduk dan bersandar pada gerbang hitam yang menjulang hampir menutupi setengah rumah ber cat putih di dalamnya.
Jisung membuang napasnya gusar, mulai hilang harapan. Sudah lebih dari seminggu semenjak kejadian itu, dia belum melihat lagi wajah yang kini selalu dirindukan.
Dan hari ini tidak ada bedanya dengan hari sebelumnya. Tidak ada tanda-tanda apa pun yang memungkinkan Chia untuk mau bertemu Jisung.
Jisung menatap heran rumah mertuanya. Kenapa setiap kali ia berkunjung ke sini rumah selalu nampak sepi bahkan satpam yang biasanya stay di depan juga tidak ada. Tidak ada tanda kehidupan. Tapi Jisung sangat yakin Chia ada disana, hanya saja dia enggan menemuinya.
Haruskah dia tidur di mobil seperti 2 hari sebelumnya? Yang benar saja, mereka memang anti-sosial atau memang tidak peduli dengan Jisung yang kelaparan dan kedinginan?
Rasanya Jisung sangat lemas setelah membiarkan perutnya kosong selama 2 hari. Katakanlah Jisung gila, membiarkannya sakit hanya untuk mendapatkan simpati dari Chia.
Tapi semua itu tidak menyulutkan tekat Jisung untuk tetap tinggal sampai Chia mau bicara dengannya.
"Permisi.. Mas nya nyari siapa ya?"
Jisung mendongak begitu seseorang datang menghampirinya.
"Saya nyari Chia bu"
"Oh.. Kalau ini betul rumahnya orangtua Chia. Tapi mereka lagi gak ada dirumah mas, Pak Baekhyun sama istrinya pergi ke kampung halamannya Pak Baekhyun. Kalau Chianya saya juga kurang tau, tapi Chia gak ikut ke sana setau saya"
"Terimakasih banyak atas informasinya ya bu"
"Sama-sama, mari.."
Menunggu Chia selama 7 hari 2 malam di depan gerbangnya adalah hal yang sia-sia yang pernah Jisung lakukan. Pantas saja tidak ada satu pun orang yang nampak keluar dari gerbang rumah itu. Hampir saja Jisung suudzon pada Ny.Taeyeon yang tega membiarkan menantunya kelaparan di luar.
Tapi, Chia dimana?
***
Seulgi kini sedang memperhatikan gelagat adik tingkatnya itu dengan tatapan penuh risau.
Sejak terbangun dari tidurnya, Chia menjadi sering ke kamar mandi untuk memuntahkan sesuatu di dalam mulutnya. Rasanya sangat mual, ia bahkan tidak enak makan.
Semenjak kepergian orangtuanya ke kampung halaman, Chia memutuskan untuk tinggal di kos Seulgi sampai orangtuanya kembali. Lagi pula mereka sama-sama kesepian. Seulgi juga banyak memberikan bantuan dan semangat pada Chia saat ini. Seulgi juga terbantu oleh Chia masalah uang makan. Sama-sama menguntungkan.
"Stop nyiksa diri lo sendiri Chi! Lo boleh sedih tapi gak sampe mogok makan dong.. Liat kan maag lo kambuh!"
Seulgi memapah Chia yang baru saja keluar dari kamar mandi. Mata Seulgi memincing menatap Chia yang baru saja mendudukkan dirinya di tepi ranjang miliknya langsung menyambar laptop.
"Gue udah bilang lo istirahat aja.."
"Nanggung, CV gue bentar lagi beres kak"
"Mau gue beliin obat maag?"
"Gak perlu.. Udah baikan kok"
"Lo serius Chi mau ikutan program pertukaran mahasiswa ke korea?"
"Serius lah.. Gue gak mungkin lewatin kesempatan besar kaya gini, gue juga dapet surat rekomendasinya langsung dari dosen pembimbing kan"
"Tapi Jisung.."
KAMU SEDANG MEMBACA
18's Boy Is My Husband || PJS [Completed]
Fiksi Penggemar[Follow sebelum membaca] Judul Awal : Bocah Gimana rasanya dinikahin sama bocah yang manjanya minta ampun? "gue itu istri lo atau baby sitter lo sih!? Manja banget!"-lychia. Started : 27 Mei 2020 End : 20 Mei 2021 ©Moonhazell