Happy reading✨
Rara POV
Setelah seluruh tubuhku terasa segar dan bersih, aku segera memakai handuk dan keluar dari kamar mandi. Tak lupa, aku harus berjalan dengan hati-hati. Takut jika tak berhati-hati, aku akan terpeleset di lantai kamar mandi.
Ceklek
Kubuka pelan gagang pintu. Terlihat Mas Noval yang tengah bermain ponsel, duduk di tepi ranjang. Aku yang melihat itu pun hanya tersenyum singkat dan melewatinya untuk menuju lemari pakaian.
"Mas," panggilku, dan dia langsung mendongakkan wajahnya.
"Iya, Sayang," sahutnya dan mematikan ponsel itu.
"Mas keluar, dong. Rara mau pakai baju," ucapku dengan ragu.
Bukan apa-apa. Kami memang suami istri. Tak salah dan berdosa jika Mas Noval tetap berada di sini. Namun, yang menjadi masalahnya adalah aku malu jika dilihat oleh suamiku ini.
"Loh? Kok? Pakai aja, dong. Apa perlu aku bantuin?" tanyanya dengan menyunggingkan senyum menggoda.
Menyebalkan
"Ih, enggak. Mas keluar aja dari kamar ini. Apa mas sudah siap? Kalau begitu tunggu di bawah aja sama anak-anak," kataku menjelaskan. Semoga saja suamiku ini mengerti apa keinginanku. Namun, sepertinya itu adalah hal yang cukup sulit. Sebab, bukannya memenuhi permintaanku, dia malah semakin menggoda.
"Ayolah, Sayang ...," katanya dan bangkit dari ranjang menghampiriku.
"Pergi, ih!" Dengan sekuat tenaga. Aku membalikkam tubuhnya, lalu mendorong suamiku ini keluar dari kamar dengan paksa. Secepat kilat, aku pun mengunci pintunya dari dalam.
Terdengar suaranya yang malah tertawa lepas saat aku mendorongnya keluar seperti itu.
"Kamu tega, Mas!" ucapnya dengan nada drama, bak film sinetron di televisi.
Aku yang mendengar itu hanya mengembuskan napas jengah. Bisa-bisanya ia berakting seperti wanita yang tersakiti? Akan tetapi, dirinya seakan cocok berperan kayak gitu. Ah, suamiku ini cocok sekali menjadi aktor.
"Sayang, aku tunggu di bawah, ya," ucapnya setelahnya.
"Iya," sahutku dari dalam, dan langsung saja bersiap-siap memakai baju.
***
"Hai anak-anak Mama," sapaku saat baru saja menuruni anak tangga. Terlihat kedua putraku yang tengah duduk bermain pesawat-pesawatan itu menoleh ke arahku dengan mata berbinar.
"Pagi Mama ...," balas mereka dan langsung berhamburan dalam pelukanku.
Refleks Mas Noval yang melihat mereka memeluk dengan terlalu semangat itu pun membuka suara untuk menasehati.
"Rafa, Rafi, jangan kencang-kencang meluknya. Kasihan dede bayi yang ada di perut Mama kalian," ucap Mas Noval menasehati dengan lembut. Kedua putraku pun langsung menunduk dengan rasa sesal dan bersalah.
"Maaf Mama," tutur keduanya berbarengan.
Aku yang melihat itu pun merasa tak tega. Bagaimanapun mereka masih kecil. Mungkin mereka seperti itu karena terlalu bersemangat ingin berjalan-jalan. Mengingat, betapa jarangnya kami berkumpul bersama. Ini disebabkan oleh Mas Noval yang selalu saja sibuk dengan pekerjaan kantornya.
"Enggak apa-apa, Nak. Mama tahu pasti kalian sudah gak sabaran mau jalan-jalan, kan? Maafin Mama yang lama bersiap-siapnya, ya," ujarku menasehati, pun meminta maaf karena telah lama bersiap-siap.
"Gak papa, kok. Mama pasti harus banyak bobo, supaya dede bayinya sehat terus," celetuk Rafa yang langsung mengelus perut buncitku.
Aku yang melihat putra pertamaku begitu bijak itu langsung mengelus rambutnya dengan sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bocilku Cintaku (END)
Teen Fiction🚫WARNING! AWAS BAPER🚫 Katanya, cinta tumbuh karena terbiasa. Namun, apakah cinta juga bisa tumbuh pada dua insan yang cukup terpaut jauh usianya? Entahlah, jika cinta sudah berkuasa, maka akan mengalahkan segalanya. *** "Aku mencintaimu tanpa ala...