🍁CHAPTER 9✔️🍁

1.5K 95 0
                                    

Happy reading✨

Noval POV

Sesuai dengan apa yang gue perintahkan, akhirnya si Bocil menuruti keinginan gue kalau pergi ke acara ulang tahun teman si Hansyimnya barengan.

Hahaha Gue yakin kalau si Hansyim pasti kesal banget karena Rara jadinya pergi sama gue, bukan sama dia.

Kalian pasti mikir kalau gue dan Rara tidak diundang, tapi kenapa datang?

Ya suka-suka gue, lah. Nanti kalau ditanya, bilang aja kawannya si Hansyim. Ternyata hidup se simple itu.

"Ra, benar rumahnya yang ini?" tanya gue saat mobil kami sudah sampai di depan sebuah rumah mewah, yang dari luar saja sudah tampak seperti ada pesta besar-besaran.

"Ya," jawabnya singkat tanpa ada tambahan kata-kata sedikitpun.

Buset, pasti dia ngambek, nih! Dia ngambek, karena perginya sama gue, bukan sama si Hansyim.

Oh iya, kalau masalah izin, si Rara diizinkan perginya cuma sama gue, bukan sama si Hansyim. Itu pun karena gue ngehasut si Angga biar berada di pihak gue.

"Ya elah. Kalau lu ngambek kayak gitu, nanti orang-orang mengira gue ada apa-apain, lu. Padahal kan kagak ada," ujar gue yang mulai kesal dengan sikap dia yang sangat menyebalkan.

"Ya udah iya. Cepetan, dong, Om! Acaranya sudah mau dimulai, tau!" ketusnya tak main-main.

Gue yang melihat itu, hanya menghembuskan nafas pasrah. "Ya elah. Iya-iya, bawel!"

"Lama, ih! Rara turun duluan, nih!" katanya dengan nada mengancam. Tangannya sudah memegang knop pintu mobil, siap untuk membukanya.

"Bentar, gue yang turun duluan," ujar gue dan langsung turun dari mobil, lalu berlanjut membukakan pintu mobil untuk si Bocil, Rara.

"Silakan turun Tuan Putri ...." ujar gue bagaikan pangeran yang menyambut Tuan putri, seperti yang ada di dongeng.

"Hahahha, kau terlalu bermimpi, Noval!" batin gue tertawa hambar.

Rara menolak uluran tangan gue dan dibiarkan mengambang begitu saja. Lalu makhluk menyebalkan ini turun sendiri.

Namun, baru dua langkah ia berjalan, gue langsung tarik pelan tangannya dan gue genggam, agar terkesan romantis.

"Lepas! Ngapain Oom pegang-pegang tangan Rara?" sarkasnya tajam. Matanya menatap gue dengan nyalang.

"Gue gak bakal lepasin. Yuk masuk!" ucap gue yang tidak peduli dengan kekesalan si Bocil, hingga akhirnya ia memilih pasrah.

Gue mengedarkan pandangan ke seluruh rumah ini. Demi apa? Ini adalah pesta besar-besaran. Itu semua para tamu, atau segerombolan semut?

Gue melirik ke arah si Bocil tapi dia hanya diam. Sedangkan tangannya masih betah berada di dalam genggaman gue, supaya ia tidak kabur.

"Rara." Seseorang memanggil Bocil, dengan nada yang terdengar berat.

"Eh, Kak, Hans. Sudah dari tadi datangnya?" tanya si Bocil basa-basi, sambil melepaskan genggaman tangan gue.

Ini semua gara-gara Hansyim!

Ya, orang itu adalah Hansyim. Dia telah merusak segalanya. Bahkan dia juga yang membuat Rara melepaskan genggaman tangannya dari gue.

"Baru saja datang. Yuk masuk ke dalam! Biar kita ketemu sama yang punya acara," ajaknya sambil tersenyum manis ke si Bocil.

Gue bisa lihat, kalau dia terpesona dengan penampilan si Bocil saat ini.

Bocilku Cintaku (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang