Motor hitam itu mulai membelah jalan memberikan kesejukan bagi sang pengendara yang terlihat begitu menikmati perjalanannya. Bahkan senyum terlihat tak pernah luntur dari wajah keduanya, senyum itu seakan cukup untuk menggambarkan betapa bahagianya mereka bisa kembali menghabiskan waktu bersama tanpa adanya batasan.Berkendara dengan menggunakan motor bersama Arga adalah salah satu hal yang paling ia suka karena dengan begitu Sabrina bisa semakin dekat dengan Arga selain itu juga mereka tidak perlu terjebak macet karena berkendara menggunakan motor akan lebih memudahkan mereka untuk menyalip kendaraan lain.
"Na,"
"Hmm.. " gumma Sabrina yang sibuk menikmati perjalanan yang sudah lama sekali ia rindukan.
"Terus senyum kaya gitu ya, jangan pernah diilangin senyumnya nanti cantiknya ilang."
Mata Sabrina yang semula terpejam kini terbuka lebar ketika mendengar penuturan Arga.
Sabrina tersenyum lembut, "Emang aku gak cantik kalau gak senyum?"
"Kamu itu selalu cantik, cuma kalau ada senyumnya cantik kamu jadi nambah."
Perkataan Arga yang sederhana sukses membuat wajah Sabrina memerah karena malu.
"I love you manusia batu," tutur Sabrina pelan namun masih bisa terdengar oleh Arga.
Hari-hari yang menyenangkan sudah dimulai untuk keduanya, selanjutnya hanya akan ada senyum, tawa, dan kebahagiaan. Sudah cukup air mata, luka dan penderitaan menemani hari-hari mereka selama ini. Ini saatnya mereka untuk bahagia walaupun hanya untuk sementara, setidaknya mereka harus memulai lembaran baru hidup mereka dengan sesuatu yang baik bukan? Dan itulah yang sedang Arga wujudkan, ia ingin Sabrina mengenangnya sebagai hal termanis dalam hidup gadis itu walau tidak bisa menjadi pendamping Sabrina tapi setidaknya Arga bahagia bisa menjadi bagian penting dalam hidup gadis itu.
Arga memarkirkan motornya ketika keduanya telah sampai ditempat yang menjadi saksi awal mula kisah cinta mereka.
Debaran jantung Sabrina mulai tak beraturan, rasanya benar-benar seperti mimpi dimana dirinya dan Arga seakan ditarik kembali ke masa lalu yang tidak hanya meninggalkan kenangan pahit tetapi juga ada kenangan manis yang terselip didalamnya dimana saat itu mereka masih bersama.
"Ga, cubit aku dan bilang kalo semua ini bukan mimpi." ucap Sabrina masih tak percaya bahwa hari ini benar-benar terjadi dimana ia dan Arga diberi kesempatan untuk bisa mengulang kembali kenangan indah mereka.
Arga memutar tubuh Sabrina untuk menghadapnya, kemudian dengan lembut pria itu menangkup wajah gadisnya seraya berkata. "Na kalau pun ini mimpi aku bakal minta sama Tuhan untuk gak bangunin kita lagi biar aku bisa terjebak sama kamu dalam mimpi yang indah ini."
Sabrina menitikan air mata tapi kali ini berbeda karena air mata itu melambangkan rasa bahagia yang begitu membuncah hingga ia tidak dapat menggambarkannya.
"Apa ini? Kamu udah janji sama aku Na kalau gak bakal ada air mata," ucap Arga menghapus air mata yang mengalir diwajah Sabrina kemudian mengecup singkat kedua mata gadisnya secara bergantian.
"Ini air mata kebahagiaan."
"Aku gak mau ada air mata, yang aku mau cuma senyuman. Kamu harus kasih aku banyak senyuman untuk semua yang udah aku lakukan."
"Kebahagiaan sebesar ini, aku takut setelahnya--"
"Stop berpikir buruk dihari yang bahagia ini. Inget Na kita gak punya banyak waktu jadi kita harus manfaatin waktu yang ada sebaik mungkin," potongan Arga mencoba meyakinkan Sabrina bahwa semua akan baik-baik saja.
"Kamu bener. Harusnya aku gak rusak hari yang baik ini dengan pikiran buruk aku."
"Satu senyuman sebagai permintaan maaf," pinta Arga pada Sabrina.
Dengan senang hati Sabrina memberikan senyuman terbaiknya kepada Arga. Dan seketika hati Arga menghangat hanya dengan melihat senyum itu kembali lagi di wajah Sabrina setelah sekian lama.
