twenty seven

36 3 0
                                    

"lu beneran mau nyelidikin rasa penasaran lu ra?. "nara pun mengganggukan kepalanya sebagai jawaban. "tapi lu yakin sama rencana lu kali ini? Gua takut lu kenapa² ra. Feeling gua gak enak sama rencana yg lu bilang tadi soalnya. "ujar eunwoo jujur.

"gua yakin,woo. Lagi juga gua tuh dari dulu udah punya rencana buat nyelidikin ke ginian.cuman lu sendiri tau gimana kan. "kata nara seraya menundukkan kepalanya yg membuat eunwoo mengelus surai rambut nara dengan sayang. Yah inilah mengapa nara memilih menceritakan semuanya ke eunwoo.

"tapi, ra. "eunwoo menggantungkan kalimatnya satu tangannya menggangkat dagu nara untuk menatapnya. "gua bingung sama pilihan gua. Tapi disatu sisi gua takut lu kenapa² ra. "ujar eunwoo yg langsung menyenderkan palanya dipundak nara. Nara pun yg mendengar ucapan eunwoo yg mengkhawatirkannya iya pun tersenyum, dan mengelus rambut eunwoo dengan penuh kasih sayang. "lo kenapa jadi ke mellow gini?. "

"eh,sorry². Habis, gua takut lu kenapa² ra, rencana yg tadi lu bilang terlalu beresiko ra. "ucap eunwoo yg membuat nara terdiam. Nara pun membenarkan perkataan eunwoo tadi. Tapi mau gimana lagi cuman itu jalan satu² nya untuk mengetahui rahasia itu.

Cukup hening diantara keduanya mereka sama² diam dengan pikiran mereka Masing². Hingga terdengar suara ponsel yg berdering dari hp nara yg membuat nara langsung menerima panggilan dari ponselnya itu.

"halo, om?. "

Berbeda dengan eunwoo yg masih bergelut dengan isi otaknya. Ia pun meringis saat mengingat kejadian lalu saat nara kehilangan orang yg dicintainya yg membuat dirinya terpukul melihat kejadian yg begitu cepat.

"saya kan udah bilang kalau saya..., t-tapi om. A-apa om udh ada didepan rumah eunwoo? saya kan udah bilang kalo saya... Iya² saya turun sekarang.. "

Nara pun mematikan panggilan dengan sepihak. Yg langsung ditatap bingung oleh eunwoo. "woo, om ardan udh didepan. "

"o-om ardan?. "tanya eunwoo dengan dahi berkerut.

"temennya om ong. "ujar nara yg tau raut bingung dari wajah eunwoo. Eunwoo pun hanya mengganggukan kepalanya mendengar ucapan nara tadi.

Nara pun dengan segera langsung bergegas mencari tas yg tadi di bawanya lalu segera berdiri. "gua duluan ya, woo. "pamitnya yg langsung berlari menuruni tangga dengan terburu².

Eunwoo pun yg melihat temennya terburu² itupun dia mengikutinya dari belakang. "pelan² ra!! Gua gak mau ya lu besok gak masuk cuman gegara jatoh dari tangga. "nasihat eunwoo yg mengikuti nara dari belakang.

Nara pun yg mendengar nasihat eunwoo memelankan larinya menjadi jalan. "gua buru² tapi woo. "ujar nara dengan sedikit ngos² an.

Eunwoo pun yg mendengar penuturan nara hanya menghela napas. "gua tau lu Buru² tapi gk ke gitu jga lari² an nurunin tangga, lu tau gak kalo tadi lu jatoh yg kena repotnya siapa?."ujar eunwoo yg langsung mensejajarkan langkahnya menjadi disamping nara yg menatap sinis kearahnya.

"iye² maap. "ujar nara yg langsung ngacir ke rak sepatu mencari sepatu miliknya lalu memakainya.

"lain kali Hati²."

"iy-"

"yaudah tiati,kalo udah sampe rumah kabarin gua jangan lupa. "nara pun menatap eunwoo yg secara terang² an mengusir dirinya.

"males gua si, dahlah gua duluan udah diusir pemilik rumah soalnya. "ujar nara yg langsung berdiri seraya melangkahkan kakinya.

Namun belom selangkah ia berjalan eunwoo pun menahan tangannya, yg membuat nara mau tak mau menatapnya. "a-ap-"

"gua bercanda, jangan ngambek kalo lu ngambek gini gua gk bolehin lu pulang nih. "ujar eunwoo.

"gua tau lu gengsi,makannya ke gitu.udah elah lepas gua mau pulang udah ditungguin."ujar nara yg langsung melepas genggaman tangannya dari eunwoo.

guru matematik Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang