"Rasa yang hadir itu bukan kesalahan, melainkan anugrah yang harus kita syukuri."
-Rara
Happy reading✨
"BRISIK!"
Kalian pasti tahu, siapa pemilik suara itu? Yaps, itu adalah suara si Bocil yang tiba-tiba keluar dari dalam kamarnya.
Ngakak gue lihat dia, astaghfirullah. Dia lagi maskeran, mana warna maskernya putih semua lagi. Pokonya persis banget seperti Mbak Kunti.
"Hai Mbak Kun," sapa gue sambil menahan tawa.
Ngakak, woy!
"Bang, kok Om Novel gak disuruh pulang?" tanya Rara pada Angga, dan tidak menghiraukan sapaan gue.
"Abang yang minta dia nginap di sini, Dek," ujar Angga menjelaskan ke si Bocil.
"Ih, ngapain, sih? Suruh pulang sana, Bang!" perintahnya dengan nada yang terlihat kesal dan tidak terima.
Gue yakin, dia gak sudi gue menginap di sini. Ya elah, yang maksa gue nginap juga kan Abangnya sendiri.
"Anak kecil, enggak usah cari keributan, ya. Gue ngantuk banget, nih, sekarang. Pengen tidur," ujar gue menasehati.
"Hoamm," lanjut gue sembari berakting menguap, seakan sudah sangat mengantuk berat. Biarin saja, anak songong ini harus sering-sering dikasih palajaran, agar tak berbuat seenaknya dengan orang lain.
"Di mana kamarnya, Ga?" Gue langsung bertanya pada Angga, tanpa memperdulikan wajah kesal si Bocil, Rara.
"Noh di atas, besebrangan sama kamar gue," balas Angga memberitahu. Gue pun mengangguk mengerti.
"Oke, bye-bye. Gue mau tidur dulu!" ujar gue berpamitan, lalu mendekat ke arah si bocil. Sengaja, ingin membuat dia semakin kesal.
"Selamat bobo, bocah cilik enggak ada akhlak, yang pelitnya tiada tara." Gue menjawil hidungnya, sontak tangannya memukul gue dengan kesal.
Dengan gerakan secepat kilat, gue langsung lari naik ke atas tangga dan masuk ke kamar.
"ABANG ... KAWANMU GAK ADA AKHLAK!" teriak si Rara yang masih bisa gue dengar dengan jelas. Tahu sendiri, kan, kalau teriakannya itu sangat kencang?
***
Pukul 03.00 WIB
Tiba-tiba gue terbangun dari tidur. Gue lihat, jam menunjukkan pukul 03.00 dini hari.
Gue haus, pengen minum.
Akhirnya, gue memutuskan untuk keluar kamar, dan mengetuk pintu kamar Angga.
Tok tok tok ....
"Ga, gue haus banget," ucap gue sambil mengetuk pintu kamarnya.
Tok tok tok ...
Lagi-lagi gak ada jawaban dari dalam.
Gue pasrah, dan akhirnya turun ke bawah untuk mengambil minum di dapur.
Saat gue turun, netra gue menangkap sosok si Bocil yang juga sedang berada di dapur.
"Ngapain, lu?" tanya gue basa-basi.
"Rara haus, " jawabnya dan langsung meneguk segelas air putih.
"Kok bisa samaan, ya?" Gue bertanya-tanya dalam hati.
Setelah menghabiskan segelas air, gue lihat si Bocil bergegas naik ke atas, untuk kembali ke kamarnya. Namun tidak jadi karena gue memanggilnya.
"Cil, gue lapar," ujar gue sambil mengusap-ngusap perut. "Lu gak ada niat buat kasih gue makan, gitu? Gue, 'kan, tamu," lanjut gue dengan nada yang gue buat sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bocilku Cintaku (END)
Teen Fiction🚫WARNING! AWAS BAPER🚫 Katanya, cinta tumbuh karena terbiasa. Namun, apakah cinta juga bisa tumbuh pada dua insan yang cukup terpaut jauh usianya? Entahlah, jika cinta sudah berkuasa, maka akan mengalahkan segalanya. *** "Aku mencintaimu tanpa ala...