27. d u a t u j u h

56 14 0
                                    

apa sih special nya dia sampai lo gak mau beralih ke siapa siapa?

27. Kamu berbeda, tapi saya malah makin cinta.

Ara syok berkepanjangan karena ucapan Atha tadi siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ara syok berkepanjangan karena ucapan Atha tadi siang. Bahkan sampai malam ia menjadi susah tidur karena overthinking. Jadi selama ini Dimas, guru tampannya itu penganut prinsip 3G? Bukan, bukan Gold, Glory dan Gospel, tapi Ganteng Ganteng Gay. Masa iya selama dua hari ini Ara salting tiap digombalin sama laki laki penyuka sesama jenis.

Demi apapun Ara ngga nyangka, sangat amat tidak menyangka. Ooohhh, ayolah kenapa giliran ada orang ganteng, tapi malah belok? Kenapa?

Tidak tidak, masih mending jika bersaing dengan sesama perempuan, tapi ini masa iya dia saingan sama uke uke? Eh bukan maksud Ara mau berjuang buat Dimas ya, nggak lah. Catet.

Pagi ini Ara tampak berjalan lesu menuju meja makan dimana sudah ada Papa serta abangnya. Atha yang pertama kali melihat adiknya yang berjalan ke arah mereka langsung tersadar bahwa Ara tidak seperti biasanya.

"Kusut banget muka lo Cell?"

"Hm,"

"Etdah, kenape lo? Begadang ya? Wah gabisa dibiarin ini Pa," kata Atha memprovokasi.

"Ck, diem ngapa," sewot Ara tidak senang.

"Jangan ganggu adikmu terus Athafariz," ucap Papa melihat putrinya yang tampak sangat sebal. "Kenapa Arabella?"

"Ara gapapa Pa, cuman ngga mood aja," jawab Ara. Moodnya mendadak buruk karena overthinking tadi malam ditambah tingkah Atha yang membuatnya makin kesal.

Ara mengambil bangku di sebelah Atha tempat biasa ia duduk.

"Pssttt Cell, lo bener gapapa?" tanya Atha sambil berbisik dan mendekat pada Ara.

"Iya gue gapapa, mending diem," ketus Ara mulai melahap roti bakar yang sudah tersedia.

"Sensi amat dah, mirip bumil," gerutu Atha namun masih bisa di dengar Ara.

"Gue denger," kata Ara dingin.

"Lah, hehehe," Atha hanya bisa cengengesan.

Ketiga orang tadi lanjut terdiam sambil menikmati sarapan masing masing. Papa dengan kopi dan rotinya, Atha juga memilih menu yang sama dengan papa, dan Ara yang mengambil roti bakar serta susu cokelat.

"Mama tumben lama," celetuk Atha saat rotinya sudah hampir habis.

"Mamaaa, anakmu sudah lapar ini," teriak Papa langsung membuat Atha melotot.

Shivviness  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang