"Sabrina, sayang kamu dari mana aja kenapa malam gini baru pulang? Kamu tau gak mama itu---" ucapan Airin menggantung karena melihat Sabrina yang berjalan melaluinya begitu saja tanpa berkata sepatah kata pun.
Airin yang merasa bahwa kondisi putrinya tidak baik-baik saja menjadi merasa sangat khawatir.
"Sabrina," Airin menyentuh pundak Sabrina lembut.
"Aku capek." ujar Sabrina dengan wajah yang datar dan tatapannya yang kosong.
Setelah membuka suara Sabrina kembali melanjutkan langkahnya menuju kamarnya tanpa menghiraukan perkataan Airin.
Sabrina masuk ke dalam kamarnya dan suasana sunyi langsung menyapanya. Gadis itu mengunci pintu kamarnya dan langsung berjalan menuju tempat dimana ia menyimpan semua barang pemberian Arga.
Dengan tangan yang gemetar Sabrina meraih sebuah kotak kayu dan buku diary bersampul hitam miliknya. Gadis itu membuka kotak kayu tersebut dan mengambil sebuah kalung dengan permata berwarna biru sebagai bandulnya, seketika tangisnya pun kembali pecah karena teringat akan setiap kenangan yang pernah itu ukir bersama orang yang paling di cintainya.
Tepat tujuh tahun lalu Sabrina hanya mengenal kata bahagia bahkan kalung itu pun menjadi bukti dari kebahagian yang pernah ia dapat sampai semuanya berubah, tak lagi sama. Kebahagian seakan pergi meninggalkannya menyisakan luka dan air mata.
Sabrina jatuh terduduk, di atas lantai yang dingin gadis itu mulai membuka diary miliknya dan yang pertama kali di lihatnya adalah setangkai bunga mawar yang telah kehilangan warnanya sama seperti bunga itu Sabrina pun telah kehilangan warna dalam hidupnya. Sekarang dirinya hanya akan bisa mengingat tanpa bisa mengulang kembali kenangannya indah itu.
Sabrina kemudian membuka lembaran kedua dimana nampak sebuah foto seorang pria yang duduk membelakangi dirinya, pria itu sudah pasti Arga yang duduk di bawah pohon yang rindang seorang diri dan tanpa di ketahui Sabrina diam-diam mengambil foto pria itu dan menyimpannya hingga detik ini. Di bawah foto itu ada tulisan yang mencurahkan isi hati Sabrina tentang bagaimana awal mula pertemuannya dengan Arga dan bagaimana sikap dingin pria itu dapat menarik perhatiannya.
Sabrina kembali membuka lemabaran berikutnya dimana lemabaran itu menunjukan foto gelang yang Arga berikan saat mereka pergi ke pasar malam, dan gelang itu menjadi hadiah pertama yang Arga berikan kepadanya bahkan gelang itu pun masih ada bersamanya. Sabrina selalu menyimpan setiap barang pemberian Arga dengan baik, dan sama seperti lembar sebelumnya lembaran itu pun berisikan gambaran rasa senang Sabrina saat Arga tidak lagi mengacuhkannya bahkan pria itu pun memberikannya sebuah gelang sebagai hadiah.
Tiap tetes air mata Sabrina jatuh membasahi setiap lembar kenangan yang ia buka kembali dimana tiap lembar yang ada menggambarkan betapa sempurna hidupnya dahulu saat ia masih bersama Arga, dan saat semuanya masih baik-baik saja.
Sabrina terus membuka tiap-tiap lembar yang berisikan moment dan ungkapan bahagianya tentang bagaimana ia menjalani hari-harinya yang terasa luar biasa bersama Arga. Hingga pada akhirnya ia sampai pada lembar terakhir yang menjadi penutup dari kebahagian yang pernah di rasa. Lembar terakhir itu menunjukan foto dirinya dan Arga yang berada di sebuah pantai dengan langit yang dihiasi dengan begitu banyak lampion yang membuat langit malam semakin indah, di situ Sabrina menuliskan betapa beruntungnya ia bisa memiliki Arga dalam hidupnya ia juga menuliskan betapa dirinya sangat mencintai Arga dan berharap kebersamaan itu tidak akan pernah berakhir tetapi tidak seperti layaknya foto itu yang menjadi foto terakhir yang di ambil dari kebersamaannya bersama Arga, hubungannya pun ikut berakhir menyisakan luka yang teramat dalam hingga Sabrina pun tak tau bagaimana cara mengobatinya.
Andai saja Sabrina saat itu tau jika itu adalah kebersamaan terakhirnya bersama Arga maka ia akan menghabiskan waktu lebih lama Agar ia bisa mengingat lebih banyak kenangan manis itu.
Sabrina memeluk diary miliknya dan tenggelam dalam tangisnya yang terasa tidak mengurangi rasa sakitnya walaupun itu hanya sedikit.
......
Arga memasuki rumahnya dan pria itu sudah mendapati Arleta yang tengah menunggunya bersama sang mama.
"Arga!" Arleta langsung berlari memeluk Arga dengan erat.
Arga melepaskan pelukan Arleta dan mendorong pelan gadis itu untuk memberikan jarak.
"Selamat." ucap Arga seraya mengulurkan tangannya kepada Arleta.
Arleta pun menatap bingung seraya menerka-nerka apa yang sebenarnya Arga maksud. "Selamat atas apa?"
Arga terkekeh kosong mendengar penuturan Arleta yang seakan tidak tau apa-apa. "Selamat karna lo udah dapet apa yang lo mau." ujar Arga dengan nada yang dingin.
"Arga kenapa kamu ngomong kaya gitu sama Arleta?"
"Mulai sekarang mama persiapin aja pernikahan aku sama Arleta." ucap Arga tanpa memperdulikan perkataan mamanya yang di lontarkan sebelumnya.
Setelah mengatakan itu Arga berlalu pergi menuju kamarnya, meninggalkan Arleta dan Karina berdua di ruang tamu.
Arleta tidak menyangkan bahwa Sabrina akan rela melakukan apa yang ia minta, bahkan gadis itu pun berhasil meyakinkan Arga untuk kembali bersamanya.
Berbeda dengan Arleta yang harapannya terpenuhi. Harapan Arga justru hancur tak tersisa membuat hatinya sangat terluka tapi ia tidak bisa berkata apa-apa karena ini menyangkut kebahagian gadisnya, tidak! Bukan gadisnya karena Sabrina kini tak lagi menjadi miliknya. Gadis itu sudah terlalu jauh pergi hingga Arga tidak lagi dapat menggapainya.
Bahkan hingga detik ini suara manja gadis itu menjadi hal yang paling ia rindukan. Arga ingin kembali merasakan kecemburuan Sabrina saat ada gadis lain yang menatapnya, Arga juga ingin melihat senyum manis dan tawa gadis itu menemani hari-harinya. Sekarang Arga benar-benar telah sadar bahwa semua tak lagi sama waktu telah merubah segelanya begitu pun dengan hubungannya bersama Sabrina. Sekarang Arga benar-benar merasakan rasa kehilangan yang sesungguhnya dimana kini bahkan untuk menyebut nama Sabrina pun ia tak memiliki hak apa lagi menatap gadis itu.
Arga memejamkan matanya menahan rasa sakit yang coba ia kurangi walaupun sebenarnya ia pun tau bahwa rasa sakit itu tak akan pernah berkurang walau sekeras apapun dirinya mencoba.
Arga berjalan dengan langkah yang berat menuju sisi lain ruangan kamarnya, dan di dalam ruangan itu hanya berisikan foto-foto Sabrina yang tersenyum dan tertawa tidak ada foto lain. Dulu mungkin kamar itu pernah menjadi tempat dimana Arga menyimpan foto-foto Arleta di masa lalu namun tidak lagi semenjak Sabrina menggantikan posisi Arleta di hatinya, dan juga sebelum Arga tau bahwa Arleta telah mengkhianatinya. Melihat semua foto itu Arga teringat akan setiap kejadian manis yang pernah ia lalui bersama Sabrina. Bahkan Arga pun masih menyimpan dengan baik sticky notes yang pernah Sabrina berikan padanya saat gadis itu memberikan bekal makan siang untuknya, gadis itu bahkan mampu membuat hal sederhana menjadi luar biasa di matanya. Detik demi detik yang ia habiskan bersama Sabrina menjadi hal yang paling berharga karena dirinya dan Sabrina tidak lagi bisa mengulang masa-masa indah itu. Kini yang bisa di rasakan oleh keduanya adalah rasa kehilangan tidak ada yang lain.
Yeay aku update lagi buat kalian yg setia bgt nunggu aku up😍 btw harap maklum sm typo" atau bhs yg kebalik"😭 klo menurut kalian ada yg kurang tepat, kalian bisa komen di bwh😊
Jdi gmn sama part ini?
Vote, komen, and share jgn lupa😚
Next? Yakin sanggup bca part selanjutnya?😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost love story
Teen FictionDi setiap detik waktu ku. Aku selalu merasakan ada sesuatu yang hilang dari diriku, namun aku tak tau apa itu. (Arga Alenta) Aku berada dititik lemahku, ketika seluruh dunia menyuruhku untuk melupakanmu. Disaat takdir menentang rasa cintaku terhadap...