Arga dan Sabrina mulai berjalan menyusui lorong sekolah yang sedang ramai karena kebetulan sedang jam istirahat. Sepanjang perjalanan keduanya tak luput dari pandangan para murid yang menatap kagum juga memuji paras keduanya yang begitu menawan bagaimana tidak? Walaupun terbilang sudah tidak remaja lagi tetapi ketampanan Arga tidak berkurang atau bahkan luntur, dan begitu pula dengan Sabrina yang terlihat semakin cantik hingga para murid pria enggan memalingkan mata mereka dari mengagumi salah satu mahakarya indah yang Tuhan ciptakan.
Tidak sedikit juga dari mereka yang berbisik membicarakan keduanya, mulai dari memuji hingga bergosip tentang hubungan keduanya. Arga dan Sabrina yang mengetahui itu hanya diam dan mengabaikannya, pasalnya ini bukanlah kali pertama mereka menjadi bahan perbincangan.
"Gila itu kak Arga ternyata aslinya lebih cakep dari yang gua denger!"
"Itu bukannya couple yang terkenal banget di nusba?"
"Iya kak Arga sama kak Sabrina. Yang gua denger dari kakak gua yang seangkatan sama mereka katanya mereka udah putus dan kak Sabrina dalam waktu dekat bakal nikah sama salah satu pengusaha muda."
"Tapi itu buktinya mereka jalan bareng? Mana kak Arga keliatan sweet banget lagi ke kak Sabrina, huft jadi iri gue liat ke uwuan mereka."
Tidak mau kalah dengan murid perempuan para murid lelaki pun juga mulai membicarakan tentang kecantikan Sabrina dan juga body tubuhnya yang terlihat begitu sempurna seakan tak ada celah.
"Gila ya gue kalau punya cewek semodelan kak Sabrina udah pasti langsung gue nikahin!"
"Gak salah sih kalau dia bisa jadi salah satu most wanted girl di nusba, bodynya aduhay banget janda samping rumah gue aja kalah."
"Gue denger dia pernah jadi model disalah satu agensi ternama."
"Gimana kalo kita taruhan? Siapa yang berani minta nomornya kak Sabrina bakal kita teraktir di kantin selama satu bulan?"
"Lo gila ya, dia udah punya cowo lo mau cari mati?! Sadar muka kawan muka lu kagak seberapa berharap dapet bidadari dari kayangan lu ibadah aja jarang-jarang, Tuhan aja gedek liat kelakuan lu!"
"Oke, siapa takut!" salah satu murid pria yang menerima tantangan dari temannya berjalan menghampiri Sabrina dan Arga yang hendak ke kantin.
"Kak boleh minta nomornya gak?" ucap murid pria itu dengan begitu berani, mengabaikan wajah dingin Arga yang menatap tajam ke arahnya.
Sabrina yang seakan sadar akan situasi hanya bisa tersenyum kikuk. Arga menarik Sabrina untuk berdiri dibelakang tubuhnya sehingga murid pria itu bisa berhadapan langsung dengan Arga dan bukannya Sabrina.
"She is mine." ujar Arga datar namun penuh dengan penekanan.
Sabrina hanya bisa memejamkan matanya merasa bahwa semua ini sudah pasti akan terjadi, sikap possesive yang dimiliki Arga mulai muncul dan itu tidak akan baik bagi dirinya dan juga murid pria yang dengan berani meminta nomornya.
"Dan gue harap lo paham sama ucapan gue," ucap Arga lagi dengan tatapan tajam yang tertuju pada murid pria dihadapannya.
"Sorry kak gue cuma mau--" ucapan murid pria itu terpotong karena Sabrina yang menyela.
"Gaa, mending kita lanjut ke kantin yuk!" ajak Sabrina dengan tatapan mata penuh permohonan agar Arga tidak melanjutkan lebih jauh perdebatan yang akan berakhir buruk itu.
Akhirnya dengan perasaan yang kesal Arga menuruti ucapan Sabrina. Keduanya kemudian kembali melanjutkan perjalanan mereka yang sempat tertunda menuju kantin dan mengabaikan murid pria tersebut.
Akhirnya bisa update lagi😭😭 ada yg rindu sama author? Atau justru rindunya sama manusia batu😆
Berbahagialah kalian wahai pendukung Arga dan Sabrina karena beberapa part berikutnya hanya akan ada ke uwuan mereka😂😁
Menurut kalian sikap Arga berlebihan ga sih? Atau wajar" aja?
Oke next ya?😋
Jgn lupa voted, komen and share!
See you next part❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost love story
Roman pour AdolescentsDi setiap detik waktu ku. Aku selalu merasakan ada sesuatu yang hilang dari diriku, namun aku tak tau apa itu. (Arga Alenta) Aku berada dititik lemahku, ketika seluruh dunia menyuruhku untuk melupakanmu. Disaat takdir menentang rasa cintaku terhadap...