Chia hampir kehilangan akal mencari Jisung kemana-mana kalau saja dia tidak menemukan bocah itu di taman. Terlihat Jisung sedang duduk termenung, kakinya memainkan kerikil yang ada di tanah. Chia berlari menghampiri Jisung. Jisung mendongak saat sepasang kaki itu berdiri tepat di depannya.
"Lo pikir ini lucu!? Main pergi aja tanpa pamit!"
Jisung memalingkan wajahnya. "Apaan sih.. Orang cuma cari angin"
"Setidaknya lo pamitan dulu lah sama gue.." Jisung tak bersuara, wajahnya masih terlihat kesal.
"Oke gue minta maaf buat yang semalem" Sama, Jisung tak bersuara. Bahkan kakinya itu semakin sengaja memainkan kerikil agar terdengar bunyi bising.
"Sung..." Rengek Chia, menggoyangkan lengan Jisung.
"Apaan sih kak.. Kaya anak kecil" Jisung menyingkirkan lengan Chia yang masih menggoyangkan lengannya.
"Maafin gue..." Nadanya terdengar putus asa. Matanya sayu menatap wajah tegas itu yang seolah memberi tahu bahwa empunya sedang memendam amarahnya. Chia berharap, sekali... Saja Jisung coba menatapnya, melihat manik matanya yang tak bisa berbohong kalau ia benar-benar tulus memohon maaf dari Jisung.
"Sung..."
"Maafin gue.. Maafin gue... Maaf gue gak bisa jaga omongan gue.. Gue sadar itu pasti nyakitin hati lo.. Maaf.. Maafin gue yang gak bisa kontrol emosi sama ucapan gue.. Maaf sung maaf..""Iya" hanya satu kata yang bahkan nadanya terdengar tidak ikhlas. Tapi tak masalah, ikhlas atau tidak yang penting Jisung sudah memaafkan Chia.
Chia sumringah untuk beberapa saat sampai Jisung tiba-tiba bangkit dan berjalan mendahuluinya. Chia menatap punggung Jisung, ia melangkahkan kakinya lebih cepat agar bisa mensejajarkan badannya dengan Jisung.
"Sung! Jangan cepet-cepet..." seolah tuli, Jisung malah sengaja mempercepat langkahnya membuat Chia ketar-ketir mengejar Jisung. Dan bisa-bisanya Jisung malah terkekeh.
"Sung... Jangan cepet-cepet jalannya.. K-kaki gue masih lecet"
Tanpa memberikan tanda, Jisung yang tepat berada dihadapan Chia mendadak menghentikan langkahnya yang membuat Chia menabrak punggung Jisung.
"Aw.." tidak sakit, cuma refleks.
Jisung memutar badannya kebelakang, menatap Chia dengan penuh tanda tanya. Chia yang paham, melepaskan sandal berwana krem itu dan sedikit mengangkat kakinya untuk menunjukkan bagian tumitnya yang dilapisi plester.
"Kenapa bisa?"
"High heels gue baru"
"Hah?" Jisung mana ngerti soal beginian.
"Udah lah.. Gak penting juga. Lanjut jalan, tapi jangan cepet-cepet"
"Mau di gendong?" Jisung merengkuhkan badannya lebih rendah tepat di depan Chia.
"G-gak usah.." Dan lagi, Jisung mengabaikan Chia. Tangannya justru mencengkram diantara kedua paha dan lututnya Chia, yang membuat Chia automatis melingkarkan kakinya ke depan agar kakinya tertahan oleh pinggang Jisung, dan lengannya mengalung di leher Jisung.
"Udah gue bilang gak usah.. Berat loh"
"Gue udah cukup kuat kok kak buat ngangkut karung isi beton"
"Apa maksud lo ngomong gitu!?" sewot Chia. "Enak aja disamain sama beton! Asal lo tau aja gue udah ngelakuin diet ala-ala artis korea!"
"Oh ya? Berarti kakak kurang bersunggguh-sungguh dietnya"
"Maksud lo gue tetep berat gitu walaupun diet!? Ya udah kalau gitu turunin gue! Turunin!"
"Bercanda... Kakak ringan kok, ringan banget malah"
KAMU SEDANG MEMBACA
18's Boy Is My Husband || PJS [Completed]
Fanfiction[Follow sebelum membaca] Judul Awal : Bocah Gimana rasanya dinikahin sama bocah yang manjanya minta ampun? "gue itu istri lo atau baby sitter lo sih!? Manja banget!"-lychia. Started : 27 Mei 2020 End : 20 Mei 2021 ©Moonhazell