37. t i g a t u j u h

69 6 1
                                    

Sebelum mulai membaca, aku saranin dengerin lagu di atas ya!

Tuhan, maaf jika aku egois.
Aku ingin dia kembali padaku, bukan ke pangkuanmu

37. Jangan hilangkan dia Tuhan.

"Kenapa Pa? Ada apa ini? Siapa yang sakit? Diva?" Mama bertanya dengan nada sarat akan khawatir.

Papa menggeleng. "Atha."

Ara seperti tertikam belati tepat di dadanya. Semua terasa sesak. Kakinya yang tadi menginjak bumi kini terasa tidak bernyawa. Ara lemas dan terjatuh dari tempatnya berdiri.

"Bella!"

Nauval sigap menahan tubuh Ara yang tidak seimbang. Begitu juga Mama, ia sudah dibawa duduk oleh papa dan Arka.

"Hei hei, Bel bangun."

Nauval menepuk pelan pipi Arabella untuk menyadarkan sahabatnya itu. Davin, Devan, Haikal mendekat ke tempat Ara duduk. Mereka semua masih mencerna apa yang baru dikatakan oleh Antonio.

"Sebaiknya kita ke rumah sakit sekarang."

Ara benar benar tidak sadarkan diri sehingga ia harus digendong oleh Dimas. Iya, Dimas mengajukan diri untuk membawa Ara ke mobil. Arka yang seharusnya sudah berangkat kini memilih untuk ikut ke rumah sakit.

Pikiran Davin kalut, sungguh jika memang tadi pagi maksud Atha adalah pergi selamanya maka Davin akan mencegahnya. Davin, Davin belum siap kehilangan teman adu mulutnya.

Salsa juga sama kagetnya, beruntung ada Reno disamping gadis yang matanya mulai berair. Kemungkinan buruk terus berputar di kepalanya, Salsa belum siap jika Ara kehilangan sosok terbaik di hidupnya. Akan jadi seperti apa hidup sahabatnya itu jika tiang kehidupannya tiada?

Devan dan Nauval berjalan bersisian. Mereka sama sama takut, mereka belum siap mendengar kabar selanjutnya. Bahkan tangan kokoh Nauval kini bergetar karena takut. Nauval pernah kehilangan, dan sekarang apa dia akan merasakannya lagi?

Haikal tidak berani berucap apapun, ia turut bersedih dan takut. Apalagi melihat Ara yang pingsan, mama yang menangis serta teman teman barunya yang juga sama kacaunya. Haikal hanya bisa mengikuti Arka dari belakang.

Banyak orang melihat ke arah mereka, terlebih lagi saat melihat Ara yang dibawa oleh Dimas. Semua menatap penuh penasaran namun semua itu tidak dihiraukan oleh laki laki itu. Bahkan ketika Dimas mempercepat langkahnya, matanya tak lepas dari wajah Ara yang memucat.

Arka menelepon sopirnya agar membawa mobil ke pintu keluar. "Mobil om biar Arka saja yang bawa, om dengan tante dan Ara pakai mobil Arka saja. Supirnya sudah di depan om."

"Ah iya, ini kunci mobilnya Arka, terimakasih om ucapkan." Papa kemudian memberikan kunci mobil ke Arka dan lanjut berjalan sambil merangkul mama yang semakin kalut.

Sampai di depan, sudah terlihat mobil Arka yang siap melaju. Sopir yang tadi mengantar Arka juga membukakan pintu mobil untuk mempermudah mereka naik.

"Nauval dan Devan tolong bantu Dimas membawa Ara ya," pinta Papa langsung diangguki keduanya.

Dimas, Nauval dan Devan saling membahu untuk menaikkan tubuh Ara yang kian lemas. Mata Ara pun enggan terbuka sedari tadi.

"Nauval dan Devan di belakang, Mama bersama Dimas di tengah ya."

"Iya om," jawab mereka bersamaan.

"Ayo pak, ke RS Pelita," ucap Papa saat sudah duduk di bangku depan.

"Baik Pak."

Setelahnya mobil melaju menuju RS tempat Atha dibawa.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 02, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Shivviness  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang