🍁CHAPTER 3✔️🍁

2.4K 142 0
                                    

"Sikapmu yang hangat, mampu membuatku terasa dekat."

-Rara


Happy reading✨

Jam menunjukkan pukul 16.00. Gue langsung bersiap-siap untuk segera pulang ke rumah.

"Mei, hari ini saya harus pulang cepat. Kamu urus kantor, ya. Nanti kalau ada apa-apa, atau ada berkas-berkas yang harus saya kerjakan, tolong kamu kirimkan saja ke E-mail saya," ucap gue pada Mei, sebagai sekretaris pribadi gue.

Mei mengangguk mengerti. "Baik, Pak."

"Saya pergi dulu," pamit gue dan langsung melangkahkan kaki keluar dari kantor, menuju ke tempat mobil gue diparkirkan, lalu mulai mengendarai mobil dengan kecepatan sedang.

Gue kangen sama Aca, adik kecil gue.

Dia adalah adik kesayangan gue satu-satunya. Selama ini, dia sekolah di luar kota. Tinggal bersama Nenek dan Kakek.

Sifatnya yang sangat pendiam, tapi cerewet jika sedang bersama keluarga.

Dia hanya pendiam di hadapan orang lain. Tapi jika sedang bersama gue atau dengan keluarga yang lain, dia adalah gadis yang aktif dan banyak bicara.

Tak jarang, sifat dia yang pendiam dan tidak berani melawan, sering dijauhi, bahkan dibully oleh kawan-kawannya.

Gue sebagai Abangnya, jelas tidak terima sama sekali akan hal itu.

Gue membujuk Mama, supaya memindahkan sekolah Aca, agar bersekolah di Jakarta ini dan tinggal bersama kami.

Mama bilang, Nenek dan Kakek gue tidak setuju. Mereka sangat menyayangi Aca, dan ingin merawatnya.

Entahlah, pokonya gue harus bisa meyakinkan Kakek dan Nenek gue.

30 menit berlalu. Tidak terasa, akhirnya gue sudah sampai. Mang Ujang langsung membukakan gerbang untuk gue. Lalu gue melihat dua orang wanita cantik yang berbeda generasi, menyambut gue di depan rumah.

Tanpa pikir panjang, gue keluar dari mobil, dan langsung menghampiri mereka.

"Abangg ...." Aca berlari dan berhambur ke dalam pelukan gue.

"Acaa ...." Gue balas pelukan dia.

'Rindu' itu yang gue rasakan saat membalas pelukan dia.

"Aca kangen sama Abang, Aca rindu, Aca pengen sama Abang aja" Adek gue menangis dan matanya memerah. Gue gak tega lihatnya. Mama gue cuma tersenyum, sambil mengelus rambut Adik gue dengan sayang.

"Abang juga kangen sama Aca yang cantik ini," balas gue sambil menjawil hidung mancungnya itu.

Aca tersenyum, dan kembali memeluk gue.

"Sudah-sudah, peluk-pelukannya nanti dilanjutin di dalam aja ya, Nak." Mama menasehati Aca, dan Aca langsung mengangguk sembari melepas pelukan gue.

"Yuk masuk, Mama sudah masakin makanan kesukaan Aca dan Noval," ajak Mama yang membuat gue dan Aca saling menatap satu sama lain.

"Beneran, Ma?" tanya Aca memastikan.

Mama hanya tersenyum menanggapi.

"Yeay, ayo, Bang!" Aca menarik tangan gue dan kami pun masuk ke dalam rumah.

***

Pukul 19.00 WIB

"Anak-anak, ayo makan malam dulu." Mama berteriak dari bawah.

Bocilku Cintaku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang