loving someone who loves someone else is another level pain
17. Sikapmu membingungkan, Aku sampai heran. Sebenarnya kau menyuruhku bertahan atau mundur pelan pelan?
Pukul lima lebih dua puluh menit, Arabella terbangun dengan kondisi bingung. Ia menatap langit langit diatasnya dan merasa asing dengan tempatnya berada sekarang. Ia sendirian, tidak ada seorang pun yang bisa ia lihat keberadaannya. Yang ia ingat, terakhir kali ia berada di pesta dengan suara musik berdentum sangat keras.
"Awww." Ia meringis sambil memegang kepalanya yang terasa pusing saat mengambil posisi ingin duduk.
Melihat ke sekeliling, ini kamar hotel. Tapi kenapa dia bisa disini. Siapa yang membawanya kesini? Melihat ke arah bajunya, masih sama dengan yang ia pakai tadi malam karena suruhan Salsa. Dan, ya. Dimana Salsa sekarang?
Ara ingin ber- positif thinking, namun tidak sempat karena pemikiran dirinya dibawa oleh sugar Daddy sudah berputar duluan sejak tadi. Apakah dirinya sudah di unboxing?
Ara masih duduk di kasur tersebut, enggan sekali untuk keluar atau sekedar bangkit untuk mencuci mukanya. Kepalanya masih nyut nyutan mungkin karena kejadian tadi malam.
Saat memindai kamar yang tengah ia tempati, matanya tidak sengaja melihat satu objek. Sebuah stelan kemeja yang sudah tersampir di sofa. Mirip dengan punya seseorang, tapi karena kepalanya masih pusing, ia jadi lupa.
Lanjut melihat ke arah lain, ia mendengar suara seperti ada yang membuka kunci pintu.
Ceklek
"HUAAAAAA ANDA SIAPA!!" Pekik Ara bersamaan dengan satu lemparan bantal ia daratkan ke sosok yang tengah berdiri di depan kamar mandi. Wajahnya tertutup handuk yang menyampir di kepalanya. Orang tadi menatap tajam ke arah Ara dan langsung membuat Ara menelan salivanya susah.
"B-bang Atha." Ucap Ara gugup setengah kaget.
"Cepet mandi, baju lo di meja samping noh." Atha tidak lagi memasang wajah sangar, padahal tadi Ara kira dirinya akan dimarahi habis habisan atau setidaknya diberi jitakan di dahinya. Tapi tidak, Atha malah sepertinya santai dan seolah tidak terjadi apa apa.
Memilih untuk menurut dan tidak membuat masalah lagi, Ara segera bangkit dari kasur, lalu menyambar paper bag yang berisi seragam sekolahnya. Tadi subuh, sopir Salsa sudah mengantarkan pakaian itu ke hotel sesuai perintah Atha.
Selagi menunggu Ara mandi dan bersiap, Atha keluar untuk mencari sarapan. Sekaligus membawakan makanan untuk Ara. Dengan masih mengenakan celana bahan dan kemeja putih -belum memakai jas- Atha turun ke lantai bawah dan keluar dari hotel, berniat mencari bubur ayam untuk sarapan mereka berdua.
Sementara itu, di dalam kamar mandi Ara merasa heran, kenapa abangnya tidak marah atau apalah karena sudah melanggar aturan yang ia buat. Kenapa Atha malah se santai itu padahal seratus persen Ara yakin bahwa Atha tau tadi malam ia pergi ke pesta hingga pulang selarut ini. Hmmm, ada yang mencurigakan dari Atha.
Lima belas menit berlalu, Ara keluar dari kamar mandi dengan sudah memakai seragam sekolahnya. Ia mencari keberadaan Atha yang tidak ia dapati setelah selesai mandi tadi. Sambil menyisir rambutnya, Ara membuka ponselnya untuk menelfon Atha. Namun malah dering telfon Atha terdengar dari dalam kamar itu. Dipastikan Atha keluar tanpa membawa ponsel.
Lanjut, Ara memilih membuka grup WhatsApp bersama teman temannya. Ingin tau reaksi mereka jika Ara mengatakan apa yang dilakukan Atha karena tau tadi malam mereka ke party Meira.
Ara mengernyit heran mendapati nama grup berubah, menjadi
'Urgent 999' Ara pun men scroll chat tersebut mulai dari atas, tepatnya pukul 1AM.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shivviness
RandomBahagia itu sederhana. Misalnya, ketika kamu peroleh kenyamanan haqiqi saat mengenakan pakaian dalam baru. Dalam Bahasa Inggris kuno, perasaan nyaman itu adalah definisi kata "𝙎𝙝𝙞𝙫𝙫𝙞𝙣𝙚𝙨𝙨" Ada yang nyaman dalam kesendirian Ada yang nyaman s...