In my life, little thing can make me happy, for the example is your voice
11. Terkadang lirik lagu lebih mengerti bagaimana perasaanku saat ini
Kalian pernah ngga sih pas dengerin lagu, terus ada lirik yang buat kalian 'omg, ini lagu kok gue banget' jadi ngerasa perasaannya terwakili gituloh.
Hari sudah berganti, kini Senin sudah menyambut dengan pagi yang lumayan terik. Matahari seperti baru diisi baterai hingga sinarnya mampu membuat seorang gadis yang biasanya sangat sulit dibangunkan, kini sudah duduk manis di meja makan.
"Bagaimana sekolahmu sayang?" Tanya Aruna dengan tangan masih berkutat mengambilkan sarapan untuk suaminya.
Aruna dan Antonio sudah kembali ke Jakarta sejak tadi malam. Tepatnya ketika Ara dan Atha hampir melakukan sesuatu karena Atha khilaf. Untung saja mama masuk di waktu yang tepat saat dua detik lagi hal itu akan terjadi.
"Sampai detik ini lancar Ma, Minggu depan baru mulai dirumah." Jawab Ara yang sudah menyantap nasi goreng dihadapannya.
"Maksudmu daring?"
"Bukan Pa, Ara bakal homeschooling mulai Minggu depan." Jawab Atha saat mendengar pertanyaan Antonio.
Aruna dan Antonio saling melempar tatapan tanya.
"Kenapa adikmu harus di homeschooling kan? Apa sekolah biasa kurang bisa memberikan yang terbaik untuk pendidikannya?"
Antonio terus bertanya karena Atha tidak ada membicarakan hal ini dengan dirinya pada waktu sebelum sebelumnya. Mungkin karena kesibukan keduanya atau mungkin ini memang rencana dadakan dari Atha.
"Tidak begitu Pa, sekarang pekerjaan Atha sedang banyak banyaknya. Atha tidak bisa lagi terus terusan mengawasi Ara di sekolahnya. Jika dirumah, Atha akan lebih mudah memantau apa yang dilakukan Ara." Jelas Atha namun masih membuat raut Antonio belum puas.
"Apa ini tidak berlebihan Athafariz? Jika kau tidak bisa mengawasi Ara seperti dahulu, itu hal yang wajar. Pekerjaanmu lebih penting asal kau lupa."
"Bagi Atha yang terpenting itu adalah Ara Pa. Dia hal utama untuk Atha." Sela Atha cepat membuat Ara membelalak kaget. Baru kali ini Atha berani menyela ucapan Antonio ketika membahas hal serius.
"Lagipula adikmu itu sebentar lagi akan lulus SMA, sudah tidak sepatutnya kau mengawasinya seperti anak TK yang baru masuk sekolah."
"Tapi untuk Atha, Ara ini anak kecil yang masih harus diawasi Pa. Tolong lah mengerti, Atha hanya tidak ingin hal hal buruk menimpa Ara."
"Hal hal buruk atau hanya keinginanmu yang tidak mau terlepas atau hanya sekedar jauh dari Ara?"
"Keduanya."
Antonio mengehela nafas dalam, mencoba meredam emosinya untuk sekarang. Putra sulungnya sekarang lebih pandai untuk mendebat dirinya.
"Apa kau setuju untuk homeschooling Arabella?" Tanya Antonio final sambil menatap Ara yang sedari tadi diam dan larut akan ketegangan yang diciptakan oleh dirinya dan Atha.
"Ara mah yes yes aja Pa, lagian Ara juga bosen di sekolah." Ara sedari tadi diam dan barulah kini membuka mulut. Suasana sedang tegang, dilihat dari bagaimana papanya dan abangnya berbicaralah menggunakan bahasa baku, jadi dirinya harus pintar pintar memilih kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shivviness
RandomBahagia itu sederhana. Misalnya, ketika kamu peroleh kenyamanan haqiqi saat mengenakan pakaian dalam baru. Dalam Bahasa Inggris kuno, perasaan nyaman itu adalah definisi kata "𝙎𝙝𝙞𝙫𝙫𝙞𝙣𝙚𝙨𝙨" Ada yang nyaman dalam kesendirian Ada yang nyaman s...